Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Episode 24: Cursed Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

10 Januari 2023   08:44 Diperbarui: 10 Januari 2023   08:46 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain dokumentasi pribadi

Aku hanya bisa duduk sendiri di pojok ruangan. Kupandangi saja sosok tak berdaya yang masih terlihat begini cantik di dalam kegelapan.

Rencana dan keinginanku untuk mengapa-apakannya masih begitu besar dan kuat. Aku masih begitu cemburu dan iri kepada Ocean yang sempat menciumnya.

Aku ingin sekali mendekat dan menciumnya. Aku ingin melakukan lebih dari itu. Seperti saat melihat tubuhnya secara tak sengaja.

Di sini, di lorong-lorong bawah tanah yang gelap ini, takkan ada yang bisa mengetahui apa yang kuperbuat. Tapi entah kenapa, aku merasa tak bisa.

Aku tak bisa.

Meskipun begitu aku sempat melihat pakaian Emily telah basah dan kotor terkena sampah dan lumpur di dasar lorong tempat ia terjatuh. Aku tahu ia pasti kedinginan.

Naluriku berkata ia butuh pakaian kering dan baru. Baju dan celana yang kukenakan saja sudah sangat jelek dan bau, entah bekas siapa semua pakaian ini. Tapi aku berkeliling ruangan sekitar situ dan berhasil menemukan kain putih yang sudah tua, mungkin bekas penutup tempat tidur atau semacamnya.

Dengan tangan gemetar dan perasaan aneh berkecamuk dalam hatiku, dan juga kelelakianku yang menuntut haknya, aku membuka pakaian basah Emily.

Ia terbaring polos di hadapanku, begitu mengundang. Ia seperti yang kuidamkan selama ini, semua keputusan berada di tanganku.

Kunikmati sebentar pemandangan indah itu. Ia masih tak tahu. Bahkan aku sempat mendekat dan ingin menyentuh tubuhnya. Tetapi belum.

Kulitnya begitu licin dan putih. Dan yang terindah adalah dua bukit di dadanya itu, begitu ranum dengan dua puncak kembar berwarna pink kecoklatan. Serta tentu saja sesuatu di antara kedua pahanya yang sama sekali berbeda dengan milikku. Tertutup rambut halus dan juga masih sangat rapat bagaikan pintu rahasia ke dunia lain. Kupelajari semua seperti seorang anak kecil, karena aku sungguh masih seperti seorang anak-anak dalam hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun