Emily malam itu kembali duduk bersantai bersama kedua pemuda kembar di lounge. Ia belum berani mengutarakan niatnya untuk kembali ke Evermerika.
"Kapal suplai logistik yang terakhir singgah. Hmm, aneh juga bila penjaga yang waktu itu tiba-tiba berpatroli mengundurkan diri tanpa pamitan denganku. Semua pegawai perkebunan di pulau ini selalu wajib menemuiku sebelum melakukan hal apapun." bahas Ocean sambil menimbang-nimbang apa yang bisa mereka lakukan selanjutnya.
"Iya, ruangan bawah tanah juga semakin aneh saja, pintu-pintu terkunci dan kuncinya hilang atau entah di tangan siapa, padahal beberapa hari atau beberapa minggu silam Emily hilang dan ditemukan pingsan di situ. Emily yakin tak ingat jalan?" tambah Sky.
Emily menggeleng. Kalaupun ia tahu, ia takkan pernah mau lagi turun ke lorong berbatu yang begitu bau, gelap dan mengerikan itu!
"Gawat, gawat, gawat! Tuan Muda Ocean!" seorang pegawai perkebunan menyerbu masuk ke lounge.
"Maafkan saya lancang menghadap Anda tiba-tiba pada jam seperti ini!" pegawai itu tampak sangat gundah dan terengah-engah saat melapor.
"Ada apa?" Ocean spontan berdiri, disusul Sky dan Emily juga.
"Ternyata penjaga yang bertugas malam itu, yang menemukan Emily di lorong bawah tanah sebenarnya tak pernah meninggalkan pulau ini. Tapi...'" Pegawai itu terdiam.
"Tapi apa?" Ocean tampak semakin tak sabar.
"Ia ditemukan sudah mati di istal kuda, tampaknya mayatnya sudah berada di sana sejak sebelum Anda melakukan penyisiran pulau!"
Apaaaa? Astaga, orang yang menyelamatkanku, padahal belum pernah kutemui untuk mengucapkan terima kasih, telah mati?