Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Renungan Akhir Tahun 2022: Menulis Bukan Demi Cuan Belaka, Abadikan Kata-kata Terbaik Kita!

29 Desember 2022   08:01 Diperbarui: 30 Desember 2022   15:29 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Demi apa kita menulis?"

Jawaban setiap kita bisa berbeda. Inilah jawabanku.

Aku menulis demi berkomunikasi. Karena aku jarang bicara (lisan), caraku berhubungan dengan dunia adalah dengan tulisan.

Aku menulis demi mengabadikan kata. Mengapa? Agar kelak jika aku tiada, setidaknya apa yang kukatakan bisa dikenang dan diingat oleh siapa saja yang membacanya.

Bukan hanya untuk anak-anak dan keluargaku saja. Aku sadar, jika kita kelak tiada, tulisan kita akan tetap ada di dunia ini.

Buku, 'jejak tinta' apa saja, real maupun digital, akan ada selamanya. Tak peduli kemudian dihapus atau tak disebarkan kemana-mana, satu benak telah merekamnya.

Semua yang telah tertera pasti terlebih dahulu dibaca penulisnya. Jadi, paling tidak sudah ada yang membaca. Sang penulis.

Karena tulisan ibarat ludah yang sudah dilepehkan tak dapat dijilat kembali, tak ada jaminan jika tak ada yang tak bisa menemukan dan membacanya. Tak peduli jika dikunci dengan koin dan harus dibayar mahal untuk membukanya.

Karena itulah, selalu kuanjurkan agar kita menulis sebaik mungkin, sama seperti kita bicara sebaik mungkin. Jika bicara yang hanya sekali ucap lalu terbawa angin saja (kecuali direkam) harus hati-hati berkata-kata, apa lagi menulis?

Kata-kata adalah doa, kata-kata bukan hanya bisa menghasilkan uang, namun juga bisa menghasilkan entah sesuatu yang positif maupun negatif.

Sungguh rendah jika kata-kata hanya diterakan demi menghasilkan cuan belaka. Kisah dan artikel kita sebetulnya bukan hanya sebuah komoditi perdagangan, tulis, jual, beli, lalu selesai.

Perjalanan kehidupan literatur kita masih sangat panjang. Lihatlah prasasti dan perkamen yang sudah lestari berabad-abad, ukiran berusia ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia yang mengawali zaman sejarah. Relief di candi-candi.

Kita mungkin bisa menyanggah, ah, tulisanku receh, remeh, tidak laku. Pasti yang baca sedikit, tak peduli, tak suka lalu ya sudah.

Tidak demikian, Sahabat. Tulisan kita hingga kapanpun akan dicari, bisa digali dan ditemukan. Ibarat harta karun, buku yang terkubur suatu saat pasti akan ditemukan.

Mari introspeksi diri dan coba renungkan mengapa kita menulis. Demi mendapat pengalaman, demi berbagi, demi menghasilkan dan mengabadikan buah talenta. Apa saja yang tak hanya kita kira akan hilang jadi cuan belaka.

Semoga di tahun 2023 kelak buah-buah talenta kita akan lebih banyak dipetik pembaca dan menjadi berkat. Amin.

Jakarta, 29 Desember 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun