"Ada apa?" Rey tersenyum kecil memandang Joy yang masih tampak malu-malu.
"Oh, eh, tidak. Hanya sedikit belum percaya kalau kita sekarang sudah jadi suami istri. Agak terlalu dadakan." Joy menyahut sedikit jengah. Ia sebetulnya senang sekali hari ini, tapi kok masih ada rasa 'mengganjal'.
"Bila tidak begini, ayahku takkan pernah merestui kita berdua." Â senyum Rey semakin lebar. " Kuharap kau mengerti."
"Aku mengerti. Aku bahagia akhirnya kita bersama-sama mulai hari ini hingga akhir hayat. Hanya saja," Joy masih sedikit malu-malu, "Terus terang, ada hal yang ingin kuakui."
"Katakan saja, aku 'kan sekarang suamimu." Rey memandang Joy dalam-dalam hingga pipi Joy makin merah merona, bertambah jengah tapi juga gembira.
"Itu, aku.. masih belum berpengalaman. Belum pernah begituan dengan cowok. Seperti apa rasanya?" polos Joy menatap Rey balik. "Sungguh memalukan, ya?"
Rey terdiam. Tiba-tiba, "Ha ha ha ha ha." Tawanya meledak.
"Bukannya bagus, kau masih segelan plastik. Bahkan denganku pun belum." dikedipkannya sebelah matanya.
"Aku juga mau berterus terang. Aku juga masih 'ting-ting'."
"Serius, Rey?" Joy tak percaya begitu saja. "Sedari dulu putri-putri cantik mengelilingimu dan kau belum pernah 'icip-icip' ?? Sangat banyak orang-orang berdarah biru dikelilingi cewek cantik yang mau mereka, ehm, ya, kau mengerti maksudku."
"Ya, itu memang betul. Teman-temanku sesama ksatria, sering mengajak cewek-cewek cantik dan seksi kemana-mana, walau hanya kencan saja. Atau diam-diam ke klub. Kami pergi bersama tapi aku tak ikutan berpasangan, hanya jadi nyamuk." kenang Rey sambil memegang tangan Joy. "Aku bukan tak mau, tapi sama sepertimu, dulu aku sangat pemalu. Di samping itu, etika kerajaan mengajarkanku untuk tetap sopan kepada wanita. Tak boleh seenaknya memegang, memeluk, apalagi, ah, kau tahu. Betapa ketatnya peraturan kerajaan Evertonia itu."
"Uhh, pangeran yang perjaka." Joy merasa telapak tangan Rey hangat sekali. "Beruntungnya aku. Jadi kita sama-sama masih virgin. Dulu pun teman-temanku ada yang sudah kebobolan. Aku sering dijuluki gadis bodoh tak berpengalaman. Sangat naif dan polos. Tak laku, tak tahu laki-laki."
Rey tertawa lagi. "Dan saat bersama kita yang polos dan innocent ini bisa jadi nakal sekali, ya."
Mereka masih duduk berdekatan di pasir putih, membiarkan jas seragam dan gaun putih kotor sedikit gara-gara air laut dan pasir. Toh, sudah tak ada siapa-siapa lagi. Di langit, senja semakin merah, dan sebentar lagi malam hari pun tiba.
Suasana semakin gelap, tapi juga romantis gemerlap berkat hiasan lampu-lampu kecil berwarna warni dan deretan panjang obor imitasi di sepanjang pantai yang telah dirancang menyala ketika waktu menunjukkan pukul enam malam.