Terngiang salah satu percakapan malam mereka via telepon rumah, beberapa minggu silam,
"Joy, ultahmu kapan?"
"Bulan J. Sehari sebelum akhir bulan. Kamu?"
"Masih lama. Bulan F. Horoskop ikan."
"Aku duluan dong. Jangan lupa kadonya ya."
"Sip. Tapi nanti kalo kita jadi ketemu. Sebelumnya, aku ucapin dulu HBD ya."
"Hmm. Belum tahu bisanya kapan sih, tapi aku mau! Kita pasti bertemu, ya! "
Percakapan itu diakhiri dengan tawa keduanya. Janji itu sebentar lagi akan terbukti. Kecuali kalau Rey lupa, tertidur, atau sudah punya gebetan lain! Uh, tidak tidak! Ia lebih baik serius denganku! Sudah kupertaruhkan segalanya demi hubungan ini, walau belum terucap kata suka, apalagi cinta! Bagaimanapun, aku harus mengenal Tuan Rey lebih dalam lagi! Awas kalau dia berani bohongin aku,
Jarum jam berdetak sangat lambat, satu detik bergeser sangat pelan, serasa satu jam bagi Joy. Kira-kira Rey ingat tidak ya? Dia memang tukang bergadang. Pasti ingat. Joy mulai merasa seperti zombie. Ia kurang tidur, lelah, cemas dan gelisah belakangan ini, karena sidang TA alias tugas akhir tinggal menghitung hari.
12 pas.
Telepon berdering, nada jadul dari ponsel klasik yang terkenal di masa itu.