Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The Prince & I (6): Sang Pangeran & Aku (preview)

7 Januari 2021   08:45 Diperbarui: 22 Maret 2021   12:38 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi karya @wiselovehope

Bagaimanapun, keduanya kini masih terpisah jarak dan waktu, walau sedekat apapun, pula belum dapat bertemu.

Hanya saja, jalan untuk itu sudah mulai terbuka. Keduanya tanpa sengaja terbelit rindu, seolah tak ingin lagi mencari yang lain. Hanya tahu suara, belum langsung menatap rupa. Tinggal menghitung minggu, atau bahkan hari.

Joy tetap mencoba fokus dengan skripsinya, senentara Rey terus melanjutkan kebiasaannya, membaca buku di perpustakaan, tenggelam di antara buku-buku pemrograman komputer, bahasa programming, merakit komputer sendiri yang menjadi hobinya. Karena itu juga, ia semakin mantap untuk meninggalkan dunia keningratan yang penuh kemewahan maha mudah di belakangnya. Dan bagai dunia berbeda nan saling melengkapi, si tomboy Joy penyuka seni, desain, dunia tulis-menulis dan desktop publishing tentulah gadis berotak cukup maju, pula enak diajak ngobrol, nyambung, tak bicara soal kosmetik, perhiasan mewah dan gaun butik melulu seperti gadis-gadis bangsawati ala putri Disni di SMU Kerajaan Evertonia.

Akhirnya, ulangtahun Joy akan segera tiba! Ia sudah tak sabar menunggu, akankah ada teman-temannya -atau, ehm, hanya yang satu itu pun cukup- akan meneleponnya. Mama kan sudah janji, ponsel Joy boleh dipakai khusus untuk saat itu. Jadi bila ada seseorang super spesial di hati yang mengucapkan selamat, tentunya akan jadi kejutan manis.

Dan begitu Joy membuka ponselnya setelah sekian hari tak menyentuh, kejutan! Menyembul berapa puluhan atau ratusan notifikasi dari seseorang, yang memang ia tunggu-tunggu.

Siapa lagi, kalau bukan Tuan Rey!

Joy, kabari aku ya.

Kau di mana?

Aku di sini menunggu kabarmu.

Joy nanar menatap jam dinding. Malam menjelang pagi hari ulangtahunnya, namun matanya enggan tertutup. Aku gak ngantuk kok, pokoknya kutunggu terus sampai pukul 12-an, seperti malam tahun baru! Bila dia ingat padaku, uhh, aku akan buktikan sendiri nanti!

Terngiang salah satu percakapan malam mereka via telepon rumah, beberapa minggu silam,

"Joy, ultahmu kapan?"

"Bulan J. Sehari sebelum akhir bulan. Kamu?"

"Masih lama. Bulan F. Horoskop ikan."

"Aku duluan dong. Jangan lupa kadonya ya."

"Sip. Tapi nanti kalo kita jadi ketemu. Sebelumnya, aku ucapin dulu HBD ya."

"Hmm. Belum tahu bisanya kapan sih, tapi aku mau! Kita pasti bertemu, ya! "

Percakapan itu diakhiri dengan tawa keduanya. Janji itu sebentar lagi akan terbukti. Kecuali kalau Rey lupa, tertidur, atau sudah punya gebetan lain! Uh, tidak tidak! Ia lebih baik serius denganku! Sudah kupertaruhkan segalanya demi hubungan ini, walau belum terucap kata suka, apalagi cinta! Bagaimanapun, aku harus mengenal Tuan Rey lebih dalam lagi! Awas kalau dia berani bohongin aku,

Jarum jam berdetak sangat lambat, satu detik bergeser sangat pelan, serasa satu jam bagi Joy. Kira-kira Rey ingat tidak ya? Dia memang tukang bergadang. Pasti ingat. Joy mulai merasa seperti zombie. Ia kurang tidur, lelah, cemas dan gelisah belakangan ini, karena sidang TA alias tugas akhir tinggal menghitung hari.

12 pas.

Telepon berdering, nada jadul dari ponsel klasik yang terkenal di masa itu.

Gemetar, Joy memencet tombol terima. "Halo?"

"Happy Birthday to you, happy birthday to you, happy birthday dear Joy, happy birthday to you..."

Astaga. Joy terpana. Sapaan riang Rey dengan lagu dan ucapan yang ia nyanyikan spontan menyapa. Waduh, ia nyaris menangis haru. Suara Rey yang rendah, ramah, lembut tapi masih cowok banget, mirip suara penyiar radio. Belum pernah ia diberi ucapan sedemikian oleh siapapun sebelumnya, bahkan teman-teman SMU se-gengnya dahulu. "Terima kasih, Tuan Rey."

"Semoga tercapai semua yang Joy cita-citakan. Dan satu lagi hadiah yang ingin aku berikan..."

Hening sesaat, dua saat. Jantung Joy seperti berhenti berdetak. Apa lagi nih, Tuan Rey? Tolong jangan bikin aku jatuh pingsan.

(ikuti kisah lengkapnya hanya di Noveltoon)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun