Mohon tunggu...
Rancha Belnevan
Rancha Belnevan Mohon Tunggu... -

bagaikan air yang dapat bergolak layaknya ombak di pantai selatan, dan dapat tenang seperti genangan di dulang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Getolnya Felix Siauw Membenci Feminisme Atas Nama Islam

9 Januari 2016   17:06 Diperbarui: 9 Januari 2016   21:31 16077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Taukah Siauw sejarah feminisme gelombang pertama yang menuntut hak-hak politik bagi perempuan? (Ayolah, kalaupun tidak tau anda kan bisa googling!) Dosakah jika Marry Wollstonecraft dkk kala itu yang menuntut agar perempuan punya hak ekonomi, kepemilikan properti, dan hak suara dalam pemilu?

Tahukah Siauw mengenai riwayat gerakan feminisme gelombang kedua yang mati-matian menyuarakan hak seksualitas perempuan, hak reproduksi, interseksionalisme, dan equality justice bagi perempuan lintas kelas sosial?

Di zaman sebelum Islam Rasulullah, khususnya dalam konteks masyarakat Arab, perempuan tidak punya hak waris. Bahkan tidak punya hak atas kepemilikan harta. Kemudian Islam memberi perempuan hak waris setengah dari hak laki-laki namun harta waris tersebut didaulat khusus buat si perempuan. Karena pada masa itu masing-masing suku khawatir terjadi peralihan dan penguasaan harta pada suku lain jika anak perempuan mereka dinikahkan dengan laki-laki dari suku lain.

Islam jadi pioneer pada masanya (dan pada konteksnya) berkenaan dengan hak kepemilikan (property) buat perempuan. Islam dan nabi Muhammad SAW juga mempersilakan perempuan bermajlis dan berpendapat. Bukankah itu sejalan dengan gagasan besar feminisme gelombang pertama?

Jika pada masanya perempuan/istri dianggap sebagai properti milik laki-laki  yang bahkan bisa dibarter dengan barang atau perempuan lain, lalu islam datang dan meninggikan posisi perempuan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Kemudian Islam mengatakan bahwa istri dan perempuan adalah “amanah” dan melarang laki-laki memperkosa perempuan. Bukankah itu kalimat yang paling pas digunakan dalam konteks masyarakat Arab kala itu (yang begitu patriarkis bahkan menganggap perempuan adalah setengah manusia) dengan mengatakan pada laki-lakinya untuk memperlakukan perempuan secara adil, karena sesungguhnya perempuan adalah saudara kandung laki-laki. Bukankah itu sejalan dengan logika feminisme gelombang kedua?

Yeah, I’m looking at you Mr. Siauw, and all Siauw fanbase.
Lanjut pada kekeliruan berpikir Siauw yang kedua.

2. Feminisme Merupakan Gerakan Untuk Menyuruh Perempuan Bekerja

Ketidak-tahu-apa-apaan Siauw tentang Feminisme juga terlihat dari caranya dalam mereduksi feminisme seolah hanya seputar perjuangan perempuan bekerja atau tidak. Duh, inilah akibat jika tidak iqra’. Mari kita bicara melalui logika bodoh-bodohan Siauw dari cuitan @felixsiauw (09/01) :

29. Dalam Islam hukum wanita bekerja itu mubah (boleh)| sedankan menjadi “ibu dan pengelola rumah tangga” itu kewajiban
30. Kita tentunya bersyukur ada wanita yang berprofesi sebagai dokter, perawat, guru, dll | memudahkan Muslimah dalam berinteraksi
31. Tentunya selama Muslimah ini tetap mengutamakan yang wajib | yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga yang tak bisa digantikan
32. Jadi sah-sah saha wanita memilih bekerja | namun beres juga kewajibannya | tentu bila dia lebih memilih yang wajib, itu yang utama
36. Sekali lagi, maka karir dan profesi terbaik wanita | adalah menjadi ibu sepenuhnya dan pengelola rumah tangga

Jadi setelah mensyukuri ada profesi-profesi tertentu yang diisi oleh perempuan (yang mungkin memang memudahkan bagi perempuan-perempuan terdekatnya), Siauw disaat bersamaan justru kembali menihilkan peran karir/profesi perempuan tersebut dengan mengatakan bahwa karir terbaik adalah menjadi ibu sepenuhnya. Lebih gawat, Siauw juga membelesakkan apa yang disebut feminis gelombang kedua sebagai “beban ganda” melalui kultwitnya yang ke-31 dan 32.

Padahal, jika Siauw mau sedikit membaca mungkin dia akan sedikit paham bahwa feminisme justru adalah tentang pembebasan perempuan dalam memilih sesuatu untuk hidupnya. Kemudian YANG TERPENTING ADALAH, agar dalam apapun pilihan perempuan tersebut, ia tetap bisa menjadi seperti apa yang ia inginkan. Bebas dari penindasan dan diskriminasi. Jadi jelas feminisme bukan gerakan yang menyuruh perempuan bekerja. Itu hanya akal-akalan Siauw saja. Lantas jika kita memakai logika Siauw, apakah segenap persoalan yang berkaitan dengan perempuan dan karir/profesi dapat selesai? Saya yakin tidak. Karena standar idealnya sudah ditentukan oleh Siauw sendiri, yaitu; karir dan profesi terbaik wanita adalah menjadi ibu sepenuhnya dan pengelola rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun