Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terhukum

28 September 2011   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:32 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tapi aku tidak bertanggung jawab langsung padanya.”

“Entahlah. Sepertinya pun dia tidak sendiri?”

“Benarkah?”

“Kemarin aku lihat ada seorang perempuan yang datang kemari. Entah itu tokoh ciptaan siapa.”

Aku menunduk sedalam-dalamnya. Tentang keanehan ini, tentang kegilaan ini, entah kenapa mesti bercampur dalam satu pikiran yang seharusnya berakhir tenang. Itu akan sangat merusak. Dalam kondisi wajar pun, pikiran saya sudah tak mampu menata lagi apa-apa yang ingin saya tulis. Entah apa yang terjadi kemudian jika otak ini dibebani lagi dengan kegilaan ini.

Mata kami tiba-tiba teralih pada pintu ruang yang berderit kasar. Akan ada seseorang yang muncul dari balik sana. Entah siapa, entah akan memperlakukan kami apa.


****

Cirebon, 28 September 2011

*tolong dibantunya… simsalabin jadi apa prok prok prok

Cerita terkait Aku dan Samtari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun