Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terhukum

28 September 2011   09:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:32 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, ya! Inilah kuncinya. Saya jadi terpancing kembali mengamati wajahnya. Betul, saya baru ingat wajah ini. Terutama hidungnya, seharusnya saya ingat saat pertama kali melihatnya.

“Ramdhani Nur?” spontannya.

“Ya! Mamar?”

“Betul kawan!”

Ajaib. Luar biasa, walau tetap penuh dengan keanehan. Seharusnya saya tak terlalu kesulitan mengenalnya. Tapi mungkin juga ada yang sangat berbeda dari wajah yang biasa kita lihat di layar komputer dengan penampilan asli seperti ini. Baru dua hari lalu sepertinya kami berbincang via chatting saat dia mengeluarkan keresahannya atas kemacetan kreativitas. Hal yang saya juga amini terjadi pada diri saya sendiri. Entah kenapa kami berada di sini, entah apa yang bisa kami pikirkan hal yang mungkin terjadi pada kami selanjutnya.

“Kenapa kita di sini?”

Mamar menghela napas. Ada kepasrahan dan penasaran yang bercampur. “Tidak diberitahu kah?”

“Tidak!”

“Mungkin ini hal yang sudah kau pikirkan…”

“Apa itu?”

“Karena kita sama-sama mandeg dalam menulis…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun