Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

(FFK) Air Mata Kumiko

18 Maret 2011   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13004627071987304246

“Apakah aku punya pilihan, Bayu?” tanya Kumiku di tengah isak yang ditahannya agar tak keluar.

“Entahlah, Kumiko! Entahlah! Hanya saja saya memang harus segera pulang.”

Esoknya, di sebuah sore, terjadilah perpisahan itu. Bayu berpamitan dengan keluarga Shinosuka tetapi Kumiko tidak mengijinkan Bayu untuk pergi hari itu dengan alasan kesehatannya belum pulih benar. Sedangkan Bayu sendiri berusaha menghindar karena bila terus bersamanya dia akan semakin mencintainya. Dan itu pasti akan menyakiti hati Kumiko.

***

Senja telah pulang keperaduannya dan bergantikan sang raja malam menguasai bumi yang semakin hari semakin tua. Terlihat Kumiko masih terpekur di depan komputernya.

Bayu ijinkan aku menjadi pendamping hidupmu, aku tak bisa berbohong dengan hatiku sendiri karena sejak kepergianmu saat senja tadi, hati ini terasa terbawa bersamanya. Bayu aku mencintaimu. Bawalah aku pulang bersamamu ke negara kelahiranmu. Aku ingin bersamamu. Tadi aku sudah ijin dengan keluargaku bahwa aku siap hidup di Indonesia bersamamu. Bayu please balas Emailku karena no telpon yang kamu berikan tak dapat aku hubungi” Love You , Kumiko.

Jari-jari lentik Kumiko menari-nari di atas keyboard dan mengirimkan pesan itu ke Email Bayu yang diberikan sebelum dia meninggalkan rumah keluarga Shinosuke.

Bayu berdiri termenung menunggu penerbangannya yang tinggal dua jam lagi. Dia sesekali menengok jam tangannya. Sejenak kemudian dia menuju telpon umum dan mencari koin. Ditekannya nomer yang berikan oleh Kumiko.

“Mossi-mossi!” suara dari seberang yang telah Bayu kenal beberapa minggu yang lalu. Bayu berpamitan dengan Kumiko bahwa hari ini dia harus meninggalkan Jepang dan baru sempat memberi kabar hari ini. Di seberang sana suara Kimuko mulai terdengar terisak. Bayu terdiam semakin bersalah.

“Maafkan aku, Kumiko! Aku tidak bisa membawa serta dirimu karena di tanah kelahiranku telah menungguku seorang bidadari yang selalu bertahta di hatiku.”

Hati Kumiko terasa luruh disapu tsunami kekecewaan. Air matanya jatuh bak gedung-gedung yang diguncang gempa dengan 9 skala richter. Sedang pesawat yang ditumpangi Bayu telah hilang ditelan langit menuju tanah air tercinta. Segala rasa syukur tak henti Bayu ucapkan kepada yang Kuasa karena selamat dari bencana memporandakan Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun