Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

(FFK) Air Mata Kumiko

18 Maret 2011   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13004627071987304246

“Terimakasih sekali!”

“Tak mengapa!” senyum Kumiko masih mengembang. “Ah, ya dari mana asalmu?”

“Indonesia. Nama saya Bayu!”

“Saya Kumiko!” salam Kumiko setengah membungkuk, lalu disarankannya Bayu untuk tidak banyak bergerak. Dari balik pintu ayah Kumiko muncul dibuntuti kedua anak terkecilnya. Lelaki setengah baya itu tersenyum bahagia melihat pemuda yang ditolongnya telah siuman walau keadaannya masih lemah. Lalu semangat sekali Pak Shinosuko bercerita tentang malam dimana dia menyelamatkan Bayu dari tepi sungai. Tentu dalam bahasa Jepang. Kumiko yang pernah kursus bahasa Inggris sebagai bekal untuk kuliahnya nanti itu, hanya menerjemahkan sebagian saja. Terutama soal keputusan ayahnya yang tidak membawa Bayu ke rumah sakit karena keadaan Jepang yang saat ini begitu memprihatinkan. Berita terakhir telah terjadi ledakan nuklir yang membuat keadaan semakin memburuk.

Setelah beberapa hari Bayu beristirahat dia merasakan keadaan semakin membaik dan selama dia berada di rumah keluarga Shinosuke, Kumikolah yang selalu merawat Bayu. Dan tidak dapat dipungkiri Bayu mulai menyukai gadis berkulit susu itu. Selain ramah, Kumiko adalah gadis yang rajin dan cerdas. Di sisi lain ada semacam peperangan di batinnya karena dia telah bertunangan dengan Tantri yang telah dia kenal sejak kecil.

Hari demi hari Kumiko dan Bayu semakin akrab dan terlihat dari sikap Kumiko yang perhatian dengan Bayu, Mereka banyak bertukar cerita soal kehidupan di Negara asal Bayu. Kumiko terkesima sekali, banyak hal-hal baru yang di dapat tentang Indonesia dari cerita Bayu. Kumiko tak menyangka jika Bali begitu dekat dengan tempat tinggal Bayu. Apalagi Kumiko memang tak pernah benar-benar pergi jauh dari desanya, dari kebun lobak yang minta terus disetiai.

Di luar kesibukannya mengurus kebun, kadang Kumiko membiarkan Bayu bercengkrama dengan kedua adiknya. Entah bermain sepak bola atau sepeda. Dari kejauhan Kumiko sering tersenyum sendiri melihat keakraban Bayu dan kedua adiknya yang tengah tertawa-tawa meski bahasa mereka berbeda. Sebuah rasa yang tak pernah muncul selama dia menghabiskan kehidupannya di desa ini. Cintakah? Mungkin saja.

****

“Kau jadi pulang?” tanya Kumiko selepas menghidangkan teh hangat di ruang tengah. Di ruang lainnya Pak Shinosuke terlihat seperti sedang melakukan sembahyang, ritual yang dilakukannya setiap sore hari.

“Ya, Kumiko! Saya sudah dapat hubungan dengan Kedubes siang tadi. Salah satu perwakilannya akan menjemput saya besok. Karena sejauh ini saya belum sempat mengabarkan keluarga saya di kampung halaman.”

Kumiko terdiam, teh yang hendak diminumnya hanya dipandanginya lama-lama. Hening menjelma di antara keduanya. Masing-masing ingin mengatakan hal yang sesungguhnya sudah saling dipahami. Kumiko berharap Bayu bisa lebih lama tinggal di sana, sementara Bayu harus segera kembali bertemu keluarga yang telah begitu khawatir selama kehilangannya. Juga kembali pada Tantri, sebuah kepulangan bagi cinta yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun