Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

(FFK) Air Mata Kumiko

18 Maret 2011   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13004627071987304246

Keinginan Bayu untuk bekerja di pelayaran sebenarnya mendapat tantangan dari Ayahnya. Bayu diharapkan melanjutkan bisnis keluarganya di bidang percetakan. Setelah selesai kuliah sebenarnya dia mencoba bergabung melanjutkan bisnis keluarga yang telah dirintis oleh Ayahnya. Tapi jiwanya terkekang, tersudut dalam rutinitas harian yang menjemukan. Dia tidak menemukan gairah untuk melakukan hal ini. Memaksa Bayu untuk melanjutkan sesuai inginnya juga bukan pilihan yang baik. Ayahnya hanya tidak ingin mempertaruhkan anak bungsunya untuk pergi jauh.

“Aku akan baik-baik saja, Yah!” sahutnya pada ayahnya yang menyembul dari pintu kamar Bayu.

“Ayah hanya pesankan padamu agar memberi kabar Tantri.”

“Hahaha...kenapa memangnya, Yah?” tawanya dari dalam kamar.

“Kamu jangan menyia-nyiakannya!”

"Tentu tidak, aku sungguh mencintainya."

"Baguslah!"

Di dalam kamarnya Bayu mulai menyusun dan mengemas baju serta perlengkapan lainnya ke dalam carrier yang cukup besar. Kemudian dia kembali memeriksa kertas check listnya untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Direbahkan badannya di kasur. Angannya melayang pada sosok semampai bermahkota hitam sepanjang bahu dan bergelombang halus. Matanya yang bening di balik kacamata terlihat menyejukkan dan menentramkan. Sungguh ini sebuah perpisahan yang berat.

Tantri bukanlah gadis pertama yang hadir di hatinya. Tapi sifat keibuannya yang penyayang dan perhatian telah meluluhlantakkan hatinya. Dia menemukan sosok ibunya yang telah pergi dalam diri Tantri. Lembut dan menenangkan. Satu hal yang membuat dia terus bertahan dengan Tantri adalah rasa sabarnya yang tidak dimiliki oleh perempuan-perempuan sebelumnya. Mengingatkan dan melakukan hal-hal sepele untuknya bagi Bayu adalah hal yang paling berkesan dalam diri Tantri.

Tinggal malam ini saja tersisa waktu Bayu untuk Tantri. Malam-malam setelahnya adalah malam bertumpuknya rindu dan pengharapan. Dan itu akan berlangsung lama. Dua tahun. Tak kan terbayangkan betapa hebatnya rasa itu jika suatu saat harus membuncah. Bayu sadar hal itu, Tantri lebih lagi. Tapi tetap saja air mata tak bisa tertahan jatuh di sepanjang pelabuhan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun