Mohon tunggu...
Ramdhani Nur
Ramdhani Nur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lebih sering termenung daripada menulis...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

(FFK) Air Mata Kumiko

18 Maret 2011   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:40 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Imoto, miyo!”1 seru anak terkecil Shinosuke tepat di depan pembaringan kamar. Seorang lelaki terbujur lemas di sana. Kumiko buru-buru menghampiri sambil menenteng gelas yang tak jadi disimpan. “Dia bangun, Kak!”

Kumiko membawa badannya ke tepi pembaringan. Matanya membentur tubuh lelaki itu mulai bergerak. “Jinsokuna kōru no otōsan!”2

Dilekatkan tatapannya pada wajah lelaki yang begitu pucat dan lemah. Sedikit sekali reaksi yang dihasilkan lelaki itu, kecuali suaranya yang terengah dan gerakan kepalanya yang terusik pelan. “Hai!”

Matanya mulai terbuka pelan, lalu semakin melebar. Adalah wajah Kumiko yang tersenyum lembut yang pertama kali didapatinya. Lalu lahirlah suara parau dari sela bibirnya. “Di mana saya?”

“Nani? Nippon nodarou ka?”3

“Apa?”

“Oh, sayang sekali! English? Do you speak English?”

“Ya…! Ah, apa yang telah terjadi dengan saya?”

“Tenanglah dulu, tak perlu khawatir. Sepertinya kau salah satu korban tsunami dua hari yang lalu, beruntunglah kau masih selamat.”

“Maaf, Nona! Andakah yang menolong saya?“

“Ya, aku dan ayahku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun