Mohon tunggu...
43223110060 Rama Raydinata
43223110060 Rama Raydinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana 1 Akuntansi - NIM 43223110060 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercubuana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   15:02 Diperbarui: 21 November 2024   15:02 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Ageng Suryomentaram berpendapat bahwa menggunakan sumber daya dengan benar adalah penting untuk menjalani kehidupan yang seimbang. Dengan mengatakan bahwa kita hanya boleh mengambil atau menggunakan apa yang diperlukan, ia menawarkan penangkal langsung terhadap ekses kekuasaan, kekayaan, dan pengaruh yang sering mengakibatkan kerusakan masyarakat. Menurut perspektifnya kemakmuran sejati berasal dari kepuasan akan kebutuhan dasar dan penghargaan yang mendalam terhadap kesenangan hidup yang sederhana. Dalam hal ini, sa-butuhne juga berfungsi sebagai bentuk pengekangan etis, yang merupakan inti dari pertumbuhan pribadi dan pencegahan korupsi.

Sangat penting untuk berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan dan kepemimpinan. Seorang pemimpin yang memahami prinsip-prinsip ini akan memimpin dengan tenang dan menahan diri dari memperoleh kekayaan atau kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Sebaliknya, kebutuhan masyarakat, bukan keinginan pribadi, akan mengarahkan tindakan mereka. Pemimpin seperti itu mencegah efek korosif kekuasaan yang menyebabkan korupsi dan kerusakan moral dengan hanya berfokus pada apa yang diperlukan.

2. Sa-perlune: Bertindak Sesuai Kebutuhan Situasi

Prinsip sebelumnya mengembangkan prinsip kedua, sa-perlune (sesuai kebutuhan), yang menekankan pada tindakan yang sesuai dengan situasi. Menurut gagasan ini, orang harus bertindak secara proporsional sesuai dengan keadaan. Tidak ada satu cara yang bekerja untuk semua situasi, dan setiap skenario membutuhkan cara yang berbeda untuk bertindak. Gagasan saperlune mendorong daya tanggap, fleksibilitas, dan kebijaksanaan, yang merupakan kualitas penting dalam manajemen diri dan kepemimpinan.

Ki Ageng Suryomentaram menganggap sa-perlune sebagai pedoman penting untuk perilaku etis. Seseorang harus bertindak dengan kebijaksanaan, yang berarti mereka tidak bertindak sesuai nafsu atau melampaui kebutuhan. Konsep ini bertujuan untuk menghindari campur tangan yang tidak perlu atau melampaui batas. Ini berarti dalam kepemimpinan bahwa para pemimpin harus bertindak sesuai dengan kebutuhan saat ini tanpa mengarah ke otoritas atau manajemen mikro. Untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan atau kontrol, mereka memastikan bahwa tindakan mereka adil dan terukur.

Jika diterapkan pada masyarakat luas, sangat penting untuk memastikan bahwa sumber daya dan peluang didistribusikan secara adil dan merata. Para pemimpin dan individu harus menyadari kebutuhan orang lain dan bertindak sesuai dengannya. Mereka tidak boleh berlebihan atau mengabaikan kebutuhan masyarakat. Karena mendorong keadilan, kesetaraan, dan pengambilan keputusan yang etis, prinsip sa-perlune melindungi dari korupsi.

3. Sa-cukupe: Moderasi dalam Segala Hal

Prinsip ketiga, sa-cukupe (secukupnya), adalah seruan untuk keseimbangan. Prinsip ini menekankan bahwa manusia harus menghindari hal-hal yang ekstrem, baik dalam kesenangan, pekerjaan, maupun konsumsi. Gagasan moderasi sangat terkait dengan gagasan kesederhanaan, yang dipandang sebagai penangkal ekses yang mengarah pada korupsi dan kegagalan moral.

Ajaran Ki Ageng tentang kesederhanaan tidak hanya tentang menahan diri secara fisik, tetapi juga mencakup kesederhanaan emosional dan intelektual. Emosi yang berlebihan seperti kemarahan, ketakutan, dan keinginan dapat mengaburkan penilaian dan mengarah pada perilaku yang tidak etis. Demikian pula, kegiatan intelektual yang tidak terkendali-seperti akumulasi pengetahuan untuk gengsi atau keuntungan pribadi-juga bisa berbahaya. Moderasi, menurut Ki Ageng Suryomentaram, adalah kunci untuk menjaga kejernihan pikiran, perilaku etis, dan keharmonisan dalam hidup seseorang.

Dalam kepemimpinan, prinsip sa-cukupe mencegah para pemimpin untuk menjadi tiran atau lalim yang berusaha mengendalikan setiap aspek kehidupan. Sebaliknya, prinsip ini menganjurkan gaya kepemimpinan yang dicirikan oleh kerendahan hati, keseimbangan, dan pengekangan. Seorang pemimpin yang menganut sikap moderat tidak mengeksploitasi kekuasaan atau posisinya untuk keuntungan pribadi, melainkan menggunakan otoritasnya untuk kebaikan bersama. Pendekatan ini memastikan bahwa kekuasaan tidak merusak, karena pemimpin memahami bahwa kontrol yang berlebihan dapat menyebabkan pemberontakan, kebencian, dan pada akhirnya, keruntuhan masyarakat.

4. Sa-benere: Bertindak Sesuai dengan Kebenaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun