Marhaban ya Ramadhan.
Sudah jadi kebiasaan umum umat islam di Indonesia ketika mendekati Ramadhan saling mengucap dan mengirim pesan sosmed “Marhaban Ya Ramadhan”. Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi seakan menjadikan kebiasaan mengirim pesan menjadi budaya.
Kebanyakan umat islam memahami Marhaban ya Ramadhan adalah: “Selamat datang wahai bulan Ramadhan.” ternyata makna sebenarnya tidaklah seperti itu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata ‘Marhaban’ adalah kata seru yang diucapkan untuk menyambut atau menghormati tamu (selamat datang).
Akan tetapi beda halnya bila menurut bahasa aslinya, bahasa arab. Marhaban berasal dari awal kata ‘rahb’ yang berarti ‘luas atau lapang’. Sehingga ucapan ini menunjukkan sebuah kelapangan dada atas tamu yang datang. Ia akan menerima dengan penuh kegembiraan dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna membuat tamu tersebut nyaman.
Menurut ustadz dari kabarmekkah.com: Akar kata Marhaban juga sama dengan rahbat yang memiliki arti “ruangan luas untuk kendaraan, guna memperoleh kebaikan atau kebutuhan pengendara sehingga bisa melanjutkan perjalanan.”
Sehingga jika mau direnungkan maknanya, maka ucapan “Marhaban Ya Ramadhan” memiliki arti selamat atas datangnya bulan Ramadhan yang disertai dengan penerimaan penuh lapang dada dan kegembiraan. Dengan kata lain datangnya bulan Ramadhan tidak diisi dengan menggerutu dan menghiraukannya karena dianggap mengganggu ketenangan dan kenyamanan kita yang terbiasa makan siang hari ataupun hal lainnya yang dilarang selama Ramadhan.
Senin, 6 May 2019 puasa pertama.
Sambil menunggu ketetapan sidang isbat Departemen Agama RI pada Ahad 5 May 2019 besok, mudah2n semua Ormas sepakat senin besok adalah 1 Ramadhan 1440 H. Walaupun ada Ormas yang memakai metode Realcount ataupun Quick Count. HiHi.
Organisasi Islam besar di Indonesia Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Ramadhan 1440 Hijriah atau 1 Ramadhan 2019.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 2019 atau 1440 Hijriah jatuh pada Senin, 6 Mei 2019. Selain awal Ramadan, PP Muhammadiyah juga telah menetapkan 1 Syawal 1440 Hijriah yang jatuh pada Rabu, 5 Juni2019 M.
Keputusan tersebut dikeluarkan PP Muhammadiyah melalui Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2019 tentang Penetapan Hisab Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah 1440 Hijriah. (Tribun).
Ramadhan sang pemersatu.
Ini dapat menjadi pemersatu 2 elemen bangsa yang terbelah, jutaan orang keukeuh upload dan share puluhan bahkan ratusan ribu foto/vid dugaan kecurangan Pemilu dilain pihak ada pula jutaan orang yang sepakat diam dan menuduh pihak lain gila atau stres.
Ramadhan sang penyejuk.
Ramadhan pun diharap menjadikan peredam energi panas dampak Pilpres. Kedua kubu sama2 merasa dipihak yang benar. Ustadz juga Ulama terbagi 2. Ulama pro-Jo kompak dan memuji juragannya. Ulama sebelah lain lagi, sebagian lantang menyuarakan keadilan dan lawan kecurangan! Namun adapula yang masih menahan diri menjauh dari iklim panasnya Pilpres.
Ramadhan bulan muhasabah.
Ramadhan juga dapat menjadikan bulan muhasabah/instropeksi diri. Esensi dari puasa itu dapat dicapai dengan peresapan batin. Apa tujuan puasa? Apakah kita berpuasa sekedar menjalankan kewajiban agama dan hanya agar tidak dibully 'kalah dengan anak SD yang sudah mulai berpuasa'?.
Di Al-QUR'AN surat Al-Baqarah ayat 183 Allah berfirman: Hai Orang2 Beriman! Diwajibkan atas Kamu berpuasa. Sebagaimana diwajibkan atas orang2 sebelum Kamu agar kamu bertaqwa. Di Ayat 185 Allah juga berfirman: Bulan Ramadhan adalah bulan bulan diturunkannya Al Qur'an. Al Quran adalah petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)
Ayat diatas menjabarkan kewajiban puasa adalah bertujuan mencapai taqwa. Secara etimologi taqwa adalah mematuhi perintahNya, juga menjauhi laranganNya. Di Al-Baqarah 185 juga menunjukkan keutamaan Ramadhan yang adalah bulan turunnya Al-Qur'an.
Kesimpulan.
Penulis mengajak kepada siapapun kubu yang terlibat di Pilpres agar:
1. Dibulan puasa ini bila ada perilaku curang dalam Pemilu agar bertaubat, mengakui kecurangannya lalu kembalikan kepada apa yang semestinya.
2. Yang hoby menista agama, atau membela penista agama semisal: menjadikan Nabi Muhammad SAW juga Al-Qur'an sebagai lawakan, tidak membela ketika Rasulullah dan Al-Qur'an dihina, diam dan bathin tidak tergores terhadap penghinaan2 tersebut agar bertaubat.
Penulis mengajak kepada pembaca jangan berdiri dibarisan penghina agama tersebut. Kalau tidak menerima dan keukeuh dengan kesadaran diri masih juga menolak point2 diatas maka jangan repot2 anda berpuasa, Saya pastikan amalan anda sia2.
Flashback sejenak. Kemerdekaan negara kita diberikan Allah SWT pada bulan puasa. Harap disyukuri sebagai anugrah terindah. Jangan kotori dengan perilaku hoax, kemunafikan, kecurangan, ambisi extreme, arogan juga khianat pada rakyat, bangsa dan negara.
Dugaan 73.000 salah input dari 400.000 TPS yang sudah proses terinput, ribuan foto video dugaan kecurangan, juga semua proses yang melelahkan semoga terselesaikan di bulan Ramadhan. Bulan melatih kesabaran, instropeksi, taubat atas kesalahan, juga bulan jihad/perjuangan bagi orang beriman.
Salam dari saya: Ramadhan Hady Syahputra Tambunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H