Mohon tunggu...
Ramadhan
Ramadhan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar

Artikel Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Menjadi Nelayan - Penulis : Ramadhan

26 Oktober 2023   16:48 Diperbarui: 26 Oktober 2023   16:54 2512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah kau iri dengan rezeki yang ia peroleh, Hikam?"

Aku menggeleng kuat, "Hikam hanya...mm...kasihan ikannya. Kasihan laut kita, Abah. Pasti banyak yang rusak kalau menangkapnya dengan cara kasar begitu. Kasihan Bang Togar juga menjemput rezekinya dengan cara yang tidak halal. Orang lain yang tidak peduli dengan laut kita akan meniru cara Bang Togar. Sekali dua kali sih tidak masalah, tapi hidup kita terlalu mengandalkan laut, Abah. Hikam takut laut kita rusak dan tidak dapat memenuhi kebutuhan kita lagi."

Abah tertawa kecil, "Tapi jangan lupa, masih banyak nelayan yang jujur, yang mau bersabar menjemput rezekinya dengan cara halal."

Kemudian, abah berjalan mendahuluiku menuju pedagang pasar yang sudah melambai-lambai menantikan hasil tangkapan.

Pikiranku berkecamuk. Tidak ada yang dapat menjamin bahwa kalau hari ini hanya Bang Togar yang curang, besok tidak ada yang meniru.

Ketika kebutuhan hidup meningkat, akan ada nelayan lain yang memilih jalan seperti bang Togar. Dan hal tersebut tidak boleh dibiarkan.

Tawar-menawar antara pedagang pasar dan abah berlangsung cepat. Abah menerima beberapa lembar uang limapuluh ribuan setelah terjadi kesepakatan.

Inilah saat yang paling ditunggu. Abah memberikan separuh uang yang beliau peroleh padaku,

"Untuk membayar uang sekolah." ujar abah.

"Abah, apakah Hikam harus sekolah setinggi-tingginya?" tanyaku. Aku tidak berani menatap abah. Kakiku menyaruk-nyaruk pecahan kerang di atas pasir.

"Tentu saja! Kalau perlu, merantaulah yang jauh agar ketika kau pulang, Hikam, alih-alih menjadi pegawai pemerintah, kau bisa menjadi orang besar!" ujar abah berapi-api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun