Mohon tunggu...
Rama Yuda Irawan
Rama Yuda Irawan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Verba volant, scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Patah Hati: Salah Satu Cara Mengatasi Rasa Kehilangan Melalui Menulis Expressive

4 April 2023   03:48 Diperbarui: 4 April 2023   03:51 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Patah hati atau "broken heart" adalah fenomena umum yang terjadi di antara manusia. Patah hati sendiri merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan rasa sakit emosional yang muncul akibat berakhirnya hubungan atau kehilangan orang yang dicintai. Ini adalah pengalaman universal yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan perasaan sedih, kesepian, dan putus asa. Patah hati dapat menyebabkan gejala fisik dan emosional seperti nyeri dada, kesedihan, kecemasan, dan depresi.

Pengalaman patah hati bisa bervariasi dari orang ke orang, dan tidak ada cara yang benar atau salah untuk merasakan saat mengalami putus cinta atau kehilangan. Namun, ada beberapa reaksi emosional umum yang banyak dialami orang, termasuk perasaan sedih, marah, bersalah, dan cemas.

Meskipun patah hati mungkin terjadi dalam berbagai jenis hubungan, namun seringkali terjadi dalam hubungan percintaan yang sudah berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini dapat menimbulkan perasaan kehilangan, kekecewaan, dan kesedihan yang dalam.

Patah hati dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, seperti kesehatan mental dan fisik, hubungan dengan orang lain, serta kinerja di tempat kerja. Orang yang mengalami patah hati dapat merasa kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya mereka nikmati, merasa mudah tersinggung, dan seringkali merasa cemas dan terganggu.

Fenomena patah hati telah menjadi topik yang umum dalam sastra, musik, dan seni populer. Banyak lagu, puisi, dan cerita yang menggambarkan perasaan kehilangan dan kesedihan yang terkait dengan patah hati. Oleh karena itu, patah hati dapat dianggap sebagai bagian penting dari pengalaman manusia yang universal dan dapat dirasakan oleh hampir setiap orang.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa menulis tentang pengalaman patah hati dapat membantu individu mengatasi gejala emosional yang terkait dengan patah hati. Menulis tidak hanya menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan tetapi juga dapat membantu seseorang memproses peristiwa yang telah terjadi. Menulis dapat menjadi terapi alternatif yang efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Mengalami patah hati atau kegagalan dalam hubungan dapat menyebabkan rasa sakit dan kesedihan yang dalam. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi perasaan tersebut, tetapi terkadang metode ini tidak efektif dalam membantu kita melepaskan beban emosional yang kita alami.

Salah satu cara yang mungkin membantu dalam mengatasi patah hati adalah melalui menulis ekspresif. Menulis ekspresif adalah terapi alternatif yang bertujuan untuk mengurangi gejala stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Dalam menulis ekspresif, kita diminta untuk menuliskan semua perasaan dan pikiran yang kita rasakan tanpa batas. Hal ini memungkinkan kita untuk mengekspresikan perasaan yang terpendam dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang diri kita sendiri dan situasi yang kita hadapi.

Selain itu, menulis ekspresif juga dapat membantu kita merefleksikan dan memahami situasi yang kita alami dengan lebih baik. Dengan menulis, kita dapat memperoleh perspektif yang lebih jelas tentang diri kita sendiri dan situasi yang kita hadapi, memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam mengatasi patah hati.

Berdasarkan Hasil Penelitian

"Mending Broken Hearts: Effects of Expressive Writing on Mood, Cognitive Processing, Social Adjustment and Health Following a Relationship Breakup" adalah sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti psikologi sosial Sthepen dan Melanue  dari Columbia University  pada tahun 2010. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengetahui efek menulis ekspresif terhadap individu yang mengalami patah hati dalam hubungan percintaan.

Dalam penelitian ini, dilakukan studi terhadap mahasiswa perguruan tinggi yang mengalami putus cinta dalam satu tahun terakhir. Para peserta yang memenuhi syarat untuk penelitian diidentifikasi melalui kuesioner yang diberikan pada mata kuliah psikologi tingkat dasar.

Dari total 152 peserta yang memenuhi syarat, sebanyak 145 mahasiswa (72 laki-laki dan 73 perempuan) berhasil menyelesaikan seluruh tahap penelitian. Tingkat drop-out rendah, hanya enam peserta yang tidak dapat dihubungi pada saat follow-up, dan satu peserta dikeluarkan karena masalah bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan para peserta terhadap penelitian cukup tinggi.

Dalam hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa menulis ekspresif memiliki efek yang menguntungkan pada berbagai aspek, termasuk suasana hati, kesehatan fisik, dan fungsi sosial. 

Dalam penelitian ini, peserta yang menulis esai ekspresif tentang putusnya hubungan mereka melaporkan tidak ada peningkatan gejala saluran pernapasan atas, ketegangan, atau kelelahan. Sebaliknya, peserta kontrol, yang menulis tentang topik yang tidak berhubungan dengan emosi mereka, melaporkan peningkatan gejala saluran pernapasan atas, ketegangan, dan kelelahan dalam jangka pendek.

Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa menulis ekspresif tidak memengaruhi kemungkinan peserta untuk memulai hubungan baru, tingkat intrusi dan penghindaran, atau perasaan dan sikap mereka terhadap mantan pasangan mereka. Analisis interaksi antara kondisi menulis dan pemrosesan kognitif juga dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang mekanisme yang menghubungkan menulis ekspresif dengan suasana hati dan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menulis ekspresif tampaknya mengurangi efek dari pemrosesan kognitif yang tidak lengkap pada gejala saluran pernapasan atas, tetapi tidak pada suasana hati. 

Peserta dengan pemrosesan kognitif yang tidak lengkap, seperti yang direpresentasikan oleh tingkat tinggi intrusi dan penghindaran, memiliki peningkatan gejala saluran pernapasan atas dalam jangka pendek hanya jika mereka tidak terlibat dalam menulis ekspresif. Jika mereka terlibat dalam menulis ekspresif, pemrosesan kognitif yang tidak lengkap tidak terkait dengan perubahan gejala saluran pernapasan atas.

Penulis artikel mencoba memberikan beberapa penjelasan mengapa menulis ekspresif memiliki efek yang menguntungkan pada kesehatan fisik. Salah satu penjelasannya adalah bahwa menulis ekspresif memungkinkan individu menjadi terbiasa dengan rangsangan stres (seperti pikiran intrusif). 

Dalam pandangan ini, menulis ekspresif merupakan bentuk terapi paparan, di mana respon negatif terhadap rangsangan stres menjadi hilang melalui paparan berulang terhadap rangsangan tersebut dalam konteks yang aman.

Penjelasan lain adalah bahwa menulis ekspresif meningkatkan kontrol, atau persepsi kontrol, individu terhadap respons mereka terhadap rangsangan stres. Penulis juga mengemukakan kemungkinan bahwa menulis ekspresif meningkatkan regulasi diri dengan mengubah bagaimana individu mengatasi pikiran yang berkaitan dengan stres. 

Dalam menulis esai tentang putusnya hubungan, individu mungkin belajar untuk mengatasi pikiran dan kenangan yang membingungkan dan tidak nyaman dengan menggunakan distraksi, pemecahan masalah, atau relaksasi.

Studi ini melibatkan 86 partisipan, yang semuanya mengalami patah hati akibat putusnya hubungan percintaan dalam waktu tiga bulan sebelum studi dilaksanakan. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok menulis ekspresif, kelompok menulis kontrol, dan kelompok tanpa tugas menulis. 

Kelompok menulis ekspresif diminta untuk menulis tentang pengalaman emosional mereka terkait patah hati selama empat sesi selama empat hari berturut-turut. Kelompok menulis kontrol diminta untuk menulis tentang pengalaman akademik mereka. Sedangkan kelompok tanpa tugas menulis tidak diberikan tugas untuk menulis apa pun.

Hasil studi menunjukkan bahwa kelompok menulis ekspresif melaporkan perbaikan mood yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok tanpa tugas menulis. 

Selain itu, kelompok menulis ekspresif juga melaporkan pengurangan gejala fisik dan psikologis yang berkaitan dengan patah hati, seperti sakit kepala, flu, dan perasaan sedih yang berlebihan.

Studi ini juga menunjukkan bahwa kelompok menulis ekspresif memiliki peningkatan dalam kognisi dan pemrosesan emosional. Mereka melaporkan bahwa mereka memiliki lebih banyak wawasan dan pemahaman tentang pengalaman mereka dan mampu mengatasi perasaan negatif yang muncul akibat patah hati. 

Selain itu, kelompok menulis ekspresif juga melaporkan peningkatan dalam penyesuaian sosial, seperti kemampuan untuk berbicara dengan orang baru dan mencari dukungan dari teman-teman.

Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa menulis ekspresif dapat membantu individu dalam mengatasi perasaan negatif dan memperbaiki kesehatan mental dan fisik mereka setelah mengalami patah hati akibat putusnya hubungan percintaan. 

Studi ini memberikan bukti awal tentang efek menulis ekspresif dalam bidang psikologi sosial dan memberikan dasar bagi penelitian lebih lanjut tentang penggunaan menulis ekspresif sebagai terapi untuk mengatasi perasaan patah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun