10 MAHID menceritakan pengalamannya, dari Asahan Aidit, Chalik Hamid, Djumaini Kartaprawira, Kuslan Budiman, Sardjio Mintardjo, Sarmadji, Hartoni Ubes, I Gede Arka, Tom Iljas, dan Waruno Mahdi. Mereka mewakili ribuan eksil yang berada di luar negeri baik yang masih hidup dan sudah meninggal.
Film dimulai dengan scene pemandangan di Indonesia, dari sudut pedesaan hingga hiruk pikuk di Jakarta. Scene kemudian mengarah ke dalam sebuah terowongan di Jakarta lalu keluar ke jalan raya di negara Cekoslowakia.
Lalu, scene berlanjut dengan satu per satu eksil menyampaikan kisahnya, mengenai apa yang terjadi dan pamahaman dari sudut pandang mereka, serta rasa rindunya terhadap tanah air.
Kehidupan mereka di beberapa negara ketika menjadi eksil dari Albania, Belanda, Cekoslowakia, Cina, Jerman, Swedia, Uni Soviet, dan Romania terkuak.
Sebetulnya mereka dikuliahkan di luar negeri yang nantinya diharapkan kembali dan menjadi fondasi pembangunan Indonesia kedepan oleh Bung Karno.
Kita akan diajak untuk mengetahui kenapa mereka dengan jiwa muda dan harga diri, menolak lupa bahwa dirinya bisa berkuliah di Eropa karena ada campur tangan kebijakan Presiden RI Pertama Soekarno berupa beasiswa MAHID.
Atas apa keputusan yang mereka buat saat masih berjiwa muda inilah, akhirnya mereka tidak bisa pulang dan menjadi seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan dalam beberapa dekade.
Awalnya, mereka tidak berpikir terlalu jauh nasib mereka di perantauan akan tak menentu, sepertinya tidak ada satu pun dari mereka menyangka bahwa mereka akan "terasing" selama itu.Â
Mereka tak mengira Presiden RI kedua "Soeharto" dapat mempertahankan kekuasaan hingga 32 tahun. Para MAHID ini hanya mengira 10-12 tahun, melihat sejarah junta militer di negara lain.
Penonton akan disuguhkan bagaimana kondisi mereka saat pergolakan itu terjadi. Hidup mereka tak mudah, bahkan sesama mahasiswa Indonesia di luar negeri melakukan penindasan karena dianggap kaum kiri.
Dari cerita mereka, ada yang tinggal di kamp bagi para eksil di China, ada yang harus dikirim sendirian ke desa terpencil yang jaraknya 600 km dari Moskow. Bahkan ada yang sakit jiwa dalam kamp.