Langkah kaki mengendap-endap, terdengar suara berbisik . Seorang pria berkulit sawo matang membisikkan ke telinga seorang pria berbaju pengasuh pasien "Sur, tanda tangan pernyataan bersama ini !"
Surya menatap wajah sang pembisik "untuk apa mas Darta ?" tanyanya.Â
Sambil mata nyureng dan mengeluarkan suara dengan volume yang pelan, Darta berucap "Kita mau nurunin Direksi Rumah Sakit Tukang Mabok yang galak ini, karena tidak mau memperjuangkan insentif yang sama diterima oleh pegawai Departeman Orang Sehat dengan mencabut status Badan Layanan Rakyat (BLR)Â ".
"Oooo..begitu, sini saya tanda tangan" tegas Surya.
Dialog ini merupakan kisah di tahun 2014 dimana pegawai Rumah Sakit Tukang Mabok berdemonstrasi menuntut diturunkannya Direksi Rumah Sakit dan penyesuaian pendapatan sesuai standar Kerajaan Negeri Konoha dengan pencabutan status Badan Layanan Rakyat (BLR).Â
Demonstrasi yang dilakukan pun amat canggih, rapih, senyap dan berdampak yang merevolusi cara berdemonstrasi dibeberapa rumah sakit di Negeri Konoha yang mengalami nasib yang sama.
Aksi damai ini dilakukan menjelang di masa akhir jabatan Raja Negeri Konoha. Karena sudah tua, Kerajaan Negeri Konoha perlu mencari penerusnya.Â
Pada saat itu Negeri Konoha dipimpin Raja yang tinggi besar yang berwajah syahdu dengan mata panda yang menggelimbir menunjukkan kelelahannya sering begadang.
Tahun akhir masa jabatannya itu, ia membuat kebijakan Insentif Standar Kerajaan (ISK). Nah gara-gara Insentif Standar Kerajaan ini, di tahun 2014 terjadilah Mission Imposibble yang mengagetkan Rumah Sakit Tukang Mabok (RSTM), malah bikin heboh seantoro kerajaan.
Kejadian ini diawali oleh keresahan para pengasuh pasien di Rumah Sakit Tukang Mabok, yang bergulir ke profesi lain dari pembuat racikan obat, juru catat penyakit, juri tulis, pemeriksa darah dan air seni, dan penerima pasien. Tapi saat itu (2014) para tabib dan pegawai yang bertugas di lantai 3 tidak dilibatkan.
Pemimpin aksi didalangi oleh 3 (tiga) pegawai berprofesi pengasuh pasien yaitu Darta, Kumal dan Henry. Mereka pun melebarkan kekuatan kelompok utama dengan mengajak Bragan salah seorang pegawai yang sedang berseteru dengan Kepala Rumah Sakit dan Enoy seorang juru catat penyakit yang sebelumnya kena dirotasi.Â
Bragan merupakan seorang pedagang, konten kreator yang memiliki kesukaannya nonton film-film spionase. Ia pun diminta pertimbangannya oleh 3 pemimpin demonstrasi bagaimana bentuk demonstrasi untuk menjatuhkan Direksi Rumah Sakit dan tuntutan insentif disesusuaikan dengan Insentif Standar Kerajaan (ISK).
Sebetulnya Rumah Sakit Tukang Mabok (RSTM) sudah termasuk dalam daftar penerima Insentif Standar Kerajaan (ISK) yang ditanda-tangani oleh Direktur Jawatan Kesehatan-Departemen Hidup Sehat.
Tapi karena Undang-Undang Kerajaan (UUK) menyebutkan Badan Layanan Rakyat (BLR) tidak berhak menerapkan Insentif Standar Kerajaan (ISK), maka para pegawai Rumah Sakit Tukang Mabok (RSTM) tidak bisa menerima insentif berdasarkan standar tersebut.
Sebelumnya memang sudah ada aksi demonstrasi tapi kurang berdampak. Nah para pemimpin demonstrasi sebelumnya (belum mengajak Bragan dan Enoy) menginginkan demonstrasi berikutnya bisa berdampak dan tidak dianggap angin lalu oleh Direksi Rumah Sakit.
Tapi Bragan dan Enoy menolak didepan para pemimpin demonstrasi untuk menjatuhkan Direksi Rumah Sakit karena memang tujuan utamanya menuntut Insentif Standar Kerajaan (ISK) dengan pencabutan status Badan Layanan Rakyat (BLR).Â
Walaupun Bragan berseteru dengan Kepala Rumah Sakit, tapi menjatuhkan seseorang dari jabatannya secara kurang baik tidak hanya akan menyakiti para kepala Rumah Sakit dan juga keluarga besarnya.Â
Akhirnya demonstrasi pun ditetapkan hanya menuntut insentif disesuaikan dengan Insentif Standar Kerajaan (ISK). Pernyataan bersama menuntut pengunduran diri Direksi Rumah Sakit yang sudah ditandatangi sekitar 150an pegawai akhirnya disimpan Darta tidak digunakan.
Aksi demonstrasi pun disusun, para kelompok khusus ini mendekati para kepala-kepala unit kerja yang dianggap bisa diajak untuk bergabung dari unit kerja peracik obat, unit kerja pencatat penyakit, kelompok pengasuh pasien, dan unit-unit kerja di lantai 1 dan 2.
Kemudian dirancanglah aksi damai yang ditetapkan tanggal 15 januari 2014 berupa : demonstrasi tidak perlu lama (10 menit) hanya foto kumpulan pegawai dengan spanduk bertuliskan "Kepada YTH Raja, Kami menuntut Insentif Standar Kerajaan (ISK)"Â tanpa teriak-teriak dan membuat gaduh.
Dilanjutkan dengan sms ke layanan pengaduan kerajaan nomor 9949 berbunyi : pegawai RSTM menuntut Insentif Standar Kerajaan (ISK).Â
Hal ini dimaksudkan akan membuat pengelola layanan pengaduan kerajaan tersadar ada kejadian apa ? kok begitu banyak sms masuk diwaktu sama (sms blast). Lalu, dirancang pula para pendemonstrasi nantinya kembali ke ruangan masing-masing dan berkerja seperti tidak terjadi apa-apa.Â
Para demonstran sebelum hari H tidak diberitahu kapan waktu aksi agar tidak terjadi kebocoran sehingga akan menggagalkan demonstrasi.Â
Hanya kelompok khusus saja yang mengetahui kapan hari H. Kelompok khusus ini terdiri dari 5 orang pemimpin demonstrasi plus kepala-kepala unit kerja.
Demonstrasi ini tersusun rapih dan terencana. Sudah terjadwal setiap hari Rabu, para Direksi dan Manager Layanan akan melaksanakan rapat pimpinan terbatas. Seorang pegawai ditugaskan untuk memata-matai apakah rapat hari rabu ini sudah dimulai ?
Sekitar pukul 08.45 wib aksi demonstrasi dimulai dengan pagging berbunyi "Kepada pemilik kendaraan Z.9949 IRT untuk memindahkan kendaraannya".
Pagging ini merupakan panggilan bagi para demonstran dari lantai 1 dan 2 RSTM yang seluas 1,7 hektar. Mereka (sekitar 80 orang yang mengajukan diri) kemudian terpanggil dan bergegas menuju titik kumpul di depan lobby dibawah tulisan RSTM.
Sebelum aksi yang telah direncanakan, para pasukan tim khusus pun terlebih dahulu mengunci teralis tangga lantai 3 dan 2 Gedung A (agar orang lantai 3 Â tidak bisa turun), petugas pemelihara gedung pun mematikan lift, dan internet di setting off selama 6 jam.
Sesuai rencana, aksi foto, sms pun dilakukan yang hanya memakan waktu 10 menit saja. Lalu mereka kembali ke unit kerja masing-masing.
Kemudian, tim buzzer melakukan aksi sosial media blast foto demonstrasi dan caption tuntutan yang di forward oleh masing-masing peserta demostran, yang diharapkan menimbulkan efek bola salju.Â
Artikel di upload di platform blog User Generated Content untuk lebih memperdalam maksud dari tuntutan dan keinginan dari aksi demonstran.
Betul saja seperti yang dikhawatirkan, ada pegawai lantai 3 Gedung A yang ternyata berada di lobby kemudian melaporkan aksi demonstrasi kepada para pimpinan yang sedang rapat.Â
Lalu para pemimpin RSTM bergegas menuju titik lokasi yang sudah sepi. Mereka bertanya dan menyisir dari unit ke unit kerja, tapi tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan.
Waktu terus berjalan di rabu itu hingga sore terasa tidak apa-apa, tidak ada gejolak, berujung para Direksi menganggap aksi demonstrasi 15 januari 2014 sama saja dengan aksi demonstrasi sebelumnya.
Tiga hari kemudian, Rumah Sakit di daerah Pempek mencopy melakukan aksi yang sama dengan apa yang RSTM lakukan. Dilanjutkan 2 hari kemudian Rumah Sakit dari daerah Sop Konro melakukan hal yang sama.Â
Seminggu kemudian efek bola salju berefek dengan tambahan 8 unit kerja vertikal dari Departemen Hidup Sehat kompak bersama-sama mengikuti sidang rakyat. Para demonstran kaget kok Temunggung Departemen Hidup Sehat ditunjuk-tujuk oleh Ketua Komisi Bidang Ngurusin Orang Sakit di sidang rakyat itu.
Tidak hanya kali itu saja, salah-seorang wakil rakyat perempuan pun memanggil perwakilan kelompok 11 unit kerja vertikal Departemen Hidup Sehat di Dewan yang Mewakili Rakyat di ruang kerjanya.
Pengalaman bertemu wakil rakyat membuat para demonstran mengerti, para politisi hanya mencari suara, karena ada salah-seorang demonstran diminta dinding rumahnya di cat sesuai warna bendera partai tersebut.
Tidak hanya kesempatan itu saja, 3 unit kerja vertikal mewakili 8 lainnya mendapatkan kesempatan menyampaikan tuntutan kepada Departemen yang Mengurusi Uang divisi Badan Layanan Rakyat. RSTM diwakili oleh Darta, Bragan dan Enoy.
Dari beberapa tim khusus pun sempat dihubungi oleh Badan Pengawas yang Mengurusi Uang. Yang ini bikin deg-deg'an karena dilakukan secara rahasia dan pembicaraannya pun rahasia.
Waktu pun berlalu, sebagian menganggap aksi itu telah berlalu dan meninggalkan catatan sejarah. Tapi bagi sebagian demonstran yang lain menjadi tau mana teman mana yang mencari kepentingan.
Tapi beberapa tim merasa aksi demonstrasi tidak gagal, karena dikemudian hari Departemen Hidup Sehat mengangkat Kepala Rumah Sakit baru yang dapat menaikkan insentif pegawai kalangan bawah hingga 2 sampai dengan 3 kali.Â
Bahkan setiap akhir tahun Kepala Rumah Sakit baru ini memberikan bonus tahunan kepada seluruh pegawai.Â
Dalam memimpin Pak Jaya IQRA (membaca) terIebih dahulu dari karakter, tipikal dan budaya RSTM. Ia berpandangan bahwa semua orang di rumah sakit memiliki peran walaupun harga jabatannya berbeda.Â
Kepala Rumah Sakit yang bernama Jaya ini dapat melihat kebutuhan masing-masing pekerja, ada yang disekolahkan hukum, ada yang diberi award berupa finansial, ada pekerja yang menjalani gerakan sosial dibantu tumbuh, dan lainnya.Â
Bahkan ada pegawai gara-gara absensinya bagus diberi reward uang senilai 500 dirham (mata uang Negeri Konoha) dan nama pegawai tersebut dipampang di lobby sebagai bentuk apresiasi. Ada juga ada yang diajak ke Bali naik kapal pesiar karena kinerja bagus.
Sebagai seorang Kepala Rumah Sakit dirinya amat jarang sekali mengomel-ngomel, tapi merangkul dan mengajak diskusi. Beberapa pegawai yang di cap bandel tidak dihukum tapi dilihat potensinya dan diberdayakan.
Dirinya tidak pernah mengurusi pegawai yang sedang membeli makanan di kantin, tidak begitu ribet dengan pantat harus menempel di tempat kerjanya (yang penting outputnya), dan juga tidak mengurusi baju, celana dan sepatu pegawai harus begini / begitu. Mungkin dia paham, dirinya sudah kepala Rumah Sakit, masa bergaya supervisor !...
Kepala Rumah Sakit ini berorientasi hasil, bahkan dirinya sangat tidak segan harus mendatangi kepala-kepala perusahaan untuk tujuan penjualan produk skala besar. Apabila ada progres dari pertemuan tersebut, proses selanjutnya baru'lah dilanjutkan pada staff tim penjualan.
Aksi demonstrasi ini akan menepak 10 tahun dibulan Januari 2024, beberapa penggerak aksi sebagian besar sudah menduduki posisi penting di Rumah Sakit Tukang Mabok.Â
Darta dan Henry menjadi supervisor pengasuh pasien, Kumal menjadi ketua organisasi kesejahteraan pegawai dan kepala kebersihan linen, dan Enoy menjadi kepala yang Mengurusi Pegawai, serta para tim khusus ada yang menjadi kepala unit kerja & ketua profesi.
Kepala Rumah Sakit yang bernama Jaya yang menjadi jawaban aksi demonstrasi pun sudah meniti karir lebih tinggi sebagai Adipati di Departemen Hidup Sehat.
Bagaimanakah kelanjutan cerita Rumah Sakit Tukang Mabok yang ternyata tanahnya numpang ? tunggu Cerita Pendek berikutnya
_
Note : Ini merupakan kisah fiksi cerita pendek belaka, bila ada kesamaan itu hanya'lah kebetulan saja.
Salam hangat, Blogger Udik dari Cikeas,
Bro Agan aka Andri Mastiyanto
Threads @andrie_gan I Tiktok @andriegan I Twitter @andriegan IÂ Instagram @andrie_gan I Blog - kompasiana.com/rakyatjelata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H