Kami diajak masuk ke jalan-jalan dan gang-gang disekitar pasar baru termasuk jalan pintu air dan gang kelinci yang terkenal dengan lagunya yang dipopulerkan oleh Lilis Suryani.
Terdapat sebuah prasasti dari kaca disebelah kanal Ciliwung, disana tertulis Kanal tersebut dibangun 1681 dari arah pintu air Istiqlal menuju postweg dan pasar baru guna mengatur dan membagi debit air Ciliwung yang masuk dari arah utara untuk mengantisipasi banjir di Batavia Lama.
Disebrangnya terdapat restoran legendaris Shantung Restaurant yang sudah direvitalisasi lebih instagramable. Era 80an, apabila warga kelas elite ke Pasar Baru selain belanja barang akan mampir menikmati kuliner Chinese Food halal di restaurant ini.
Kami pun melanjutkan menulusuri jalan disamping Kanal, di sisi jalan berbatasan dengan kanal terdapat Resto n'Cofee Dapur Rempa yang amat dikenal dengan kuliner khas Aceh.
Ira menceritakan bahwa resto ini belum ada 5 tahun, kuliner unggulannya mie Aceh, es Teh Tarik dan Kopi Sanger. Ia berceletuk Anekdot dari kopi sanger itu sama-sama tau (murah), tapi di Jakarta tidak dijual murah sekitar 40 ribuan rupiah. Seperti halnya tempat makanan Aceh terdapat martabak Aceh, dan es timun khas Aceh di sini.
Di pertigaan ujung jalan sebelah Dapur Rempa terdapat sebuah rumah makan Mie Merah Poetih yang dahulunya merupakan recording company milik Tio Tek Hong.Â
Dirinya merupakan salah-satu saudagar etnis Tionghoa pertama yang mempopulerkan dan mendirikan perusahaan rekaman di Passer Baroe yang masih dijual karya seninya dengan menggunakan piringan hitam.Â
Banyak artis-artis yang namanya melesat berkat recording compony ini, seperti Miss Tjitjih, Miss Riboet, Miss Roekiah, Miss Dja dan seterusnya
Kemudian kami menyusuri Jalan Pintu Air, di jalan ini kami disambut oleh jejeran Ruko-Ruko etnis India yang menjual peralatan musik dan peralatan olahraga (golf).