Tapi "BlackBerry" bukan hanya cerita tentang sejarah gadget yang merubah dunia. Film ini juga pembelajaran bagi para pebisnis bagaimana membangun bisnis yang sukses dan mencegah dari keterpurukan. Beberapa intrik keuangan tergambarkan, seperti berbagai upaya panik Jim untuk menangkal intrik bisnis  oleh Palm Pilot.
Film ini tentang public relation, bagaimana Blackberry bisa menjadi ponsel pintar favorit karena membangun sebuah Citra / status. Image siapapun pengguna smartphone Blackberry (sebelum tenggelamnya) adalah orang mandiri yang ditemani gadget mempuni. Saat itu Image Blackberry miliknya para borjuis (pebisnis, orang kaya).
Jauh sebelum lonceng kematian smartphone yang memiliki ciri khas keyboard dan track pad,  pengenalan iPhone (2007) dengan layar sentuh belum dianggap sebagai ancaman. Ketika RIM mulai berinovasi di ranah ponsel dengan layar sentuh, Blackberry sudah tertinggal jauh dari pesaingnya.Â
Film ini juga menggambarkan, bagaimana sosok yang sukses dan terperangkap posisi yang tinggi akan bisa membawa seseorang pada pribadi yang congkak. Uang bisa membutakan seseorang yang dapat melewati batas-batas aturan.
Lebih dari itu, mungkin film "BlackBerry" menyoroti kerentanan dan eksploitasi bisnis di pasar yang kejam. Penggambaran tarik-menarik antara kejeniusan, bisnis, dan kesadaran atas ancaman.Â
Blackberry mungkin merasa sudah mencapai titik kebanggaan bahwa telah memasukkan komputer ke dalam telepon telah mengubah dunia, sehingga lupa inovasi itu harus selalu ada di bidang teknologi.
Pendiri dan manajemen  "BlackBerry" tidak menyadari adanya inovasi baru, mengabaikan pentingnya perubahan, yang menganggap kita semua akan selalu mengetik ponsel dengan ibu jari kita selamanya, dan senang akan rasa dari sebuah sentuhan keyboard.
Rate : 8,5/10
_
Salam sehat Blogger Udik dari Cikeas