Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bilibante dari Desa Debu Jadi Desa Wisata Hijau Berprestasi

30 Oktober 2022   17:04 Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:05 3343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Zainag (paking kiri) dan Bapak Pahrul Azim (kanan), ditengah dua remaja Desa Bilibante I Sumber Foto : Dokumen Pribadi

Tambahnya, pasir-pasir itu berasal dari lahar dingin letusan gunung Samalas. Kawasan ini dijadikan tempat penambangan pasir karena pasir yang dihasilkan warnanya agak kehitaman yang memiliki kualitas yang bagus.

Pahrul Azim menerangkan bahwa Bilibante berasal dari 2 suku kata, Bili yang berasal dari buah maja sedangkan Bante memiliki arti melilit. Warga desa memaknai arti kata dari Desa Bilibante sebagai desa yang subur dan bersatu padu atau kekeluargaan.

Ibu Zainag (paking kiri) dan Bapak Pahrul Azim (kanan), ditengah dua remaja Desa Bilibante I Sumber Foto : Dokumen Pribadi
Ibu Zainag (paking kiri) dan Bapak Pahrul Azim (kanan), ditengah dua remaja Desa Bilibante I Sumber Foto : Dokumen Pribadi

Cerita Ibu Zainab, ada inisiatif dari Pemerintahan NTB untuk menggalakkan UMKM. Beberapa warga Bilibante pun mendapatkan pelatihan UMKM pada tahun 2014 dan workshop jasa pariwisata di tahun 2015.

Ibu Zainab kemudian mendirikan UMKM Putri Rinjani yang melibatkan ibu-ibu dari warga desa sebanyak 12 orang dan juga berupaya merubah desanya menjadi Desa Wisata. 

Pandemi Covid-19 Tidak Menghalangi Desa Wisata Hijau Bilibante Tetap Berdenyut

Lesu, pandemi covid-19 merubah banyak hal, padahal Desa Wisata Hijau ini telah memiliki berbagai fasilitas yang menunjang dari jalan 2 lajur yang sudah di hotmix, penerangan yang baik, terdapat marka penunjuk jalan, dan hanya 18 menit dari Kota Mataram dan mencari BBM  dan bengkel pun mudah.

Sebelum Pandemi Covid-19 pengunjung sebulan bisa memperoleh sekitar 2000 pengunjung. Kemudian Ibu Zaenab bersama warga berfikir kreatif agar Bilibante tetap berdenyut.

Mereka kemudian mencoba memasarkan tortilla, sambal cengeh dan cemilan lain yang terbuat dari rumput laut, kolang-kaling, pisang atau singkong. Produk cemilan ini dipilih karena Desa Bilibante melimpah sumber daya bahan baku dan harganya yang murah.

Dari penjualan Tortilla seharga Rp.25.000/toples bisa diperoleh hasil 24 juta rupiah perbulannya. Penjualan tortilla tidak hanya disekitar Lombok namun telah merambah Luar Lombok baik secara langsung maupun daring.

Cemilan dan produk oleh-oleh  khas Desa Wisata Hijau Bilibante I Sumber Foto : dokumen pribadi
Cemilan dan produk oleh-oleh  khas Desa Wisata Hijau Bilibante I Sumber Foto : dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun