Ruangan Keempat, Di ruangan tempat di mana Sayuti Melik dan B.M. Diah mengetikkan naskah proklamasi Indonesia.Â
Lantai dua, lebih modern seperti museum pada umumnya yang menampilkan beberapa informasi sejarah. Pada bagian belakang rumah terdapat bunker, tempat menyimpan dokumen rahasia milik Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Setelah puas mengeksplorasi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kami pun menuju titik akhir Monumen Proklamasi atau Tugu Proklamasi.
Tugu Proklamasi merupakan tugu peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang berdiri di kompleks Taman Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.
Taman tersebut dulunya bekas kediaman Sukarno yang beralamat di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ira Latief amat menyayangkan kenapa rumah tersebut telah dihancurkan atas perintah sang proklamator Ir. Soekarno sendiri.
Gantinya, saat ini daku melihat dua patung Sukarno dan Hatta berukuran besar berdampingan. Di tengah dua patung terselip naskah Proklamasi yang terbuat dari lempengan batu marmer hitam.
Kedua patung memiliki berat 1200 kg dan tinggi 4,6 m, serta 4,3 m. Naskah Proklamasi berbentuk lempengan batu perunggu berukuran 196 cm x 290 cm, dengan berat 600 kilogram.
Tidak hanya kedua patung itu saja, dibagian belakang patung terdapat patung-patung monolitik bernomor 17, dengan yang tertinggi adalah 8 meter, dengan 45 tonjolan di air terjunnya, melambangkan tanggal 17 Agustus 1945.
Di depan kedua patung itu, terdapat lapangan yang ditengahnya terdapat tugu dengan lambang petir mirip logo super hero the flash. Disisi bagian kanan patung Soekarno berjarak kurang lebih 20 meter terdapat Tugu Peringatan 1 tahun Kemerdekaan Indonesia yang dibangun atas prakarsa Ikatan Wanita Djakarta