Baru-baru ini tersiar kabar Kemenhan RI mulai tahun ini (2021) hingga 2024 akan segera mereliasasikan akuasisi berbagai alutsista modern secara bertahap.Â
TNI AU dikabarkan akan mendapatkan jatah pesawat tempur multi role combat F15 EX dan Desault Rafale, Radar GCI3, pesawat berkemampuan Airbone Early Warning, pesawat multi role tanker platform, pesawat angkut Hercules C 130 J, dan unmanned combat AERIAL vehicle (UCAV) dengan kemampuan medium altitude long endurance (MALE).Â
Namun, pesawat tempur yang digadang-gadang akan diakuasisi TNI AU dalam 3 tahun terakhir yakni F-16 Viper tidak ada dalam daftar. F-16 Viper merupakan versi tercanggih dan terbaru dari seri F-16. Ada apa gerangan kok gagal dibeli?
Menurut penulis ada beberapa alasan kenapa F-16 Viper tidak jadi diakuasisi oleh Pemerintah Indonesia, yuks scroll
_
1. Sinyal Kekecewaan Menko Marvest, Luhut Binsar Pandjaitan
Dilansir dari CNBC Indonesia (DI SINI), Menko Marvest, Luhut Binsar Pandjaitan kecewa kenapa Indonesia hanya ditawari F-16 Viper oleh USA sedangkan negara tetangga, Singapura bisa mendapatkan F-35.Â
Nantinya armada jet tempur F-35 Singapura ini  untuk menggantikan armada pesawat F-16 yang dianggap sudah uzur. Malah Indonesia kok membeli jet tempur yang akan tidak dipakai negara berlogo singa ! Tentunya hal ini bisa menjadi alasan kenapa Indonesia lebih memilih F-15 EX dan Desault Rafale.
_
2. F-16 Viper Sudah Tidak memenuhi Aspek Psikologis Daya Getar
Versi terbaru dari F-16 Fighting Falcon yang saat ini ditawarkan ke beberapa negara ialah F-16 Viper block 70/72. Indonesia termasuk yang ditawarkan oleh produsen pesawat tempur paling laris di era modern ini.
Ada aspek psikologis sepertinya kenapa sang legenda ini kurang memiliki daya pikat bagi Indonesia. Yang pertama tentunya aspek psikologis daya getar bagi kawasan lagi.Â
Fakta menarik, F-16 Viper  sudah dibenamkan sebagian teknologi dari F-22 dan F-35 tapi ternyata tidak dilirik oleh negara-negara Asia Tenggara baik itu negara kota Singapura, Malaysia dan Thailand.
Bagi penulis sebagai pecinta dirgantara bila mendengar kata F-16 maka yang ada di benak penulis ialah pesawat tempur yang laris dan melegenda. Tetapi pesawat ini sudah tidak ada kesan menakutkan.
_
3. Indonesia Membutuhkan Jet Tempur Kelas Heavy Fighter
Pesawat tempur merupakan salah-satu dari Alat Utama Sistem Senjata dari sebuah negara untuk menjaga kedaulatan. Bagi negara-negara yang berkonflik  atau memiliki masalah perbatasan akan menggemukkan postur ketersediaan pesawat tempur. Walaupun pesawat tempur itu hanya hitungan matematis belum tentu yang dimiliki layak terbang.
Besi perang terbang yang begitu laris di pasaran di era modern saat ini ialah F-16 Fighting Falcon (2.267 unit), Sukhoi Su 27/30 Flanker (1.057 unit), F-15 Eagle (956 unit), F-18 Hornet/Super Hornet (884 Unit), Mig-29 Fulcrum (817 unit).
Patut diketahui kebutuhan akan pesawat tempur ternyata tidak hanya menjaga kedaulatan, tapi juga untuk pengintaian, pencegatan, agresi, unjuk kekuatan dan diplomasi pertahanan.Â
Kekuatan militer membuat negara-negara seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok menjadi negara yang begitu disegani, berani mencampuri urusan negara lain bahkan mengklaim sebuah wilayah.
Kebutuhan utama TNI AU sepertinya menghadirkan Heavy Fighter alias penempur kelas berat sebagai bagian diplomasi daya getar bagi kawasan. Itu kenapa pada tahun 2018 terjadi kesepakatan pembelian 11 unit Sukhoi SU-35 Flanker E.Â
Perubahan strategi politik pertahanan dan krisis Laut Natuna Utara berimbas pula pada perubahan pembelian Alutsista. Â F-16 Viper yang merupakan jet tempur kelas Medium Fighter dengan single engine berdampak tidak disebutkan dalam hasil Rapim TNI.Â
_
4. Rafale Terdengar Lebih Mumpuni dari F-16 Viper
Heboh! pesawat tempur yang akan diakuisisi TNI AU dalam Rapim TNI hanya disebutkan 8 jet tempur F-15 EX dan 36 jet tempur Desault Rafale. Kok bisa? padahal tahun 2018 dan 2019 sang burung besi F-16 Viper masih santer akan dimiliki oleh Indonesia walaupun di saat itu 11 unit Su-35 Super Flanker termasuk juga yang akan dibeli.
Semenjak Pak Prabowo sebagai Kemenhan RI, peta pembelian Alutsista berubah. Menhan RI melakukan diplomasi pertahanan ke beberapa negara baik kepada USA, Rusia, China, Turki, Perancis dan India.
Dikutip dari jakartagreater.com (DI SINI) Militer India mengklaim bahwa 1 jet tempur Rafale India dapat mengalahkan 2 jet tempur F-16 Pakistan. Rafale merupakan jet tempur yang canggih dan termasuk yang termahal.
Rafale dikategorikan pesawat tempur serbaguna 'omnirole' generasi ke-4,5, double engine dan sayap delta, bisa berpangkalan berkecepatan maksimum 1.912 km per jam (1,8 Mach),jarak jelajah 3.700 km dan dibanderol sekitar 142,3 juta Euro (sekitar Rp2,4 triliun) atau termahal dibandingkan saingannya F-15 EX, F-16 Viper, Sukhoi SU-35 atau JAS 39 Gripen.
Rafale dilengkapi berbagai macam senjata dan dirancang untuk melakukan dominasi udara, pengintaian udara, dukungan serangan darat, serangan udara jarak dekat, serangan anti-kapal dan misi pencegahan nuklir. Rafale disebut sebagai pesawat tempur "omnirole" oleh pabrikannya, Dassault Aviation.
Bahkan, Rafale dilengkapi dengan 14 hardpoint dan lima di antaranya mampu membawa persenjataan berat dan tabung bahan bakar eksternal. Begitu menakutkannya Rafale.Â
Bukan hanya omongan, Rafale telah membuktikan di berbagai medan pertempuran baik di Libya, Afganistan dan Afrika sehingga layak menyandang battle proven. Sejumlah negara dikabarkan telah mengakuisisi Rafale di antaranya India, Libya, Inggris, Yunani dan Swiss. Â
_
5. Embargo Militer Masih Menjadi Trauma
Pesaing pembelian F-16 Viper untuk memenuhi kebutuhan TNI AU ialah Desault Rafale bukan F-15 EX. Pada tahun 2018 dan 2019 tersiar kabar bahwa Indonesia akan mengakuisisi 2 skuadron F-16 Viper ini. Apa daya F-16 Viper tidak masuk dalam list yang akan dibeli.
Apakah Indonesia trauma dengan embargo militer yang diberlakukan USA kepada militer Indonesia ? .... bisa jadi.
Bila kita lihat dari jumlah unit jet tempur yang akan dibeli Indonesia, F15 EX (USA) hanya akan dibeli 8 unit saja. Sedangkan Desault Rafale (Perancis) akan dibeli sebanyak 36 unit. Tentunya ini akan menjadi pertanyaan bagi pecinta dirgantara, kenapa ? karena F15 EX dan F-16 lebih battle proven dan lebih murah dibandingkan Rafale.
Ada sisi sejarah embargo militer oleh USA disektor pesawat tempur yang terlihat Indonesia berpikir dalam untuk mengakuisisi jet tempur Paman Sam. Embargo merontokkan kinerja menjaga kedaulatan udara wilayah Indonesia dari kehadiran pihak asing yang masuk ke wilayah kita.Â
_
Salam hangat  Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Instagram I Twitter I web I Email: mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H