Kebutuhan utama TNI AU sepertinya menghadirkan Heavy Fighter alias penempur kelas berat sebagai bagian diplomasi daya getar bagi kawasan. Itu kenapa pada tahun 2018 terjadi kesepakatan pembelian 11 unit Sukhoi SU-35 Flanker E.Â
Perubahan strategi politik pertahanan dan krisis Laut Natuna Utara berimbas pula pada perubahan pembelian Alutsista. Â F-16 Viper yang merupakan jet tempur kelas Medium Fighter dengan single engine berdampak tidak disebutkan dalam hasil Rapim TNI.Â
_
4. Rafale Terdengar Lebih Mumpuni dari F-16 Viper
Heboh! pesawat tempur yang akan diakuisisi TNI AU dalam Rapim TNI hanya disebutkan 8 jet tempur F-15 EX dan 36 jet tempur Desault Rafale. Kok bisa? padahal tahun 2018 dan 2019 sang burung besi F-16 Viper masih santer akan dimiliki oleh Indonesia walaupun di saat itu 11 unit Su-35 Super Flanker termasuk juga yang akan dibeli.
Semenjak Pak Prabowo sebagai Kemenhan RI, peta pembelian Alutsista berubah. Menhan RI melakukan diplomasi pertahanan ke beberapa negara baik kepada USA, Rusia, China, Turki, Perancis dan India.
Dikutip dari jakartagreater.com (DI SINI) Militer India mengklaim bahwa 1 jet tempur Rafale India dapat mengalahkan 2 jet tempur F-16 Pakistan. Rafale merupakan jet tempur yang canggih dan termasuk yang termahal.
Rafale dikategorikan pesawat tempur serbaguna 'omnirole' generasi ke-4,5, double engine dan sayap delta, bisa berpangkalan berkecepatan maksimum 1.912 km per jam (1,8 Mach),jarak jelajah 3.700 km dan dibanderol sekitar 142,3 juta Euro (sekitar Rp2,4 triliun) atau termahal dibandingkan saingannya F-15 EX, F-16 Viper, Sukhoi SU-35 atau JAS 39 Gripen.
Rafale dilengkapi berbagai macam senjata dan dirancang untuk melakukan dominasi udara, pengintaian udara, dukungan serangan darat, serangan udara jarak dekat, serangan anti-kapal dan misi pencegahan nuklir. Rafale disebut sebagai pesawat tempur "omnirole" oleh pabrikannya, Dassault Aviation.