Kepala ini menengok keatas, terlihat peta Indonesia di atap Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Jakarta. Tepat jam dua belas siang saya menjelajah dunia maya di lobby Perpusnas. Sambil duduk, tangan ini membantu mengunyah snack dan meminum air minum kemasan yang dibagikan setelah penanyangan salah-satu film event Latin America Film Festival 2019 yang saya saksikan pada, 3 Maret 2019.
Sesekali saya melihat di media sosial terlihat beberapa teman blogger membuat status sedang berada atau menuju ke Perpusnas. Bahkan salah-satunya saya temui di lobby Perpusnas. Ketika saya tanya "sedang apa disini ?".... teman sesama blogger ini menjawab dirinya ke Perpusnas untuk mencari referensi bagi tulisannya. Wah keren sekali dirinya menurut saya apa yang dilakukannya dapat mencegah menghasilkan blogpost hoax.
Ternyata tidak hanya Perpusnas yang patut dibanggakan. Saya sempat membaca sebuah artikel dari portal berita Serambinews.com (DISINI) ada sebuah perpustakaan milik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang memperoleh sertifikasi internasional ISO 27001 dalam bidang keamanan informasi sistem dengan aplikasi OPAC, OER, dan Room Booking.
Perpustakaan Unsyiah termasuk salah-satu yang mendorong minat baca masyarakat dengan mengadakan Unsyiah Library Fiesta 2019 salah-satunya kegiatan pemilihan duta baca Unsyiah. Kegiatan seperti ini patut ditiru oleh perpustakaan-perpustakaan lain di Indonesia.
_
Perpustakaan Memancing Interaksi dan Minat Baca
Jumat, 8 Maret 2019, saya duduk di area baca ditemani ribuan buku yang tersusun rapih pada rak-rak besi yang berada dibelakang tubuh ku. Sebuah buku bertemakan tentang narkoba saya baca dengan serius tapi santai. Aroma dari buku ini tercium, sepertinya ini merupakan buku yang baru diadakan oleh Perpustakaan ini.Â
Sesekali tangan ini menggaruk kepala dengan mata yang merem melek. Udara sejuk yang mengalir diruangan berukuran 3 x 6 meter persegi membuat saya betah berada disana. Topik tentang narkoba dan penanganannya merupakan topik yang amat saya suka. Mungkin karena saya sempat berkerja di Unit Rehabilitasi Napza / Narkoba RSKO Jakarta selama tiga tahun (Januari 2015- januari 2019).
Walaupun perpustakaan ini tidaklah besar namun perpustakaan ini mampu memberi rasa bahagia bagi diri saya. Bisa dibilang salah-satu tempat yang cair dalam pergaulan ialah perpustakaan RSKO Jakarta. Di ruangan ini merasa tidak terkotak-kotak karena perbedaan instalasi / unit kerja.Â
Kami bisa tertawa, bercengkrama, bahkan makan bersama di Perpustakaan RSKO Jakarta. Kebetulan perpustakaan RSKO Jakarta berada disebelah ruang konfrensi dan instalasi diklat.
Ruang konfrensi digunakan pada saat ada acara pertemuan pegawai, hari besar agama, kunjungan dan acara lainnya. Ketika waktu makan bersama berlangsung setelah acara, salah-satu tempat yang dijadikan tempat berkumpul untuk makan bersama ialah Perpustakaan RSKO Jakarta. Pada moment-moment seperti itu terjalinlah interaksi antar pegawai di perpustakaan.Â
Perpustakaan RSKO Jakarta tidak membatasi pengunjungnya untuk tidak bersuara atau bercengkrama. Saling sapa menjadi kebiasaan di perpustakaan RSKO Jakarta walaupun kami memiliki 30-an unit kerja dimana pegawainya belum tentu kenal nama satu sama lain.
Dengan situasi ini membuat pegawai RSKO Jakarta dekat dengan Perpustakaan. Ketika berkunjung pastinya berujung melihat-lihat koleksi dan kemudian membaca walaupun itu sekedar membaca buletin, majalah atau koran. Menjadi tempat bergaul berujung meningkatkan jumlah menit membaca. Bahkan apabila tidak ada suara berarti tidak ada pengunjung itu yang tidak diharapkan perpustakaan dilingkungan kerja/perkantoran. Beyond Expectation Perpustakaan di lingkungan kerja dengan budaya ini.
Saat ini, Perpustakaan RSKO Jakarta memiliki koleksi sebanyak 2.680 dengan total 2.082 judul, referensi 1.239, text book 1.068, majalah/jurnal/buletin 206, fiksi 38 dan tugas akhir 129. Bisa dibilang koleksi tersebut tersebar dalam berbagai jenis, meliputi buku teks, buletin, terbitan berkala (jurnal), laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, majalah, buku referensi, laporan penelitian, novel, dan dokumentasi. Â
_
Perpustakaan Menjadikan Blogger No Hoax
Sebelum menjadi blogger monetize seperti sekarang, saya ngeblog bergaya diary (catatan pribadi) dimana tulisan itu untuk komsumsi saya sendiri. Awalnya 2008 s/d 2014 saya ngeblog hanya berkisah bagaimana perjalanan saya ke beberapa destinasi wisata dengan minim perbendaharaan kata.
Perpustakaan RSKO Jakarta bisa dibilang mampu menjadikan saya seorang blogger seperti saat ini. Pada bulan februari 2014 saya ditempatkan di Instalasi Publikasi dan Informasi dimana Perpustakaan merupakan bagian dari instalasi ini. Saat itu tugas saya membangun konten bagi sosial media yang baru dirintis oleh RSKO Jakarta. Â
Setahun (2014) bertugas di Instalasi Publikasi dan Informasi dimana ada perpustakaan RSKO Jakarta didalamnya membuat saya banyak membaca dan menambah jumlah perbendaharaan kata. Sangat penting bagi seorang blogger ialah tidak kehabisan kata-kata untuk ditulis pada blogpost yang nantinya dibaca orang lain.
Perpustakaan RSKO Jakarta membantu saya untuk berfikir sebelum sharing. Dalam diri menuntut haruslah mendapatkan referensi yang benar dan terpercaya. Itu kenapa seorang blogger tidak hanya pandai menulis tetapi juga harus sering membaca. Ruangan ini membangun diri saya sebagai pemberi informasi yang baik.Â
Alhamdulillah diri saya mampu berprestasi dan mendapatkan pengalaman yang tidak banyak orang rasakan sebagai seorang blogger. Salah-satu faktornya memperbanyak menit membaca buku/referensi/koran/dll.
Baca juga : Hal-Hal Berkesan Ketika Menikmati Diri Menjadi Blogger
Sebagai blogger pada tahun 2017 saya mendapatkan kesempatan hadir dalam acara sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui medsos bersama penggiat sosial media dan netizen di Golen Boutique Hotel, Jakarta.Â
Bisa jadi sudah banyak content kesehatan hoax yang dibaca masyarakat lalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Salah membaca artikel online / blogpost malah dapat memperburuk kesehatan bagi yang membacanya. Untuk itu para pembaca di dunia maya harus pintar-pintar mencari sumber yang benar dan valid.
Tidak hanya bagi para pembaca tetapi juga para blogger, pembuat konten di dunia maya ini haruslah memperhatikan darimana dirinya mendapatkan sumber informasi. Jangan hanya mengutip dari tulisan orang lain ternyata yang menulis itu informasi nya tidak benar atau benar tapi ditambah-tambahkan /dikurangi.Â
Dilansir dari kompas.com (DISINI), berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan pertahun rata-rata hanya 5-9 buku.
Perpustakaan sejatinya sebagai pusat informasi dan pembelajaran masyarakat dapat mengambil peran dalam melawan informasi palsu atau hoax. Apabila seorang blogger dapat meningkatkan kualitas membaca, maka akan mampu menekan dan melawan adanya informasi palsu (hoax). Hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan kemampuan literasi informasi
Sejak berkembangnya internet istilah "banjir informasi" telah menjadi hal wajar dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tidak hanya berdampak pada tersebarnya informasi yang benar dan valid tetapi juga membanjirnya berita palsu dan sampah.
Ayoooo berkunjung ke Perpustakaan.
-----------------------------------------------
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Web [ DISINI ] , Blog [ DISINI ] , Twitter [ DISINI ] , Instagram [ DISINI ]
Email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H