Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Perpustakaan Membantu Blogger Cegah Blogpost Hoax

9 Maret 2019   22:01 Diperbarui: 10 Maret 2019   06:32 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Blogger dengan sering berkunjung ke Perpustakaan akan mencegah konten Hoax I Sumber Foto : Olah Digital pixabay

Kepala ini menengok keatas, terlihat peta Indonesia di atap Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Jakarta. Tepat jam dua belas siang saya menjelajah dunia maya di lobby Perpusnas. Sambil duduk, tangan ini membantu mengunyah snack dan meminum air minum kemasan yang dibagikan setelah penanyangan salah-satu film event Latin America Film Festival 2019 yang saya saksikan pada, 3 Maret 2019.

Sesekali saya melihat di media sosial terlihat beberapa teman blogger membuat status sedang berada atau menuju ke Perpusnas. Bahkan salah-satunya saya temui di lobby Perpusnas. Ketika saya tanya "sedang apa disini ?".... teman sesama blogger ini menjawab dirinya ke Perpusnas untuk mencari referensi bagi tulisannya. Wah keren sekali dirinya menurut saya apa yang dilakukannya dapat mencegah menghasilkan blogpost hoax.

Deskripsi : Perpustakaan Nasional saat ini tempat berkumpulnya komunitas-komunitas di Indonesia, salah-satunya komunitas blogger niche film I Sumber Foto : IG KOMIK Kompasiana
Deskripsi : Perpustakaan Nasional saat ini tempat berkumpulnya komunitas-komunitas di Indonesia, salah-satunya komunitas blogger niche film I Sumber Foto : IG KOMIK Kompasiana
Saya pun amat kagum dengan Perpusnas. Perpustakaan saat ini telah berkembang lebih jauh, bahkan Perpusnas sangat bagus bila dilihat dari sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan. Selain sebagai tempat mencari referensi, Perpusnas bisa dibilang sebagai galeri seni. Bahkan daku melihat menjadi tempat kongkow kaula muda, Beyond Expectation diluar yang saya pikirkan.

Ternyata tidak hanya Perpusnas yang patut dibanggakan. Saya sempat membaca sebuah artikel dari portal berita Serambinews.com (DISINI) ada sebuah perpustakaan milik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang memperoleh sertifikasi internasional ISO 27001 dalam bidang keamanan informasi sistem dengan aplikasi OPAC, OER, dan Room Booking.

Deskripsi : Suasana di Perpustakaan Unsyiah I Sumber Foto : Perpustakaan Unsyiah
Deskripsi : Suasana di Perpustakaan Unsyiah I Sumber Foto : Perpustakaan Unsyiah
Sertifikasi ini disahkan oleh Dakks, Badan Akreditasi Nasional Jerman. UPT.Perpustakaan Unsyiah patut berbangga karena merupakan unit kerja pertama dalam lingkup Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO 27001.

Deskripsi : Sistem layanan perpustakaan berbasis IT yang aman I Sumber foto : Perpustakaan Unsyiah
Deskripsi : Sistem layanan perpustakaan berbasis IT yang aman I Sumber foto : Perpustakaan Unsyiah
Dengan sertifikasi ini Perpustakaan Unsyiah memberikan jaminan pengendalian atas keamanan, kerahasiaan, dan ketersediaan layanan dengan mengamankan sumber daya informasi, menjalankan dua server redundant yang berlokasi di Banda Aceh dan Singapura yang saling mereplikasi (replication) dan saling ambil alih secara otomatis jika ada satu server mengalami gangguan (failed-over).

Perpustakaan Unsyiah termasuk salah-satu yang mendorong minat baca masyarakat dengan mengadakan Unsyiah Library Fiesta 2019 salah-satunya kegiatan pemilihan duta baca Unsyiah. Kegiatan seperti ini patut ditiru oleh perpustakaan-perpustakaan lain di Indonesia.

_

Perpustakaan Memancing Interaksi dan Minat Baca

Jumat, 8 Maret 2019, saya duduk di area baca ditemani ribuan buku yang tersusun rapih pada rak-rak besi yang berada dibelakang tubuh ku. Sebuah buku bertemakan tentang narkoba saya baca dengan serius tapi santai. Aroma dari buku ini tercium, sepertinya ini merupakan buku yang baru diadakan oleh Perpustakaan ini. 

Deskripsi : Buku dengan tema Narkoba sebagai bahan referensi blogpost I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Buku dengan tema Narkoba sebagai bahan referensi blogpost I Sumber Foto : dokpri
Buku ini berjudul "Narkoba di Indonesia Aspek Medis dan Psikososial" yang disunting oleh Adhi Wibowo Nurhidayat yang merupakan terbitan Institute of Mental Health, Addiction, and Neuroscience, April 2017. Rencananya buku ini akan menjadi referensi buat tulisan daku di blogpost berikutnya mengenai topik kesehatan khususnya penyalahguna narkoba / Napza.

Sesekali tangan ini menggaruk kepala dengan mata yang merem melek. Udara sejuk yang mengalir diruangan berukuran 3 x 6 meter persegi membuat saya betah berada disana. Topik tentang narkoba dan penanganannya merupakan topik yang amat saya suka. Mungkin karena saya sempat berkerja di Unit Rehabilitasi Napza / Narkoba RSKO Jakarta selama tiga tahun (Januari 2015- januari 2019).

Deskripsi : Sering membaca menambah jumlah perbendaharaan kata I Sumber foto : dokpri
Deskripsi : Sering membaca menambah jumlah perbendaharaan kata I Sumber foto : dokpri
Itulah kenapa saya acapkali berkunjung dan berujung membaca koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan tempat saya berkerja di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Alasan lain karena saya merupakan blogger yang acapkali mengulas topik kesehatan. Saya juga saat ini diberi tugas sebagai pengelola media sosial dan content writer di RSKO Jakarta. Jadi tidak hanya topik tentang narkoba saja yang saya tulis.

Walaupun perpustakaan ini tidaklah besar namun perpustakaan ini mampu memberi rasa bahagia bagi diri saya. Bisa dibilang salah-satu tempat yang cair dalam pergaulan ialah perpustakaan RSKO Jakarta. Di ruangan ini merasa tidak terkotak-kotak karena perbedaan instalasi / unit kerja. 

Kami bisa tertawa, bercengkrama, bahkan makan bersama di Perpustakaan RSKO Jakarta. Kebetulan perpustakaan RSKO Jakarta berada disebelah ruang konfrensi dan instalasi diklat.

Ruang konfrensi digunakan pada saat ada acara pertemuan pegawai, hari besar agama, kunjungan dan acara lainnya. Ketika waktu makan bersama berlangsung setelah acara, salah-satu tempat yang dijadikan tempat berkumpul untuk makan bersama ialah Perpustakaan RSKO Jakarta. Pada moment-moment seperti itu terjalinlah interaksi antar pegawai di perpustakaan. 

Perpustakaan RSKO Jakarta tidak membatasi pengunjungnya untuk tidak bersuara atau bercengkrama. Saling sapa menjadi kebiasaan di perpustakaan RSKO Jakarta walaupun kami memiliki 30-an unit kerja dimana pegawainya belum tentu kenal nama satu sama lain.

Dengan situasi ini membuat pegawai RSKO Jakarta dekat dengan Perpustakaan. Ketika berkunjung pastinya berujung melihat-lihat koleksi dan kemudian membaca walaupun itu sekedar membaca buletin, majalah atau koran. Menjadi tempat bergaul berujung meningkatkan jumlah menit membaca. Bahkan apabila tidak ada suara berarti tidak ada pengunjung itu yang tidak diharapkan perpustakaan dilingkungan kerja/perkantoran. Beyond Expectation Perpustakaan di lingkungan kerja dengan budaya ini.

Deskripsi : koleksi-koleksi buku disisi sebelah kanan I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : koleksi-koleksi buku disisi sebelah kanan I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Koleksi-koleksi buku dimana banyak berhubungan dengan judul kesehatan I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Koleksi-koleksi buku dimana banyak berhubungan dengan judul kesehatan I Sumber Foto : dokpri
Walaupun perpustakaan RSKO Jakarta tidak besar namun perpustakaan RSKO Jakarta memberikan fasilitas wifi gratis bagi pengunjungnya, dispenser, dan ruangan baca yang nyaman dengan Air Conditioner (AC). Dalam sistem pencatatan dan operasionalnya sudah tidak menggunakan cara manual tetapi sudah menggunakan sistem informasi berbasis komputerisasi / IT. Layanan ini sangat membantu para pengunjung perpustakaan RSKO Jakarta.

Saat ini, Perpustakaan RSKO Jakarta memiliki koleksi sebanyak 2.680 dengan total 2.082 judul, referensi 1.239, text book 1.068, majalah/jurnal/buletin 206, fiksi 38 dan tugas akhir 129. Bisa dibilang koleksi tersebut tersebar dalam berbagai jenis, meliputi buku teks, buletin, terbitan berkala (jurnal), laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, majalah, buku referensi, laporan penelitian, novel, dan dokumentasi.  

_

Perpustakaan Menjadikan Blogger No Hoax

Sebelum menjadi blogger monetize seperti sekarang, saya ngeblog bergaya diary (catatan pribadi) dimana tulisan itu untuk komsumsi saya sendiri. Awalnya 2008 s/d 2014 saya ngeblog hanya berkisah bagaimana perjalanan saya ke beberapa destinasi wisata dengan minim perbendaharaan kata.

Perpustakaan RSKO Jakarta bisa dibilang mampu menjadikan saya seorang blogger seperti saat ini. Pada bulan februari 2014 saya ditempatkan di Instalasi Publikasi dan Informasi dimana Perpustakaan merupakan bagian dari instalasi ini. Saat itu tugas saya membangun konten bagi sosial media yang baru dirintis oleh RSKO Jakarta.  

Setahun (2014) bertugas di Instalasi Publikasi dan Informasi dimana ada perpustakaan RSKO Jakarta didalamnya membuat saya banyak membaca dan menambah jumlah perbendaharaan kata. Sangat penting bagi seorang blogger ialah tidak kehabisan kata-kata untuk ditulis pada blogpost yang nantinya dibaca orang lain.

Perpustakaan RSKO Jakarta membantu saya untuk berfikir sebelum sharing. Dalam diri menuntut haruslah mendapatkan referensi yang benar dan terpercaya. Itu kenapa seorang blogger tidak hanya pandai menulis tetapi juga harus sering membaca. Ruangan ini membangun diri saya sebagai pemberi informasi yang baik. 

Alhamdulillah diri saya mampu berprestasi dan mendapatkan pengalaman yang tidak banyak orang rasakan sebagai seorang blogger. Salah-satu faktornya memperbanyak menit membaca buku/referensi/koran/dll.

Baca juga : Hal-Hal Berkesan Ketika Menikmati Diri Menjadi Blogger

Sebagai blogger pada tahun 2017 saya mendapatkan kesempatan hadir dalam acara sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui medsos bersama penggiat sosial media dan netizen di Golen Boutique Hotel, Jakarta. 

Deskripsi : Deskripsi : DR.Paskah Daeli (Kemenko PMK RI), Unggul Sugena ( Relawan TIK ), Bambang Tri S ( KemenKominfo ) dari Kiri ke kanan I Sumber Foto : Dokpri
Deskripsi : Deskripsi : DR.Paskah Daeli (Kemenko PMK RI), Unggul Sugena ( Relawan TIK ), Bambang Tri S ( KemenKominfo ) dari Kiri ke kanan I Sumber Foto : Dokpri
Acara tersebut diselenggarakan pada, 27 Juli 2017, yang diprakarsai oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan Republik Indonesia, Kementerian Komunikasi & Informatika RI, dan Kementerian Pendidikan & Kebudayaan RI.

Deskripsi : Isu Hoax yang paling banyak beredar di sosial media pada tahun 2017 I Sumber Foto : Mastel 2017
Deskripsi : Isu Hoax yang paling banyak beredar di sosial media pada tahun 2017 I Sumber Foto : Mastel 2017
Sebagai seorang blogger sekaligus content writer kesehatan, saya pun terkaget-kaget. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi & Informatika RI di tahun 2017 isu hoax di sosial media yang merupakan content kesehatan mencapai 41,2 % hoax. Bahkan untuk content sosial politik 91,8 % hoax dan content SARA 88,6 % hoax. Masuknya kesehatan dalam 3 (tiga) besar content hoax membuat saya shock sebagai blogger yang berkerja di fasilitas kesehatan.

Bisa jadi sudah banyak content kesehatan hoax yang dibaca masyarakat lalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Salah membaca artikel online / blogpost malah dapat memperburuk kesehatan bagi yang membacanya. Untuk itu para pembaca di dunia maya harus pintar-pintar mencari sumber yang benar dan valid.

Tidak hanya bagi para pembaca tetapi juga para blogger, pembuat konten di dunia maya ini haruslah memperhatikan darimana dirinya mendapatkan sumber informasi. Jangan hanya mengutip dari tulisan orang lain ternyata yang menulis itu informasi nya tidak benar atau benar tapi ditambah-tambahkan /dikurangi. 

Dilansir dari kompas.com (DISINI), berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017, rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan pertahun rata-rata hanya 5-9 buku.

Deskripsi : Banjirnya informasi juga mengakibatkan banjir hoax, untuk itu jumlah menit baca harus ditingkatkan I Sumber Foto : dokpri
Deskripsi : Banjirnya informasi juga mengakibatkan banjir hoax, untuk itu jumlah menit baca harus ditingkatkan I Sumber Foto : dokpri
Kebanyakan masyarakat Indonesia malas untuk membaca dan mencerna informasi. Itu kenapa mereka jadi begitu mudah share tanpa menyaring informasi terlebih dahulu. Ada berita dari seorang yang dia kenal, dianggap benar tanpa cross check lalu menggunakan jari langsung share. Janganlah pula seorang blogger menjadi penyebar hoax karena kurang membaca. Maka sering-seringlah datang ke perpustakaan.

Perpustakaan sejatinya sebagai pusat informasi dan pembelajaran masyarakat dapat mengambil peran dalam melawan informasi palsu atau hoax. Apabila seorang blogger dapat meningkatkan kualitas membaca, maka akan mampu menekan dan melawan adanya informasi palsu (hoax). Hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan kemampuan literasi informasi

Sejak berkembangnya internet istilah "banjir informasi" telah menjadi hal wajar dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tidak hanya berdampak pada tersebarnya informasi yang benar dan valid tetapi juga membanjirnya berita palsu dan sampah.

Ayoooo berkunjung ke Perpustakaan.

-----------------------------------------------

Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Web [ DISINI ] , Blog [ DISINI ] , Twitter [ DISINI ] , Instagram [ DISINI ]

Email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun