"Nebak sih, tapi pasti bergadang." Balasnya selang dari satu menit.
Tidak bisa dipungkiri memang aku bergadang hingga larut malam mengerjakan beberapa laporan praktikum yang tentunya menguras waktu. Namun aku tidak mau mengatakan bahwa keadaanya memang begitu.
"Untuk kali ini tebakanmu salah, silahkan di coba lagi." Balasku cepat.
"Baiklah, akan ku gosok ale-ale lagi." Jawabmu yang membuat aku senyum di pagi hari.
Ternyata, satu notifikasi darimu sangat mempengaruhi suasana hatiku. Aku saat itu tidak berpikir bahwa pada akhirnya akan begini. Jadi, aku lanjutkan semua percakapan itu tanpa tahu bahwa rasa yang paling berbahaya adalah ketika kita merasa nyaman pada orang yang salah.
***
Menyemangati satu sama lain bukanlah hal yang salah bukan dari seorang sahabat? Namun, kita tidak tahu apakah perasaan akan tetap sama seperti sahabat atau bahkan lebih.
Malam itu pukul sembilan malam aku bercerita kepada sahabatku panggil saja dia Kinara tentang perasaan yang timbul namun asing bagiku.
Katanya, cowo sama cewe sahabatan akan ada salah satu yang menaruh harapan.
Tanpa sadar aku mengerutkan keningku ketika membaca balasan pesan dari Kinara. Salah satu? Kata itu seperti mengganjal dalam benaku.
"Salah satu?" Tanyaku padanya.