Lalu aku mrlihat sebuah debu pelangi jatuh dari langit ke arah makluk itu, lalu mereka menekuk turun dan mematuki dan memakan makluk yang terdiri dari gumpalan hitam, mata, gigi dan organ itu. Aku lalu merangkak berusaha menjauh, ukuran burung itu lebih besar dari yang aku duga ukuranya layaknya manusia dewasa.
Burung burung itu mrncabik cabik makluk lendir hitam itu memakanya dan tidak membiarkanya kabur, aku melihat ke arah kakiku, aku merasakan sakit dan ketidak mampuan ku untuk mengerakanya. Seekor burung lalu memegang kedua bahuku dan rerbang tinggi ke langit dia membawaku ke suatu tempat, aku awalnya khawatir burung itu akan memakanku layaknya mereka memakan makluk lendir yang sebelumnya. Namun rasa takut itu hilang sekali lagi, seberapa banyak aku mencoba untuk meyakinkan diriku aku dalam bahaya aku tidak merasakan takut sama sekali.
Aku lalu membiarkan burung burung itu membawaku entah ke mana, tetapi aku mulai menyadari sesuatu warna langit mulai memudar begitu juga dengan daratan di bawahku. Lalu aku melihat kedua lenganku itu juga mulai kehilangan warnanya seketika semua berubah menjadi abu abu, hitam putih layalnya tv pada tahun 1950an.
Aku lalu melihat sebuah pilar hitam yang sangat tinggi menjulang entah ke langit mana, menara hitam itu sangat sangatlah tinggi dan besar... sangat besar. Aku bukan seorang arsitektur tetapi tidak mungkin sesuatu setinggi dan sebesar itu bisa berdiri sekokoh itu.
Aku lalu di bawa ke depan pintu pilar itu, itu juga sangatlah besar burung burung itu mrnaruh ku dengan lembut seakan mereka berhati hati dengan diriku yang sedang terluka. Lalu pintu itu terbuka dengan suara gemuruh dan angin yang tajam menusuk, dari dalamnya keluar seorang figure layaknya manusia. Namun ketika itu mendekat kepalanya adalah seekor burung dengan kedua matanya yang di tututp oleh helm baja, tubuhnya tertutupi kain dan jubah, ia memeluk sebuah tongkat yanh di ujungnya terdapat seluruh tata surya asing.
"Who art thou, mortal?" Ucapnya suaranya adalah gabungan antara laki laki dan perempuan... tidak itu adalah dua suara laki laki dan perempuan yabg terpisah namun berbicara bersamaan. Dan kelihatanya ia bertanya tetapi aku tidak paham apa yang ia katakan, aku paham bagian who, dan mortal dari ucapanya... dia bertanya siapa aku ? "N- nama ku Adi" ucapku dengan gugupnya.
"Adi ?... apa ini bahasa yang bisa kamu pahami ?" Ucapnua sekarang dia menggunakan bahasa yang aku pahami "y-ya..." pria itu... wanita.. itu lalu mengangguk "baguslah.." ia melihat kr arah kakiku yang temuk, lalu menunjuk ke arahnya seketika kakiku kembali pulih, aku benar benar bingung, apa yang sebenarnya sedang terjadi ?.
Itu lalu berbicara "panggil saja aku Obsidian Wardens Melihat dari teaksi mu.. kamu baru di sini... benar ?" Aku mengangguk lalu berdiri karena kakiku sudah pulih "y-ya begitulah... bisa tolong beri tahu aku di mana... dan t-tempat apa ini ?" Ia tidak menjawab ia lalu bertanya lagi "bagaimana kamu bisa berakhir di sini ?"
"A... aku sedang tidur lalu aku terbangun di sini" ia lalu memiringkan kepalanya sebelum bertanya lagi kepadaku "apa kamu menemukan... menyentuh... atau mrmbaca sesuatu ?" Aku lalu ingat aku menyentuh salah satu batu mulus yang ada di loteng kakek "aku menyentuh sebuah batu halus dengan beberapa penyangga besi... hanya itu yang aku anggap ganjil"
Ia lalu mengangguk "kelihatanya kamu ke sini tanpa sengaja... dari mana kamu mendapatkan atau menemukan batu itu ?" Aku baru menyadari setiap dia berbicara paruh burungnya tidak terbuka... dia berbicara melalui telepati atau sesuatu.
"Aku menemukan batu itu di loteng kakek ku" ia lalu memiringkan krpalanya bertanya dengan penasaran "dan bagaimana dengan loteng kakek mu itu ? Ada hal janggal lain ?" Aku lalu mengangguk "ya ada banyak kertas dengan simbol dan tulisan yang aku tidak pahami" ia lalu melihat ke atas "hm... kelihatanya kakek mu seorang penjelajah mimpi" aku dengan bingung bertanya "penjelajah mimpi ?"