Mohon tunggu...
Raka Fatiha
Raka Fatiha Mohon Tunggu... Novelis - Penulis amatir (pengangguran/pelajar)

Aku seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Malam Merah

9 November 2023   12:04 Diperbarui: 9 November 2023   12:20 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya kami berdua berjalan pulang dengan hasil belanjaan kami, aku nelihat sebuah truk mengangkut orang orang dengan baju compang camping dan kotor, kelihatanya mereka para oengemis yang tidak punya tempat berlindung, pemerintah memang menyediakan fasilitas untuk mereka yang tidak punya tempat berlindung dari malam merah tetapi tetap saja mereka menyeduakanya karena dorongan dari rakyat dan organisasi kemanusiaan lainya, sumberdaya sangat sulit di dapat karena jumlah tenaga kerja menurun drastis pada 1950 dan sekarang dunia masih berusaha pulih dari keterpurukan itu.

"Kamu tahu ? Katanya bulan merah mulai berevolusi" ucap Sara sambil berjalan di sebelah ku "ya aku tahu itu berevolusi... tapi aku tidak tahu evolusi apa itu ?" Sarah berpikir sebentar berusaha mengingat informasi yang ia dapatkan sebelumnya itu "katanya mereka akan mengumunkanya 1 jam sebelum malam merah sebaiknya tetaplah aktif di tv dan internet" mengaoa tidak di beritahu dari awal ? Sunggug aku terkadang tidak bisa memahami orang orang yang memiliki tanggung jawah ini.

Saat kami berjalan kami menemukan sebuah tunbuhan bulan merah raksasa itu menutupi seluruh jalan dan membuat kendaraan tidak bisa lewat, kelihatanya orang orang memanjatnya untuk melewatinya, tetap saja hak ini sering terjadi di mana bulan merah tumbuh berlebihan dan menutupi akses transportasi.

Aku membiarkan Sarah naik duluan lalu aku juga mulai memanjat, walau terklasifikasi sebagai tumbuhan teksture mereka seperti daging hidup, itu berdenyut seakan memiliki detak jantung, permukaanya tebal namun di saat yang sama licin dan berlendir... menjijikan. Kami pun berhasil melewatinya dan melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Sesampainya di rumah kami berpisah ia masuk ke rumah di sebelah ku dan aku masuk ke rumahku, di lantai 2 ada jendela yang saling berhadapan dengan jendela Sara, entah siapa yang mendesain jendela saling berhadapan begitu. Sesampainya di rumah aku langsung merapihkan hasil belanjaan ku namun setelah merapihkanya aku merasa ada yang kurang "astaga... aku lupa membeli garam..." aku menghela nafas karena kecerobohan ku dan pergi keluar dan berlari menuju mall, di kota besar seperti ini tidak ada warung yang menjual garam apa ? Gumam ku selama berjalan.

Singkat cerita aku berhasil membeli garam dan sekarang berjalan kembali ke rumahku, pandanganku teralihakan kepada sebuah laptop yang aku sangat inginkan, hanya saja untuk sekarang aku belum punya uangnya, tanpa aku sengaja aku menabrak seorang pria dengan jaket biru, melanjaanya jatuh ke mana mana dan aku langsung mengambilkan barang nya yabg jatuh "maaf ! Maaf aku tidak melihat jalan" pria itu mengangguk "iya tidak apa..." aku membantunya mengambil semua barang barangnya dan memasukanya ke kantung belanjaanya "terimakasih" ucapnya sambil menunduk "ah ! Nggak ! Aku yang menabrak mu tadi... itu salah ku"

"Ya sudah saya pamit, ngomong ngomong kalau anda ada kesukitan kontak saya aka yah" ucapnya sambil memberikan sebuah kartu nama dan ada nomer teleponya di situ, aku menerimanya dan ia pun pergi dan aku melihat kartu namanya, namanya adalah Hendra Posisinya adalah seorang manajer eksekutif dari yayasan bernama handless aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya tapi setidaknya aku mendapat teman baru.... aku rasa ?

Tidak lama aku sanpaidi rumah dengan garam yang aku butuhkan, aku pun memasak untuk makan siang ini, pada jam 6 sore sebuah pengumuman akan di umunkan di tv, aku duduk di sofa ku sendiri sambil bersandar menunggu akhirnya pengumuman itu berlangsung.

Seperti biasa intruksi cara bertahan hidup selama malam merah, tutup pintu jendela bla bla bla sudah berapa kali aku menonton ini, pada akhirnya sampailah ke pengumuman yang aku tinggu "malam ini akan berbeda dari malam yang lain, jangan biarkan mereka masuk, gunakan senjata letal jika di perlukan" Aku menatap tv dengan bingung... siapa mereka ?

Sudahlah aku berdiri aku kira akan ada pengumuman besar ternyata hanya pemberitahuan aneh, aku mulai mengambil solatip dan merapatkan jendela dan cela menuju dunia luar, dan lalu aku menyalakan ventilasi khusus yang dapat menyaring spora dan udara segar dari luar, aku sudah siap untuk malam ini.

Pukul menunjukan pukul 6.30 sebentar lagi sebelum malam merah, lalu secara tiba tiba handphone ku berdering itu dari teman ku namanya adalah Faris dia mengatakan bahwa malam ini akan berbeda dan aku di minta untuk hati hati, aku sudah melwati malam merah lebih dari puluhan kali seumur hidup ku... aku tahu apa yang aku lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun