Kebutuhan-kebutuhan organisasi terlebih HMI dalam lingkup komisariat agar terpenuhi dan berjalan dengan baik tak terlepas dari pola manajemen. George R. Terry dalam Melayu S.P. Hasibuan (1994: 3), memberi penjelasan bahwa manajemen adalah proses khas yang berisikan tindakan berupa pengorganisasian, perencanaan, menggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan berbasis sumber daya manusia dan sumber lainnya.
Sumber daya manusia inilah basis materi yang akan menjadikan individu-individu untuk menjaga ritme keberlangsungan organisasi sesuai tujuan yang dirancang secara matang. Pun dalam pelaksaan masih terdapat kendala teknis, sumber daya manusia yang terjamin kualitasnya akan secara spontan mengantongi opsi perencanaan yang tidak mutlak pada satu opsi saja. Ada opsi-opsi lain yang bisa digunakan sebab manajemen organisasi sudah ada pola menjalankannya.
Gerakan yang sudah masuk ke tahap konklusi artinya telah berhasil membaca peluang dan tantangan agar kader tidak kaku dan ragu mengambil suatu keputusan. Keseringan yang terjadi adalah rasa minder dan tidak percaya diri atas keputusan dan tindakan yang diambil. Dan ini tanpa dipungkiri akan menghambat langkah produktifitas diri kader maupun organisasi ke depan diakibatkan keyakinan yang masih lemah terhadap kemampuan.
Termasuk dalam hal manajemen di mana kader bisa membangkitkan rasa saling percaya sesama kader lainnya guna menghindari kesalahpahaman antar-kader. Oleh sebab itu, agar jalan terjal perkaderan yang makin meloyo ini tidak semakin krusial menuju babak kemandekan. Apa yang dikatakan Tan Malaka, terbentur, terbentur, terbentur lalu terbentuk menjadi relevan ketika kader menjadi dewasa oleh pelbagai medan perjuangan, tantangan dan benturan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H