Dewa 19 kembali meramaikan industri musik Indonesia. Band pentolan Ahmad Dhani tersebut meluncurkan single baru berjudul "Tak Ada Yang Sebanding Denganmu".
Desember 2024, band legendarisSetelah melakukan pendengaran berkali-kali, saya merasa lagu tersebut banyak kemiripan dengan lagu "Satu Bulan" yang dinyanyikan Bernadya.Â
Apakah Dewa 19 melakukan plagiasi terhadap lagu Bernadya? Simak sampai tuntas untuk tahu jawabannya!
Ceritakan sepasang kekasih yang baru putus cinta
Lagu "Tak Ada yang Sebanding Denganmu" dan "Satu Bulan" sama-sama menceritakan sepasang kekasih yang baru saja putus cinta. Tokoh di kedua lagu tersebut sama-sama merasa kehilangan alias belum move on pascaputus cinta.Â
Lewat kedua lagu tersebut, Dewa 19 dan Bernadya mencoba memberikan sudut pandang masing-masing atas perasaan kehilangan yang baru saja mendera.
Uniknya, baik Dewa 19 ataupun Bernadya sama-sama memulai teks lagunya dengan latar waktu.
Dalam "Tak Ada yang Sebanding Denganmu", Dewa 19 memulai dengan lirik 'Tak terasa seminggu aku tak bersamamu'. Sementara Bernadya memulainya dengan lirik 'Belum ada satu bulan'.
Ada frasa "seminggu" dan "satu bulan" yang sama-sama memberi petunjuk kepada pendengar bahwa subjek dalam lagu tersebut memang belum lama berpisah.Â
Lalu apa yang subjek lakukan setelah perpisahan tersebut?
Dewa 19 menceritakan subjek mencoba mencari kekasih baru lewat lirik selanjutnya, 'Kucoba bercengkrama dengan gadis-gadis yang mungkin bisa jadi kekasihku'. Sementara Bernadya memilih overthinking, tidak menerima kenyataan, dan merasa bersalah.
Beda persepsi gender dalam memandang patah hati
Dua lagu tersebut menarik untuk dikaji terutama bagaimana keduanya memandang patah hati yang bisa mewakili masing-masing gender. "Tak Ada yang Sebanding Denganmu" mewakili suara laki-laki, sementara "Satu Bulan" mewakili suara perempuan.
Baru dari kajian inilah, pendengar bisa melihat perbedaan keduanya.
Laki-laki cenderung mengobati patah hati dengan hati lagi. Mencari kekasih baru padahal di hatinya masih tertanam orang lama. Makanya, ada perintah keras untuk sebaiknya beristirahat bagi lelaki yang sedang patah hati. Karena percuma mencari hati baru, toh hanya akan menyadarkan hati lama masih tetap yang terbaik.
Dewa 19 menggambarkan dengan cukup baik bahwa pencarian hati baru oleh si subjek, hanya menyadarkannya pada kenyataan bahwa tak ada yang sebanding dengan orang lama.
Beda dengan perempuan yang cenderung galau sejadi-jadinya. Ketika putus cinta, mereka tidak akan bepergian ke sana ke mari mencari lelaki baru, tetapi lebih memilih diam di pojokan kamar, kalau perlu menangis sejadi-jadinya, kemudian berantakin semua barang, eh.
Pun dengan subjek dalam lagu Bernadya yang memilih gila dengan berpikir bahwa si mantan sudah punya orang baru yang siap menggantikannya. Atau merasa sudah dilupakan ketika tak ada terucap pesan selamat ulang tahun. Ya, begitulah. Terkadang, perempuan terluka oleh ekspektasi dan pikirannya sendiri.
Menutup lagu dengan harapan bisa balikan lagi
Walau berbeda dalam hal memaknai patah hati, "Tak Ada yang Sebanding Denganmu" dan "Satu Bulan" sama-sama menutup lagunya dengan harapan bisa balikan lagi dengan sang mantan.
Dewa 19 dengan jantan mengungkapkan akan menunggu hingga sang mantan kembali, karena merasa si mantan adalah jodoh terbaik bagi si subjek. Sementara Bernadya mengungkapkan keinginan balikannya yang masih saja dalam imaji kegalauannya.
Kedua penutup lagu ini semakin menegaskan bahwa ketika awal patah hati, perempuan cenderung menjadi pihak yang paling tersakiti dan gagal move on. Tapi semakin waktu berlalu, ia akan menyadari bahwa hubungannya memang sudah kandas dan bisa menerima semuanya.
Situasi menjadi terbalik pada lelaki. Ketika awal patah hati, lelaki akan tampak baik-baik saja. Namun ketika waktu berlalu, ketika si perempuan sudah menerima kenyataannya, lelaki mulai menyadari bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang berharga.
Makanya, lagu tentang maaf dan penyesalan lebih banyak dilantunkan oleh penyanyi laki-laki, atau dari sudut pandang laki-laki.
Kajian intertekstual dalam karya seni (lagu)
Dari penjelasan di atas, bisa dikatakan pola teks dalam "Tak Ada yang Sebanding Denganmu" dan "Satu Bulan" memiliki susunan yang sama. Mulai dari latar waktu, alur aktivitas saat patah hati, hingga harapan subjek setelah patah hati.
Tapi apakah bisa dikatakan bahwa hal tersebut merupakan plagiasi? Jelas tidak!
Dalam karya seni ada satu metode kajian untuk menafsirkan makna yakni kajian intertekstual. Kajian ini bertujuan untuk memahami suatu karya dengan melihat pengaruh dari teks yang sudah ada sebelumnya.
Pendekatannya dilakukan dengan membandingkan antara teks dengan teks yang lain. Apa yang dibandingkan? Pengkaji berusaha menemukan adanya hubungan unsur intrinsik seperti tema, alur, penokohan, gaya bahasa, amanat, hingga sudut pandang dan latar dalam teks yang dikaji.
Berdasarkan kajian ini, "Tak Ada Yang Sebanding Denganmu" dan "Satu Bulan" memang punya kesamaan tema, alur, plot, latar, hingga amanat. Yang membedakan hanyalah sudut pandang subjek terhadap tema utama lagunya yakni soal patah hati.
Sekadar informasi, Lagu "Satu Bulan" sudah dirilis sekitar Juni 2023, tapi mendapat momentum yang tepat sepanjang 2024. Sehingga lagu ini berhasil menjadi lagu Indonesia yang paling banyak diputar di salah satu aplikasi pemutar musik sepanjang 2024.
Next, kaji lagu Indonesia apa lagi ya?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI