Pola-pola pencurian dalam setting yang terbatas, dan dilatarbelakangi oleh motif ekonomi, mungkin bukan hal yang asing di ranah perfilman.Â
Beberapa yang saya tonton semisal Don't Breathe (2016) atau Pemukiman Setan (2023), dikembangkan ke genre horor, thriller, dan atau kriminal.
Berbeda dengan Modal Nekad yang diarahkan menjadi komedi drama, dengan tagline "pencurian terkocyak abad ini".
Imam Darto sebagai sutradara, Modal Nekad tentu punya potensi menghadirkan kelucuan yang menggelegar berkat ramuan komedi yang juga ia tulis bersama Sesa Nasution dan Warman Nasution.
Dinakhodai oleh
Tapi sebagai karya debut, penyutradaraan Imam Darto masih menyimpan masalah klasik yang seringkali dialami komedian ketika menjadi sutradara untuk pertama kalinya. Yakni soal bagaimana materi yang dihadirkan dalam film, yang seringkali masih terasa lawakan panggung.
Ketika komedi berada dalam medium film, menurut hemat saya, materi tersebut harus linear dengan karakterisasi yang dibuat dan alur cerita. Tidak lagi hanya sebagai sisipan semata yang kalau bagian tersebut dibuang, tidak berpengaruh apa-apa terhadap filmnya.
Ya semisal adegan mereka ketahuan warga ketika memasukkan koper curian ke dalam mobil, itu salah satu contoh pengadeganan yang cerdas. Tapi selebihnya, Modal Nekad lebih banyak diisi oleh celetukan-celetukan karakter yang terpisah dari alur cerita filmnya.
Lucu? Iya! Di sebagian part saya tertawa kecil hingga tertawa besar. Apalagi materi komedi yang menyentil soal politik, hukum, hingga budaya pop culture itu sendiri, sukses Modal Nekad hadirkan dalam ritme dan timing yang pas.
Konsep brotherhood yang jarang digali, sukses menyentuh hati
Sebagai film bertema utama soal pencurian, jelas film memasuki bagian paling fun setelah ketiga karakter utama memasuki rumah kosong tersebut yang ternyata milik seorang mafia besar. Di tengah aksinya, nggak disangka sang pemilik pulang. Dan mereka menyaksikan sebuah peristiwa pembunuhan.
Untuk sampai ke bagian sana, saya merasa set-up film terlalu lama. Tapi rupanya set-up tersebut memang dimaksudkan untuk membangun porsi drama filmnya. Meskipun tampil dalam porsi yang sedikit, tapi bagian dramanya lebih terasa "achieve" dibanding komedinya.
Modal Nekad bisa memberikan hati yang banyak bagi saya karena konsep brotherhood yang jarang digali di perfilman Indonesia, disuguhkan dengan begitu apiknya.