Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Camping Pramuka yang Menyeramkan dalam "Kemah Terlarang: Kesurupan Massal"

20 Oktober 2024   12:41 Diperbarui: 20 Oktober 2024   12:46 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan pernah bongkar sesajen yang sudah dikubur/doc. Rapi Films

Saat SD, SMP, dan SMA, saya paling senang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka. Bahkan saat SMA, saya diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi Pradana (ketua ambalan tingkat Penegak).

Berbicara Pramuka, maka nggak akan lepas dari kegiatan-kegiatannya yang mengasyikkan termasuk camping (kemah). Ada banyak aktivitas yang biasa dilakukan saat kemah Pramuka. Mulai dari outbond, lomba sandi, hingga puncaknya jurit malam yang dilaksanakan tepat di tengah malam hari hingga menjelang Subuh.

Film teranyar Ginanti Rona berjudul Kemah Terlarang: Kesurupan Massal (selanjutnya Kemah Terlarang), membawa saya bernostalgia ke masa-masa SMA saat menjalani aktivitas Pramuka. Tapi apa yang disajikan Kemah Terlarang bukan lagi hal yang mengasyikkan dari sebuah aktivitas camping, melainkan berujung pada petaka yang mengancam nyawa.

Camping Pramuka jadi semenyeramkan itu

Menonton credit title sampai betul-betul film ini berakhir, saya baru tahu kalau Kemah Terlarang terinspirasi dari peristiwa kesurupan massal yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2016. Tapi untuk menilai filmnya, saya nggak perlu mencari tahu dulu kisah aslinya, karena film bisa berdiri sendiri sebagai sebuah karya seni.

Kemah Terlarang menyoroti protagonis utama seorang siswi SMA bernama Rini (Callista Arum). Digambarkan Rini adalah sosok perempuan yang lemah secara fisik. Akibatnya sering mendapat bully-an dari beberapa teman seangkatannya. Walau begitu, ia sangat disukai oleh Miko (Fatih Unru), kakak kelasnya sekaligus seniornya di Pramuka.

Tibalah saatnya anggota Pramuka di sekolah tersebut melaksanakan agenda perkemahan di Wana Alus. Kegiatan ini menjadi kesempatan besar bagi Rini untuk membuktikan bahwa dirinya tak selemah itu.

Well, saya sangat suka dengan premis Kemah Terlarang ini. Bukan lagi soal sekelompok anak muda yang sok-sokan mencari hantu di tempat angker, tapi dibawa ke suasana realistis soal perkemahan Pramuka. Walau lokasi Wana Alus tetap didesain sebagai tempat angker untuk memberikan rasa penasaran kepada penonton.

Film membuka tipis-tipis dengan jumpscare untuk menakuti penonton lewat penampakan-penampakan yang dilihat oleh Rini. Atau juga penampakan yang menghantui salah satu kakak kelasnya. Penampakan-penampakan yang disajikan bukan semata-mata cara untuk menakuti-nakuti, tapi juga punya kisah yang berkelindan selama film berjalan.

Hingga puncaknya, salah satu anggota Pramuka bernama Mada (Dimas Juju) kesurupan saat lomba semapur. Ia yang seharusnya menggerakkan anggota tubuhnya sesuai intruksi kakak kelas, malah memeragakan sandi semapur yang menciptakan kata lain yang mengundang keheranan semua peserta kemah.

Nggak sampai di situ saja, setelah selesai memeragakan semapur, ia menjatuhkan diri ke sungai. Kemudian membenturkan kepalanya berkali-kali ke batu yang ada di sungai. Suasana camping yang semula asyik mendadak menjadi sebuah kengerian.

Adegan ini yang saya rasa merupakan adegan terbaik yang dimiliki Kemah Terlarang. Karena secara jenius mampu menghubungkan soal Pramuka yang menjadi tema film menjadi sumber teror yang efektif. Dengan kata lain, tidak sia-sia dan bukan sekadar gaya ketika film mengambil latar soal Pramuka.

Desain karakter yang (masih) kurang kuat

"Kok kamu bisa kromo inggil?"/doc. Rapi Films
Arahan Ginanti Rona soal teror meneror, sudah saya suka sejak ia membesut Midnight Show (2016). Yang kemudian diulang lewat Qorin (2022), yang saya rasakan sensitivitasnya terhadap horor/thriller masihlah konsisten.

Tapi tanpa disertai naskah dan atau character development yang kuat, film-film horor seperti ini hanya akan menyisakan keseruan semata. Dan itu pula yang terjadi pada Kemah Terlarang.

Ginanti Rona nampaknya kurang beruntung mendapat tandem Lela Laila di penulisan naskah. Walau, secara jam terbang nama Lele Laila ini bukanlah pendatang baru. Namanya mudah ditemukan di sebagian besar film horor Indonesia. 

Walau begitu, di sinilah titik lemahnya. Kekhasan latar Kemah Terlarang yang sangat baik di awal, menjadi medioker menjelang akhir. Sangat tidak sulit untuk bilang, bahwa Kemah Terlarang jadi serupa dengan film-film yang pernah ditulis Lele Laila sebelumnya.

Buat kamu yang sudah nonton, pasti paham film apa yang dimaksud ya.

Salah satu yang menjadi kelemahan adalah soal character development. Karakter-karakter yang ditulis Lele Laila tidak cukup mampu membuat saya empati pada permasalahan yang dialami oleh mereka. Termasuk ketika Kemah Terlarang punya karakter kunci yakni Heru (Derby Romero), pembina Pramuka di sekolah Rini. 

Meski permainan Derby Romero bisa dibilang tak mengecewakan, tapi karakternya hanya didesain bagian luaran kulitnya saja. Soal siapa ia dan mengapa ia memiliki motivasi lain saat kemah, tidak cukup mendapat penjelasan.

Teaterikal yang apik dan bikin merinding

Membahas Kemah Terlarang, rasanya tak lengkap jika saya tidak mengapresiasi penampilan kabaret yang jadi salah satu agenda kemah.

Selain lomba estafet, tebak sandi semapur, jurit malam, agenda kemah juga diisi oleh penampilan kabaret soal Roro Putri. Siapa Roro Putri? Dia adalah karakter di hutan Wana Alus tapi di dimensi yang lain. Makanya, kabaret ini bukanlah kabaret biasa.

Ia semacam penggambaran karakter-karakter di seputaran kehidupan Roro Putri yang dimainkan oleh anak-anak Pramuka yang sudah menjalani seleksi dan latihan sebelumnya. 

Saya suka bagaimana Ginanti Rona mengarahkan aktor-aktor muda untuk berteaterikal dengan sangat meyakinkan sekaligus bikin merinding. Pasalnya adegan seperti ini termasuk hal yang sulit dilakukan. Alih-alih memberikan aura magis, bisa jadi cringe jika tak diarahkan dengan baik.

Dan beruntung, selain arahan Gina yang apik, ditunjang pula dengan tata musik dan tata suara yang betul-betul bikin bulu kuduk saya merinding. Pun juga dengan penampilan para ekstras yang kian menambah suasana seram.

Mohon ampun Ndoro Putri/doc. Rapi Films
Mohon ampun Ndoro Putri/doc. Rapi Films

Buat saya, sebagai horor seru Kemah Terlarang: Kesurupan Massal sudah menuntaskan tugasnya dengan baik. Hanya saja jika soal stori dan karakter bisa lebih dipertajam, mungkin Kemah Terlarang betul-betul akan jadi sajian horor yang tak hanya seru tapi juga filosopis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun