Buat saya, ini jauh lebih sulit. Pilihan-pilihan seperti ini melibatkan idealisme dan pemikiran dari karakter tersebut. Dan pengembangan materi yang dipilih Puspa Indah Taman Hati soal pilihan ini memberikan kesempatan emas bagi Yesaya Abraham yang berperan sebagai Galih, untuk menunjukkan kemampuan akting terbaiknya.
Sebagai pendatang baru di film panjang, saya melihat usaha Yesaya untuk menghidupkan Galih saat kuliah, jauh lebih besar dibanding ketika Galih saat SMA di film sebelumnya. Termasuk soal Yesaya yang harus melakoni serangkaian adegan yang melibatkan koreografi.
Tapi pengarahan film ini nampak membelokkannya. Maksudnya gimana?
Secara kebintangan, lawan main Yesaya adalah aktor yang sudah terbukti bisa menghasilkan jutaan penonton untuk datang ke bioskop. Ya, dia Prilly Latuconsina yang kali ini berperan sebagai Ratna dan Marlina sekaligus.
Sementara yang saya maksud berbelok di sini adalah, ketika film seharusnya fokus pada eksplorasi kebimbangan Galih atas putusan-putusan dalam hidupnya, Puspa Indah Taman Hati malah kesannya menjadi ajang persaingan Ratna dan Marlina dalam memperebutkan Galih.
Ditinjau dari pemahaman sudut pandang, dua hal ini sangat berbeda. Tapi karena Prilly boleh jadi dianggap lebih "menjual", maka fokusnya jadi begitu.
Nonton film serasa konser musik
Alur romansa segitiganya boleh saja klise. Malah dengan Catatan Si Boy pun, Puspa Indah Taman Hati menjadi sebangun. Tapi film arahan Monty Tiwa ini punya keunikan dan kekhasannya tersendiri yakni soal musiknya.
Ada banyak film yang jika musiknya dihilangkan, film tersebut akan tetap baik-baik saja. Berbeda dengan Puspa Indah Taman Hati. Musik menjadi ruh utama dari film produksi Starvision ini.
Kalau saya tidak salah mencatat, ada sekitar delapan lagu yang digunakan dalam film ini. Beberapa di antaranya adalah lagu lawas semisal Kidung, Cewek Rumpi, Marlina, dan Puspa Indah. Termasuk lagu Andaikan Kau Datang yang sempat dipopulerkan oleh Ruth Sahanaya, sempat dinyanyikan ulang oleh Andmesh untuk Miracle in Cell No. 7, kini dinyanyikan ulang oleh Prilly khusus untuk film ini.
Kiranya saya perlu apresiasi kinerja Ricky Lionardi yang berhasil menempatkan lagu-lagu tersebut bukan sebatas backsound saja. Dari segi timing, lagu-lagu yang muncul sangat pas jedanya. Nggak kerasa menumpuk untuk sesaat, kemudian menghilang dari layar cukup lama. Nggak, nggak begitu!