Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat untuk Kampung Halaman, Terima Aku yang Biasa-Biasa Saja

30 April 2023   15:37 Diperbarui: 30 April 2023   15:43 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski langit yang tinggi itu terlihat, tetap saja aku tak mampu menggapainya/Raja Lubis

Teruntuk kampung halamanku,

Alhamdulillah. Aku buka surat ini dengan ucapan pujian kepada Allah, karena Ia senantiasa memberikan rahmat-Nya. Termasuk kekuatan dan keberanian kepadaku menulis sepucuk surat ini.

Sebuah surat yang mungkin lebih pas dianggap sebagai curahan hati. Yang isinya adalah sesuatu yang belum engkau tahu. Aku tidak berharap banyak dari terkirimnya surat ini kepadamu. Selain hanya ingin berbagi hati.

Masih lekat di ingatan, ketika aku membuat jarak darimu. Engkau bebankan banyak harapan di pundakku. Aku yang masih tidak terlalu mengerti arti beban itu, spontan saja menerimanya.

Lantas aku melangkah dan pergi. Semakin lama semakin menjauh. Hingga engkau tak terlihat lagi. Dan aku pun tak terlihat oleh engkau.

Saat itu aku yakin, doamu selalu bersamaku.

Kumulai menjalani hari yang baru. Hari yang penuh semangat dan mimpi. Seorang anak daerah dengan bekal seadanya, mengundi nasib di ibu kota.

Aku tidak sendiri. Aku menemukan teman-teman baru yang punya mimpi yang sama. Sama-sama berproses dan berjuang. Saling mendukung. Meski ada saja di antara kami yang berselisih hingga berujung perpisahan.

Ketahuilah wahai engkau kampung halamanku. Kupikir mudah saja menjalani hidup jauh denganmu. Baru beberapa purnama saja, rasanya aku ingin kembali kepadamu. Tapi rasanya aku malu.

Aku takut jika aku kembali dalam keadaan yang sama, engkau akan berpikir bahwa doa-doamu tak cukup ampuh. Dan aku hanya akan dianggap sebagai pecundang.

Maka yang aku lakukan hanyalah menghubungimu meminta doa. Tapi sebenarnya itu hanyalah bungkus dari ketidakmampuanku berkeluh kesah.

Kumasukkan kembali ceritaku ke relung hati yang terdalam. Dan aku mulai kembali bersemangat menggapai mimpiku.

Sungguh, jalanan tidaklah lurus. Semuanya berliku. Terkadang aku harus menempuh belokan yang menjauhkan aku dari jalan mimpiku. Atau aku harus berhenti sejenak memikirkan apakah arah yang sedang kutempuh ini memang benar adanya.

Hidup memang penuh ekspresi/Raja Lubis
Hidup memang penuh ekspresi/Raja Lubis

Wahai engkau kampung halamanku. Waktu berlalu terus menerus tanpa henti dan tidak pernah bisa didaur ulang. Aku masih dengan semangatku. Dan aku yakin engkau masih membersamaiku dengan doa yang tulus.

Tapi semakin lama, aku semakin sadar kalau perjuangan setiap manusia tidak selalu berujung sama.

Aku melihat teman seperjuanganku yang lebih dahulu menggapai mimpinya. Kemudian ia menemukan versi lain dirinya dalam mimpinya itu.

Dalam pikirku, aku masih yakin bahwa aku bisa seperti dia.

Tapi di sisi yang lain, aku pun menyaksikan kawanku yang akhirnya kembali ke kampung halaman dengan membawa sesuatu yang orang-orang sebut dengan kegagalan.

Lantas di mana posisiku?

Wahai engkau kampung halamanku. Sejatinya aku bimbang dengan dua kejadian kawanku tersebut.

Tapi begitulah adanya. Alam menyeleksi mimpi manusia dengan begitu kerasnya. Pada akhirnya akan ada sekelompok manusia yang terlempar dari angan mereka.

Aku memang masih di sini. Berusaha melanjutkan usaha. Hanya saja langkahku tidak lagi cepat. Kehidupan dan perjalanan telah banyak mengubah sudut pandangku.

Aku pasrah dan berserah. Tapi jangan engkau artikan aku putus asa. Sampai saat ini, aku selalu menggenggam teguh mimpiku. Walau terkadang justru membutakan mata dan hatiku akan hal lain.

Wahai engkau kampung halamanku. Lewat surat ini aku tidak hendak membuatmu sedih dan kehilangan harapan.

Aku hanya ingin kau tahu, ternyata menjadi dewasa yang dipenuhi berbagai ekspektasi itu bukan suatu hal yang gampang.

Terakhir. Ini hanya pengharapanku saja.

Jika pada akhirnya aku termasuk dari bagian sekelompok manusia yang terlempar dari angan mereka, dan aku kembali. 

Aku hanya ingin engkau menerimaku dengan ikhlas. Aku yang bukan siapa-siapa dan biasa-biasa saja.

Salam,

aku yang mungkin mengecewakanmu

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun