Sebelumnya, dengan gaya sok pintar Syera menolak perjodohan ini karena usia Syera 1 tahun di bawah Argantara. Artinya, belum legal secara hukum negara karena masih tergolong anak di bawah umur.
Tapi ya sudahlah, karena kalau mereka nggak menikah, cerita nggak akan bergerak maju. Dan hanya akan membuat Argantara setipe dengan film-film remaja pada umumnya.
Pilih istri atau geng motor?
Jadilah Argantara punya dua kehidupan yang harus dijalani. Masih dalam masa-masa sekolah ia harus menjadi seorang suami dan juga pemimpin geng motor.
Apa yang bisa diharapkan dari bocil yang menikah tanpa berpikir panjang?
Pertanyaan serupa juga nampaknya menghantui Riheam Junianti selaku penulis naskah. Hendak diapakan kisah mereka ini.
Kehidupan rumah tangga Argantara dan Syera bisa saja menjadi bumbu komedi dalam film arahan Guntur Soeharjanto ini. Bayangkan saja, materinya bisa sangat asyik kok.Â
Mengingat bocil-bocil ini belum tahu gimana caranya malam pertama, belum pernah ngerasain ciuman, belum pernah ngerasain apapun lah yang memang halal dilakukan setelah menikah.
Tapi ya sayang secara keseluruhan eksekusinya jadi hambar. Walau ada memang beberapa momen yang bikin saya juga gemes-gemes manja pengin nyubit pipi mereka karena tingkahnya. Misalnya pas adegan Arga pertama kali nyium Syera.
Ya bolehlah kalau saya katakan, Argantara ini sedikit beruntung punya Aliando dan Natasha Wilona. Meski belum pada tahap semenarik Jefri Nichol & Amanda Rawles di Dear Nathan, chemistry mereka mampu membuat cerita yang lemah menjadi sedikit lebih hidup.
Sementara urusan geng motor menjadi bumbu drama aksi yang boleh juga menjadi nilai tambah bagi Argantara.
Hitmaker Studios yang lebih banyak membuat film horor, memang nggak main-main kalau urusan visual. Warna-warna di Argantara sangat menarik dan terasa mahal. Tapi ya saya kurang suka dengan pendekatan kamera berputar di adegan-adegan yang nggak membutuhkannya.