Atau kita bisa juga berkaca pada karakter Ari dalam Jingga & Senja yang begajulan pascaperceraian orangtuanya. Dan melampiaskannya pada tawuran bersama gengnya.
Saya kadang heran, kenapa penulis naskah film kita senang mengaitkan karakter anak-anak remaja SMA yang broken home ini dengan geng motor. Untungnya mereka anak-anak orang kaya yang bisa beli motor mewah. Kalau anak orang miskin? Mungkin kumpul main latto-latto. Hehe.
Ya nggak apa-apa sebetulnya pendekatan begini. Tapi film perlu menjelaskan dasar kerangka berpikirnya kenapa anak-anak broken home bisa lari ke geng motor. Sesederhana dalam M3GAN, persoalan anak yang kehilangan figur orang tua saja dijabarkan dari teori keterikatan.
Selain karakterisasi geng motor yang melekat pada karakter utama pria di film remaja, kesamaan lainnya adalah adanya murid cewek yang suka sama mereka.
Nggak peduli senakal apa, si cewek tetap naksir. Nggak peduli bestie-nya berulang kali mengingatkan, si cewek tetap bucin. Dan uniknya, si cewek juga punya kesamaan lain. Selain sama-sama bucin, mereka juga bintang kelas.
Ya, begitulah formula film remaja kita. Hubungan remaja laki-laki bengal bersama remaja perempuan yang pintar. Disertai harapan kalau si laki-laki akan berubah di akhir cerita, setelah melalui lika-liku bersama si perempuan.
Kalau kamu nggak bisa nerima formula seperti ini, baiknya pikir seribu kali untuk nonton Argantara.
Kisah perjodohan yang bikin film ini jadi unik
Biasanya hubungan kedua remaja tersebut digambarkan dalam hubungan pacaran. Film akan mengisinya dengan adegan-adegan manja yang bisa bikin kita tersenyum kecil saat melihatnya.
Tapi berbeda dengan Argantara. Hubungan dua karakter utama digambarkan dalam pernikahan. Argantara yang diperankan oleh Aliando harus menikah dengan Syera (Natasha Wilona).
Pernikahan ini dipicu oleh kesepakatan antara ayah Argantara dan ayah Syera. Keduanya bersahabat. Tapi atas suatu hal mereka membuat perjanjian kalau ayah Shera bersedia menikahkan anaknya dengan Argantara ketika Argantara berumur 17 tahun. Dan itu menjadi wasiat yang harus dipenuhi setelah ayah Argantara meninggal dunia.
Entah saya harus menilainya bagaimana. Kesepakatan ini diterjemahkan dengan mentah-mentah. Benar-benar ketika Argantara tepat berumur 17 tahun mereka menikah.Â