Jujur saja ketika hal ini terungkap, saya sangat excited untuk tahu ke mana arah film ini akan bermuara.
Apakah Midnight in The Switchgrass akan membenturkan peristiwa pembunuhan dengan keyakinan pelaku sebagaimana yang kita lihat pada Hotel Mumbai? Atau sesungguhnya peristiwa pembunuhan tersebut adalah manifestasi dendam masa lalu?
Sayangnya, ekspektasi saya yang terlalu berlebihan.
Sama sekali motivasi pelaku membunuh para pelacur nggak dijelaskan dalam filmnya. Kita nggak pernah diberi tahu apakah si pembunuh ini murni psikopat sehingga doyan membunuh. Atau seenggaknya ia punya kaitan motivasi dengan profil korban.
Semisal karena semasa kecil pelaku hidup di tempat pelacuran. Lalu melihat ibunya yang berprofesi sebagai pelacur meninggal dibunuh oleh kliennya. Yang akhirnya membuat pelaku punya persepsi kalau pelacur adalah kotor.
Atas hal ini, saya agak kecewa. Padahal film ini dikabarkan berdasarkan peristiwa nyata. Kenapa karakterisasi si pelaku pembunuhan tidak digali. Saya yakin kamu yang nonton juga akan kesal. Soalnya begitu pelaku ditemukan, film berakhir begitu saja. Oh My God!
Atau mungkin saja film tidak berani menggalinya karena khawatir akan menjadi glorifikasi bagi pelaku pembunuhan. Dan bisa juga peristiwa ini adalah peristiwa yang sensitif di daerah aslinya di Texas sana.
Sama halnya seperti film terorisme India Batla House yang sensitif di daerahnya. Sehingga film ini hanya mereka ulang peristiwa yang kebenarannya sudah diyakini oleh masyarakat.
Ya, sekali lagi kalau begitu untuk apa dibuat film. Bagaimanapun juga film tetaplah fiksi sekalipun diangkat dari kisah nyata. Dan justru di sinilah pentingnya sutradara. Bagaimana ia bisa memberikan sudut pandang lain atas suatu peristiwa dengan visi dan misinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H