Dengan demikian boleh-boleh saja kita menjadikan ustad televisi sebagai panutan, tapi kita harus meletakkan apa yang mereka sampaikan jauh di atas persona yang mereka tampilkan.
Lebih dari itu, mulailah kita memberikan apresiasi pada ustad-ustad yang ada di lingkungan tempat tinggal kita. Mereka yang mengajarkan kita, adik-adik kita, anak-anak kita, bisa mengeja 'a ba ta tsa', hingga bisa mengkhatamkan Al-Quran dengan lancar.
Mereka yang jauh dari hingar bingar popularitas, kurang mendapat tempat di dunia perghibahan warganet, sebagian hidup dalam ekonomi yang biasa saja, tapi memberikan efek yang langsung terasa di hidup kita.
Wallahu a'lam bishawab, bagaimana menurutmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H