Mohon tunggu...
Rais Muhammad KS
Rais Muhammad KS Mohon Tunggu... Administrasi - seorang guru yang menyukai Hujan, Kopi dan Buku

Menulislah, maka dunia akan mengenalmu, itulah kata ayahku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senandung Cinta Buat Neng Zahra

29 September 2015   16:55 Diperbarui: 29 September 2015   16:59 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajmalaa dzikro hadil alaina
Nilna fiiha kul amaninaa
Nilna ………..fihaa………..
Nilna fiiha kul amanina…………………………………………..

Sayup sayup kudengar nyayian hadrah nan merdu.suara itu berasal tak jauh dari jajaran blok kamar para santri putra. Yang tak lain ruangan sebelah kompleks masjid pondok pesantren Ar Rasyidin. Aku mendengarkanya sambil tiduran di atas kasur lantai yang sedemikian rupa sudah diatur para pengurus untuk kamar para santri putra. Sambil membaca buku Sang Pemimpi karangan penulis Andrea Hirata. Saat ini aku tidak bisa mengikuti apa yang dilakukaan para santri putra di ruangan sebelah kompleks masjid itu. Karena saat ini aku baru saja pulang dari universitas tuk mengurus administrasi yang belum aku selesaikan. Selain itu aku juga masih tergolong santri baru disitu. Ya bisa di bilang baru tiga hari ini. Jadi pihak pondok terutama para pengurus memberikan dispensasi selama satu minggu. Untuk mengurus hal hal yang berkaitan dengan unniversitasku ,dimana yang menjadi tempat kuliahku.

‘’Man! Kok kamu disini sih. Lihat tuh semua anak-anak santri putra pada kumpul disana!’’ suara Hasan membuyarkan imajinasiku. Yang terlibat dalam sebuah kisah dua anak sma yang sedang dikejar oleh kepala sekolahnya, dalam buku yang berjudul sang pemimpi. Yang baru saja aku baca.

‘’Hm, paling juga dengerin cerita-cerita soal kegiatan anak-anak pondok doang,’’cibirku pada Hasan teman sekamarku yang baru aku kenal dua hari yang lalu. ‘’Enggak ada asyiknya lagi!’’
‘’Jangan mikir soal cerita dari anak-anak santri putranya dong. Tapi , serunya bisa bareng- bareng sama yang lain itu lho. Apalagi ini juga perlu buat kumu, agar kamu bisa ta’arufan dengan teman-teman yang mondok di sini gitu. Hasan Nampak serius sambil menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya.

‘’Huh!’’ gerutuku padanya. Santri yang satu ini memang baru beberapa hari aku kenal. Tapi santri ini memang bisa saja mampu mengalihkan kegiatanku. Apa karena hanya dia teman yang paling dekat saat ini denganku. Tapi itu tak penting bagiku. Tanpa menunggu lama segera kuayunkan langkah tuk mengikutinya, ikut bergabung bersama rombongan diskusi anak-anak santri putra.
‘’Hai bro?’’ sapa Hasan pada rombongan para santri yang sedang asyik dengerin cerita dari salah satu santri di situ. ‘’ Hai juga bro!’’timpal dari salah santri putra di situ.
“Hai kalian itu bagaimana sich, ini itu di pondok pesantren. Bukan di tempat nongkrong. Pakai bra bro segala nanti kalau kedengeran sama ustadz pondok yang sedang lewat sini. Baru tau rasa kalian.’’ Tegur salah satu santri yang ikut nimbrung di situ juga.

“Maafin teman saya ya?’’pintaku pada semua santri yang ada disitu. ”Oh gak apa –apa. O, ya. Kenalkan aku Sahid ketua blok B di santri putra ini.’’ Dia mengulurkan tangan sambil tersenyum. ‘’kalo kamu butuh bantuan, aku selalu siap.’’

Aku membalasnya, ‘’Salman al faris.’’

‘’Kamu anak yang baru itu kan. Calon mahasiswa psikiater di universitas Gajah mada .’’ ‘’Insyaallah mas,’’ balasku.

‘’O, ya. Kamu sudah punya jadwal pondok belum?’’

‘’Kemarin aku belum sempat fotokopi,’’balasku lagi.

‘’Tunggu sebentar!’’dia berdiri, mencari sesuatu di sekeliling tempat duduknya. Tak lama kemudian di menemukan sebuah buku yng sedari tadi di cari. Dan menuliskan sembari membacakan jadwal untukku.

‘’Jam 03.00 bangun pagi, qiyamul lail, trus sholat subuh dan ngaji di aula. Habis itu berangkat sekolah sampai jam 14.00. Ngaji lagi jam 15.00 di aula. Bakda magrib ngaji sama pembimbing, dan bakda isya diniyah malam sampai jam 20.00 dilanjutkan jam wajib belajar. Sessudah itu tidur.’’
‘’O, ya lupa tapi kalau buat mahasiswa yang nyantri di sini untuk kegiatan ngaji di siang dan sore hari di bebaskan, sebenarnya bukan dibebaskan tapi kalau misalkan gak bisa ya nggak apa-apa. agar kegiatan kuliah mu tidak bersebrangan dengan jadwal pondok. Tapi kalau mau ikut ngaji ya alhamdulilah sangat di perbolehkan.’’

Aku meyimak seksama, sambil membayangkan teryata hari-hari santri di sini begitu supersibuk dengan aktivitas berjubel. Tapi yang membutku takjub. Mereka begitu menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Setelah selesai Sahid menuliskan jadwal untukku. Di meyerahkanya kepadaku. ‘’Tolong di simpan jadwalnya baik-baiknya soalnya aku ngak mau menuliskan jadwal lagi untukmu.’’ Sahid memberikanku sambil pasang wajah cemberutnya. ‘’Ngak ikhlas ni mas?’’ aku nmengerling jenaka. ‘’O, ngaklah, aku ikhlas kok bahkan 100% ikhlasnya’’ balasnya tak mau kalah.

Malam itu, aku habiskan malam bersama anak-anak pondok putra lainya dan kami pun saling shering mengenai bagai mana kegiatan anak-anak santri lainya. Bahkan kadang kita ngobrol ngalor- ngidul entah tidak tahu apa yang mesti di bicarakan atau sekedar di obrolkan untuk mengisi waktu luang kami.

Pagi harinya setelah habis ngaji di aula trus dilanjutkan dengan sarapan bareng. Dinamakan sarapan bareng karena kami melakukan kegiatan bersama-sama sampai menu makannya pun sama. Aku bergegas ke kamarku untuk ganti baju karena hari ini hari pertamaku mengikuti kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (OSPEK) di kampusku. Aku menggunakan waktuku dengan se efesien mungkin, bagaimanapun agar aku tidak telat berangkat ke kampus.
Aku , sudah berada dalam bus yang menuju kampusku. Kulihat Jam tangaanku menunjukan pukul tujuh. Padahal, aku harus sampai ke kampus tepat jam tujuh. Aku bingung, bagaimana aku menjelaskan kepada kakak-kakak panitia ospek atas keterlambatanku ini. Tak lama kemudian tepat jam tujuh lewat lima belas menit. Aku langsung turun di perempatan dekat kampusku. Untuk sampai di tempat berkumpul para mahasiswa baru fak psikologi yang sudah di tentukan oleh panitia. Dengan sekuat tenaga aku berlari sekencang mungkin, agar aku tidak telat terlalu lama.
Tidak butuh waktu terlalu lama untuk sampai ke tempat yang aku tuju. Ya hanya makan waktu lima menit. Aku sudah bisa sampai, walaupun napasku agak tersengal-sengal dan tak karuan iramanya. Di depanku semua anak-anak baru, sudah di bariskan . Dan salah satu dari kakak seniornya yang berada di depan barisan mulai memberi pengarahan.

“Maaf kak saya terlambat,’’ sapa ku pada salah satu panitia ospek yang berada di belakang peserta .
“Kenapa bisa terlambat!. Padahal kemarin sudah ada kesepakatan setuju kalau kumpul disini tepat jam tujuh.’’ Balasnya sambil mengeraskan suaranya tepat di kuping sebelah kananku.
‘’Gini kak, soalnya tadi bis yang aku tumpangi macet.’’

‘’Macet. Kayak tidak ada alasan lagi selain macet.’’

Aku terdiam dan tertunduk. Aku pasrahkan diriku menerima berbagai omelan darinya. Tapi tak lama kemudian , datang lah panitia yang dari tadi memberi pengarahan pada mahasiswa baru.
‘’Kenapa bisa terlambat mas? Mas nyantrinya ? ,’’ Tanyanya dengan sopan.

‘’Iya. Mas!,jawabku singkat. Aku masih merundukan kepalaku.

‘’Ya sudah. Saya maklumi. Besok jangan di ulangi lagi. Silahkan gabung sama temen-temenmu.’’

‘’Dan jangan lupa besok di usahakan datang lebih awal.’’

‘’Makasih , ya mas’’ balasku sambil tersenyum kepadanya.

“Eit.bukanya itu mas Sahid.! Kalau gitu berarti mas Sahid kuliah di sini juga. Makanya saat itu dia sudah tahu namaku duluan. Dan dia juga tahu kalau aku akan kuliah di sini’’ dalam pikirku mengumpulkan beberapa kejadian dan akhirnya dapat kusimpulkan. Bahwa Mas Sahid Kuliah di

UGM juga. Dan beliau sekarang jadi ketua panitia OSPEK. Akupun langsung bergabung dengan teman-temanku.’’ Seharusnya kakak senior itu harus lebih bijak sana. Bukannya malah senang melihat adik-adiknya yang terlambat , dan di jadikan bahan ejekan pada peserta lain. Dan tidak mau mendengarkan dan menelaah alasan mengapa anak itu bisa terlambat. Tidak seperti kakak yang tadi. Iya tidak seperti Mas Sahid, yang bisa memaklumi keterlambatan adik-adiknya.’’ Gerutuku dalam hati.

Tidak terasa tiga hari sudah berlalu, sungguh hari-hari yang melelahkan bagiku. Untuk menghilangkan rasa pegal-pegal yang terasa di smua anggota tubuhku, aku rebahkan tubuhku di kasur lantai. Hari ini hari terakhir waktu dispensasiku di pondok. Jadi aku harus gunakan waktuku dengan sebaik mungkin tuk mempulihkan tenagaku yang sudah hampir habis.setelah beberapa hari di sibukkan dengan kegiatan ospek di kampus.

‘’Salman !, ngaji gak? Semua anak-anak dah pada siap-siap tuh! Melek dulu, mandi dulu sana! Ntar telat. Hari ini kamu ngaji loh!’’ kudengar Hasan teman sekamarku menegur.

‘’Gak ‘’ jawabku singkat mataku sangat burem, terlihat samar-samar jam yang menempel di dinding kamarku menunjukan pukul dua lebih tiga puluh menit.

‘’Kenapa, Bukanya ospeknya dah selesai?’’ Tanya Hasan yang sedari tadi masih setia di sampingku.
“Aku masih punya waktu sehari lagi, dari dispensasi yang di berikan pengurus. Jadi aku masih mau gunakan waktuku buat ngilangin rasa capekku’’ terangku padanya.

‘’Ya, sudah kalau begitu’’ jawab Hasan sambil berlalu meninggalkanku.
‘’Mubadzir kan punya waktu gak di gunakan’’ gerutuku mengiringi langakah Hasan. Aku pun melanjutkan acara bermalas ria di kamar sendirian. Dan akupun mulai berlabuh menuju mimpi- mimpi yang indah.

‘’Bangun-bangun, sudah jam lima. Asaran-asaran.!’’ Kudengar lagi suara hasan menegur.

‘’Ya!.’’ Jawabku singkat.mataku masih burem. Ya allah, terima kasih. Akhirnya pegal-pegal di tubuhku hilang juga. Dan maafkan hamba-mu ini karena tidak bisa melakukan kewajibanku terhadap engkau tidak tepat waktu.

Pelan-pelan ku angkat tubuhku dan aku mulai bisa berdiri. Ku ambil handuk yang tersampir di dekat almariku, serta perlengkpan mandi lainya. Kakiku masih agak kaku, tapi tetap kupaksa melangkah ke tempat pemandian santri.

Satu Tiga

Sore itu sudah berlalu. Seiring hilangnya matahari di sebelah barat. Yang perlahan-lahan menenggelamkan wajahnya yang kuning kemerah-merahan. Dengan seiringnya waktu berjalan.
‘’Mas Salman, bisa ke kantor pengurus sebentar. Mas sahid mau ketemu sama kamu.’’ Kata Mas Rahmat di depan pintu. Suaranya yang halus terdengar lembut di telingaku. Mas Rahmat memang Salah satu pengurus pondok disini. Dan beliau ada di bagian seksi kegiatan. Dan Mas Rahmat salah satu dari pengurus yang tidak begitu kelihatan serem. Mas sahid juga. Lalu ia berbalik, menuju kantor pengurus.

Aku menatap kepergian Mas Rahmat dengan tanda tanya dalam hati.’’ Ada apa Mas Sahid mau ketemu sama aku. Ah sudah lah yang penting aku temui dulu kalau ada apa-apa belakangan’’ pikirku.

Aku pun bergegas meletakkan Al Qur’an yang baru aku baca di rak buku. Aku pun pergi ke kamar sebelah mencari Hasan. Agak aku tidak sendirian ke kantor pengurus. Jadi misalkan terjadi apa-apa denganku Hasan yang tak suruh lari bilang sama teman-teman kalau aku dalam bahaya. Tapi aku mesti kecewa berat. Hasan tidak ada di kamar sebelah, dan sudah ku cari ke semua punjuru pondok. Entah hilanh ke mana dia. Dengan terpaksa akhirnya aku melangkahkan kakiku ke kantor pengurus sendirian.

‘’Assalamualaikum’’ salam ku pada semua penghuni kantor pengurus pondok.

‘’Waalaikumsalam, silahkan masuk Mas Salman.’’ Jawab Mas Sahid sambil mempersilahkan aku masuk dan duduk di lantai karpet.

‘’Makasih Mas’’ jawabku singkat. Aku pun duduk bersila di lantai karpet yang warnanya sudah mulai pudar.

‘’Begini Mas Salman. Kenapa Mas Sahid memanggil kamu ke sini. Karena Mas Sahid mau minta tolong sama kamu. Tapi sebelumnya Mas Salman bersedia nggak ? Kalua tidak bisa . ya nggak apa-apa.’’ Mas Sahid pun melai menjelaskan maksud aku di panggil.
“ Iya. Mas bisa’’

“Gini Mas Salman. Besok itukan Mas Sahid harus meyerahkan LPJ OSPEK kemarin pada pak dekan. Tapi, besok juga aku dapat perintah dari yai Choldun . Mas di suruh mengantarkan keponakannya ke Semarang bersama keluarga pak yai lainya. Jadi Mas sahid tidak bisa Meyerahkan LPJ itu. Makanya Mas minta tolong sama kamu ini LPJ tolong besok berikan sama Mas Bayu yang kemarin jadi panitia juga. Bilang titipan dari Mas Sahid. Dia sudah tahu.’’ Terang Mas Sahid Padaku.

‘’Dan ini LPJ nya”

‘’Iya Mas insyaallah besok tak kasihkan sama Mas Bayu.’’ Jawabku sambil menerima berkas LPJ itu.

‘’Kalau gitu terima kasihnya Mas Salman. Sekarang Mas Salman boleh meninggalkan tempat ini.’’
“Sama-sama Mas. Kalau gitu aku pamit dulunya Mas. Assalamualikum ‘’ aku pun undur diri.

Dan tak lupa salaman sama Mas Sahid dan juga Mas Rahmat.
Sekuluar dari kantor pengurus. Aku pun langsung menuju ke kamarku untuk segera bersiap-siap meyiapkan materi untuk dibha’an nanti malam. Setelah bakdha isya’ nanti. Aku pun berjalan meyusuri teras-teras kantor para pengurus dengan langkah tergesa-gesa karena aku tidak mau kehilangan waktu ku . Dalam langkah ku yang tergesa-gesa dan tidak melihat kiri kanan jalan tiba-tiba aku seperti menabrak sesuatu. Dan ternyata yang ku tabrak seorang gadis berkerudung merah muda. Salman pun segera meminta maaf pada gadis itu.

‘’Maaf Mbak. Maaf. Aku nggak sengaja. Soalnya aku harus buru-buru ke kamarku.’’
‘’Nggak apa Mas. Lain kali kalau jalan sedikit hati-hatinya.’’ Balas gadis itu sambil menegurnnya.

“O, ya Mas, Maaf kalau kantor pengurus di mananya.?’’

‘’Gini Mbak. Mbak lurus aja, terus belok kiri, ruangan no dua dari sebelah kanan itu kantornya.’’
‘’ O, ya tadi Mas Sahid ada disana.?’’

“Ada Mbak. Baru aja aku ketemu sama dia.!’’

‘’Maaf kalau boleh tahu ada apa. Kok nyari Mas Sahid. Bukanya santri putri di larang ketemuan sama santri putra.’’

“ Alhamdulillah kalau gitu. Soalnya aku di suruh Padhe Choldun . katanya Mas Sahid di suruh menemui beliau. Ya sudah kalu gitu makasihnya mas. Assalamu’alaikaum’’ Gadis itu pun menjelaskannya dan pergi meninggalkanku .

‘’ waalaikum salam warahmatullahi wabarokatuh’’ balasku sambil memperhatiakan langkah kakinya.

‘’Pakdhe. Berarti gadis itu masih keponkannya romo yai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun