“Eit.bukanya itu mas Sahid.! Kalau gitu berarti mas Sahid kuliah di sini juga. Makanya saat itu dia sudah tahu namaku duluan. Dan dia juga tahu kalau aku akan kuliah di sini’’ dalam pikirku mengumpulkan beberapa kejadian dan akhirnya dapat kusimpulkan. Bahwa Mas Sahid Kuliah di
UGM juga. Dan beliau sekarang jadi ketua panitia OSPEK. Akupun langsung bergabung dengan teman-temanku.’’ Seharusnya kakak senior itu harus lebih bijak sana. Bukannya malah senang melihat adik-adiknya yang terlambat , dan di jadikan bahan ejekan pada peserta lain. Dan tidak mau mendengarkan dan menelaah alasan mengapa anak itu bisa terlambat. Tidak seperti kakak yang tadi. Iya tidak seperti Mas Sahid, yang bisa memaklumi keterlambatan adik-adiknya.’’ Gerutuku dalam hati.
Tidak terasa tiga hari sudah berlalu, sungguh hari-hari yang melelahkan bagiku. Untuk menghilangkan rasa pegal-pegal yang terasa di smua anggota tubuhku, aku rebahkan tubuhku di kasur lantai. Hari ini hari terakhir waktu dispensasiku di pondok. Jadi aku harus gunakan waktuku dengan sebaik mungkin tuk mempulihkan tenagaku yang sudah hampir habis.setelah beberapa hari di sibukkan dengan kegiatan ospek di kampus.
‘’Salman !, ngaji gak? Semua anak-anak dah pada siap-siap tuh! Melek dulu, mandi dulu sana! Ntar telat. Hari ini kamu ngaji loh!’’ kudengar Hasan teman sekamarku menegur.
‘’Gak ‘’ jawabku singkat mataku sangat burem, terlihat samar-samar jam yang menempel di dinding kamarku menunjukan pukul dua lebih tiga puluh menit.
‘’Kenapa, Bukanya ospeknya dah selesai?’’ Tanya Hasan yang sedari tadi masih setia di sampingku.
“Aku masih punya waktu sehari lagi, dari dispensasi yang di berikan pengurus. Jadi aku masih mau gunakan waktuku buat ngilangin rasa capekku’’ terangku padanya.
‘’Ya, sudah kalau begitu’’ jawab Hasan sambil berlalu meninggalkanku.
‘’Mubadzir kan punya waktu gak di gunakan’’ gerutuku mengiringi langakah Hasan. Aku pun melanjutkan acara bermalas ria di kamar sendirian. Dan akupun mulai berlabuh menuju mimpi- mimpi yang indah.
‘’Bangun-bangun, sudah jam lima. Asaran-asaran.!’’ Kudengar lagi suara hasan menegur.
‘’Ya!.’’ Jawabku singkat.mataku masih burem. Ya allah, terima kasih. Akhirnya pegal-pegal di tubuhku hilang juga. Dan maafkan hamba-mu ini karena tidak bisa melakukan kewajibanku terhadap engkau tidak tepat waktu.
Pelan-pelan ku angkat tubuhku dan aku mulai bisa berdiri. Ku ambil handuk yang tersampir di dekat almariku, serta perlengkpan mandi lainya. Kakiku masih agak kaku, tapi tetap kupaksa melangkah ke tempat pemandian santri.
Satu Tiga