Mohon tunggu...
Raisa Fitrianda
Raisa Fitrianda Mohon Tunggu... Lainnya - 201202

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Waktu yang Merenggut Segalanya

20 Februari 2021   19:01 Diperbarui: 20 Februari 2021   19:01 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Terdengar suara notifikasi pertanda ada pesan yang masuk. Hana segera meraih laptopnya dan dengan mulutnya yang komat-kamit membaca doa segera membaca pesan tersebut.

"A-aku lolos? Aku jadi pemeran utama? YANG BENAR?!" teriak Hana dengan kerasnya.

Kak Dimas segera menghampiri meja adiknya dan membaca pesan tersebut.

"IBU! HANA LOLOS AUDISI!" teriak Kak Dimas memberi tahu ibu.

Semuanya bergembira mendengar kabar tersebut, ibu dan Kak Dimas bergantian mengucapkan selamat kepada Hana karena telah berhasil dalam audisi tersebut. Untuk merayakannya ibu memasak makanan kesukaan Hana, dan mengajaknya untuk berjalan-jalan. Hana sangat bersemangat dan bahagia hari ini, sampai-sampai ia lupa akan segala beban hidupnya.

          Setelah hasil audisi diumumkan, Hana kembali sibuk dengan persiapannya untuk tampil dalam teater musikal yang dimana Hana sebagai pemeran utamanya. Hampir setiap hari Hana pulang malam dan mengonsumsi obat pereda nyeri agar tidak menganggu aktivitasnya. Bisa dikatakan Hana bergantung terhadap obat tersebut. Dalam sehari ia bisa mengonsumsi 2-3 pil obat jika Hana berlatih terlalu keras. Baginya ini satu-satunya jalan agar bisa meraih mimpinya tanpa terhalang oleh apapun. Pernahkah keluarganya curiga terhadap Hana yang selalu mengonsumsi obat? Tentu tidak, karena lagi-lagi Hana berbohong dan mengatakan bahwa itu vitamin. Sungguh miris jika kita lihat perjuangannya sampai detik ini, memiliki mimpi yang besar namun terhalang oleh maut yang bisa menimpanya kapan saja.

          Hari demi hari dilewati Hana hingga tak terasa hari ini adalah hari dimana untuk pertama kalinya ia tampil di panggung megah sebagai pemeran utama. Rasa gugup dan gelisah melanda dirinya, ia tidak bisa duduk tenang di belakang panggung melihat banyaknya penonton yang sudah menunggu untuk melihat teater musikal yang paling dinanti semua orang. 15 menit sebelum acara dimulai Hana merasakan sakit di dadanya, bagaikan ada pedang yang menusuk tubuhnya. Bergegas mengambil obat, tapi apa daya kaki yang tidak kuat menopang tubuh pada akhirnya ambruk di depan mata semua orang. Dibawanya Hana ke tempat bernuansa putih dan tercium aroma khas obat-obatan yang menusuk hidung.  Rasa khawatir tersirat jelas di mata Ibu Hana dan para staff yang menunggu kesadaran Hana. Kak Dimas berjalan dengan lesu setelah bertemu dokter yang menangani Hana, ia tidak menyangka selama ini Hana menyembunyikan fakta yang begitu besar dari keluarganya. Kini semua tahu bahwa Hana mengalami hal yang sama seperti ayahnya dahulu. Ibu Hana menangis histeris mendengar kabar tersebut, semuanya terkejut tidak menyangka bahwa Hana selama ini bertahan dan berjuang sendirian.

"Hana ayo bangun nak, sekarang waktunya untuk tampil di depan semua orang sesuai dengan mimpi kamu." Pinta ibu kepada Hana sambil menangis.

Tak lama Hana bangun dan melihat semua orang sedang berkumpul di depannya.

"Mengapa semua orang menangis? Apa yang terjadi?"ucap hati kecil Hana.

"Ibu kenapa menangis? Hana tidak apa-apa cuma kelelahan saja tidak perlu khawatir."kata Hana yang menenangkan ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun