Mohon tunggu...
Raisa Leony Rihantari
Raisa Leony Rihantari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Mahasiswa Aktif Semester 7 Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penyusunan Paket Ekowisata Putat Nutug Melalui Program MF-Kedaireka Mahasiswa Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila

16 Januari 2022   18:00 Diperbarui: 16 Januari 2022   18:17 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MF-Kedaireka Desa Putat Nutug Ciseeng/dokri

Kedaireka yang diluncurkan pada 12 Desember 2020 merupakan platform resmi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu perwujudan visi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim dan Direktur JenderalDikti Prof. Ir. Nizam M.Sc, DIC, Ph.D seperti yang dilansir oleh website kedaireka.id, platformini tercipta untuk memudahkan sinergi antara perguruan tinggi dengan industri dalam satuplatform yang mudah untuk diakses. 

Kedaireka juga didukung oleh berbagai pihak industriseperti PII, HIPMI serta Kadin DKI Jakarta dan beragam kalangan akademisi perguruantinggi seluruh Indonesia. Salah satu program dari Kedaireka adalah Program MatchingFund. 

Matching Fund merupakan program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai platform untuk membangun ekosistem kolaborasi antara kampus, Industri, Dunia Usaha dan Dunia Kerja (IDUKA).

Program Matching Fund Kedaireka ini sendiri memiliki beberapa kegiatan kampus merdeka di luar perguruan tinggi seperti kegiatan magang/praktek kerja di industri atau tempat kerja lainnya, melaksanakan proyek pengabdian masyarakat di desa, mengajar di satuan pendidikan, mengikuti pertukaran mahasiswa, melakukan penelitian, melakukan kegiatan kewirausahaan, membuat proyek studi independen dan mengikuti program kemanusiaan yang harus didukung oleh kemitraan antar pemangku kepentingan seperti kampus, industri, pemerintah dan lembaga mitra untuk membentuk suatu ekosistem Merdeka

Belajar - Kampus Merdeka dan menciptakan produk atau jasa yang dapat meningkatkan dampak positif sosial, ekonomi dan lingkungan. Pada kesempatan program Matching Fund Kedaireka yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kelompok Mahasiswa Magang Universitas Pancasila merancang sebuah paket ekowisata yang dapat mengakomodir berbagai potensi wisata menjadi sebuah paket yang memudahkan wisatawan untuk menikmati kegiatan berwisata di Desa Putat Nutug. Hal ini juga didasari oleh pergeseran atau perubahan dalam tren berwisata setelah munculnya pandemi COVID-19.

Sebelumnya, tren berwisata ramai dengan kegiatan mass tourism atau wisata massal namun saat ini sudah bergeser menjadi kegiatan wisata dengan rombongan kecil serta kegiatan wisata berbasis alam yang dinilai dapat meminimalisir resiko kontak langsung dengan orang lain dan memperkecil potensi penularan virus COVID-19 ketika berwisata. Salah satu kegiatan pariwisata berbasis alam adalah kegiatan ekowisata.

Menurut Avenzora (2018), ekowisata didefinisikan sebagai kegiatan wisata minat khususyang mengutamakan kelestarian sumber daya pariwisata, bertanggung jawab untukkegiatan rekreasi, pendidikan, dan konservasi, dan memiliki tiga pilar utama; lingkunganatau ekologi, ekonomi, dan sosiokultural.

Hal ini menjadikan perencanaan dan pengembangan ekowisata harus meliputi perencanaan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat daerah wisata.

Pariwisata dikatakan sebagai bidang industri multi-sektor karena terdapat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor yang lainnya seperti sektor ekonomi dimana pariwisata berperan sebagai penyumbang pemasukan devisa negara dan gerbang penyerapan tenaga kerja yang berdampak pada kenaikan ekonomi masyarakat sekitar destinasi wisata.

Pengembangan ekowisata tentunya akan sejalan dengan berkembangnya ekonomi masyarakat sekitar dengan adanya keterlibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengelolaan usaha ekowisata sehingga keuntungan yang diperoleh pun dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.

Paket wisata sendiri didefinisikan sebagai suatu perjalanan wisata yang di dalamnyaterdapat tujuan kunjungan wisata, kegiatan wisata dan fasilitas wisata yang sudahtermasuk ke dalam pembiayaannya (Nuriata, 2014). 

Pembuatan paket ekowisata ini dimulai dengan pengidentifikasian potensi wisata yang dapat dikembangkan di Desa Putat Nutug yang terletak pada Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Desa ini didirikan pada tahun 1950 dengan luas 3,91 km2, dihuni oleh 14.971 penduduk dan 3.291 kepala keluarga.

Terdapat beragam potensi wisata yang dapat dikembangkan diantaranya adalah Kolam Renang Cisadane, Kebun Tanaman Obat, serta kegiatan masyarakat sehari-hari seperti pengolahan kuliner khas lokal dan pembudidayaan ikan serta tanaman hias.

Perencanaan paket ekowisata ini dimulai dengan riset mengenai potensi apa saja yangterdapat di Putat Nutug. Riset pertama dilakukan secara daring melalui metode studipustaka atau kajian literasi yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya. 

Melalui CiseengDalam Angka 2019, penulis mendapat banyak sekali informasi mengenai KecamatanCiseeng dan beberapa desa yang termasuk di dalamnya, salah satunya adalah Desa PutatNutug.

 Masyarakat Desa Putat Nutug kental dengan budaya islami mengingat banyaknyapesantren yang berada dalam kawasan Desa Putat Nutug, sedangkan untuk matapencahariannya mayoritas masyarakat Desa Putat Nutug bermata pencaharian sebagaipembudidaya ikan hias dan tanaman hias.

Jika berkunjung ke Desa Putat Nutug dan menyempatkan diri untuk berkeliling desa, akan terlihat dengan jelas bahwa hampir setiap rumah memiliki lahan untuk membudidayakan tanaman hias dan memiliki kolam untuk budidaya ikan hias.

Tahap pelaksanaannya selanjutnya adalah kegiatan survey 1, untuk menyusun paketekowisata Desa Putat Nutug ini memerlukan survey sebanyak 2 (dua) kali. 

Pada survey 1 penulis dan tim mahasiswa dibimbing oleh tim dosen untuk terjun langsung ke lapangan diawali dengan bertemu dengan Kepala Desa Putat Nutug untuk menjelaskan maksud dan tujuan program ini. Lalu penulis dan tim ditemani oleh staf kelurahan meninjau beberapa lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan dan dimasukkan ke dalam paket ekowisata.

Lokasi pertama yang ditinjau adalah tempat budidaya tanaman hias yang dikelola olehsalah satu masyarakat lokal. Tempat ini juga banyak menyerap SDM lokal dalampelaksanaannya, hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal itusendiri. 

Proses Packing Tanaman Hias/dokpri
Proses Packing Tanaman Hias/dokpri

Produk tanaman hias ini tidak hanya bersaing dalam pasar lokal namun juga sudahberhasil memasuki pasar internasional. 

Lokasi kedua yang ditinjau pada survey 1 adalahsaluran irigasi. Saluran irigasi sepanjang 1 km ini tidak hanya melintasi Desa Putat Nutugsaja melainkan beberapa desa lain. 

Proyek Saluran Irigasi/dokpri
Proyek Saluran Irigasi/dokpri

Dalam pengelolaan irigasi ini pihak kelurahan DesaPutat Nutug memiliki proyek tersendiri yang sudah mulai berjalan sejak 2019 lalu. Proyektersebut adalah penyekatan jalur irigasi menjadi beberapa kolam kecil yang nantinya akandiberikan sebagai kepada setiap kepala keluarga di Desa Putat Nutug untuk membudidayaikan air tawar. 

Adapun maksud dari proyek ini tidak hanya untuk kegiatan budidaya sajanamun juga harapan pihak kelurahan agar masyarakat lokal memiliki rasa tanggung jawabuntuk menjaga kebersihan sekitar irigasi dan tidak membuang sampah sembarangan disekitar irigasi. 

Setelah meninjau proyek irigasi, penulis dan tim melakukan peninjauan kerumah Kepala Desa Putat Nutug yang juga terdapat lahan pembudidayaan ikan hias airtawar. Terdapat beragam jenis ikan hias air tawar, mulai dari beragam jenis Ikan CupangIkan Koi hingga Ikan Mas Koki. 

Untuk ikan cupang sendiri ditempatkan di dalam akuariumkecil untuk satu ikan, beberapa ikan lainnya ditempatkan pada kolam tembok yang dilapisiterpal. Hal ini dilakukan untuk mencegah perubahan suhu di dalam kolam yang drastis agarsuhu di dalam kolam tetap terjaga kestabilannya. 

Uniknya terdapat beberapa ikan hiasyang ditempatkan di bekas pematang sawah yang diisi dengan air sehingga membentuksebuah kolam yang tidak terlalu dalam. 

Banyaknya pematang sawah yang sudah tidak lagiterpakai akhirnya dimanfaatkan warga sebagai kolam budidaya ikan air tawar, mulai dariikan hias hingga ikan tawar konsumsi seperti ikan lele. 

Lokasi terakhir yang dikunjungi pada survey 1 adalah Lembah Cisadane dan Kopi Kahyangan yang terdapat di dalam kawasanLembah Cisadane. 

Lembah Cisadane sendiri memiliki wahana kolam renang di dalamnyadan sejumlah spot foto yang menarik. Selain itu terdapat Kopi Kayangan, sebuah kafe diatas bukit dengan pemandangan unik berupa perbukitan dan sungai cisadane yang masihasri.

Kopi Kayangan/dokpri
Kopi Kayangan/dokpri

Setelah melakukan survey 1 maka penulis dengan tim mulai meringkas data yang didapatdan dikumpulkan sebagai draft potensi. Pada survey 2 penulis dan tim kembali ditemanioleh staf kelurahan, Pak Bambang untuk meninjau beberapa lokasi. 

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah salah satu usaha olahan kuliner lokal Rengginang. Usaha ini merupakan usaha salah satu masyarakat lokal yang dapat dikembangkan sebagai produk wisata.

Proses pembuatan rengginang yang masih belum banyak diketahui masyarakat umumdapat menjadi suatu daya tarik tersendiri untuk melihat proses pembuatannya. Prosespembuatan rengginang memerlukan waktu hingga 3 (tiga) hari karena diperlukan prosesperendaman beras dan pengeringan rengginang yang sudah dicetak.

Diskusi Bersama Masyarakat Lokal Pengelola Olahan Kuliner Lokal/dokpri
Diskusi Bersama Masyarakat Lokal Pengelola Olahan Kuliner Lokal/dokpri

Selanjutnya adalahmeninjau usaha masyarakat lokal lainnya yaitu olahan kuliner lokal abon ikan lele. Usahaini juga merupakan salah satu usaha masyarakat lokal. Namun tidak seperti rengginang,abon ikan lele memerlukan waktu yang lebih sedikit dan bisa diselesaikan dalam satu harisaja. 

Pada kesempatan ini penulis dan tim mendapat kesempatan tidak hanya terjun kelapangan untuk peninjauan lokasi namun juga berkesempatan untuk berinteraksi danberdiskusi langsung kepada masyarakat lokal pelaku usaha kuliner lokal yang mana masihbelum terlalu memahami tentang kegiatan wisata dan rencana paket ekowisata. 

Hal inimenjadi hal dan pembelajaran baru bagi penulis sekaligus pengalaman yang mengesankan.Setelah survey yang dilakukan, diperoleh hasil seperti potensi apa saja yang dapatdikembangkan dan dimasukkan ke dalam paket ekowisata Putat Nutug. 

Langkah selanjutnya adalah menyusun potensi tersebut ke dalam sebuah paket ekowisata. Adapun kegiatan yang termasuk ke dalam paket ekowisata ini adalah edukasi tanaman obat yang dilakukan di Kebun Tanaman Obat Lembah Cisadane, demo dan edukasi pengolahan kuliner lokal Rengginang dan Abon Ikan Lele, makan siang, mini games dan mini showcase untuk tanaman dan ikan hias hasil budidaya masyarakat lokal.

Penyusunan paket ekowisata Putat Nutug juga didasari oleh beberapa teori yang digunakan sebagai landasan atau acuan dalam penyusunan paket ini. Seperti definisi kegiatan wisata yang mengatakan bahwa dalam kegiatan wisata diperlukan 3 (tiga) faktor yaitu something to see, something to do dan something to buy (Yoeti, 1985) maka kegiatan yang dicantumkan dalam paket ekowisata dinilai sudah memenuhi 3 (tiga) faktor tersebut.

Pemandangan asri perbukitan dan sungai cisadane menjadi salah satu bagian darisomething to see, wisatawan yang berkunjung juga nantinya akan dapat melihat beragamtanaman hias dan ikan hias air tawar yang juga tak kalah menarik. 

Selain menikmatipemandangan alam yang asri dan beragam ikan dan tanaman hias, wisatawan juga dapatmenyaksikan demo pengolahan kuliner lokal rengginang dan pengolahan abon ikan lele, dimana untuk abon ikan sendiri umumnya menggunakan ikan cakalang. 

Untuk faktor something to do terdapat sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan, diantaranya adalah soft tracking menuju Kebun Tanaman Obat yang terletak di dalam kawasan Lembah Cisadane yang memakan waktu 5-10 menit dari lokasi kolam renang Lembah Cisadane, sesampainya di Kebun Tanaman Obat wisatawan dapat melakukan kegiatan bercocok tanam tanaman obat, wisatawan juga akan diajak untuk bermain kuis atau mini games yang menarik. 

Wisatawan tidak hanya dapat melihat proses pengolahan kuliner lokal saja namun juga dapat membeli produk olahan kuliner lokal tersebut untuk dijadikan sebagai oleh-oleh khas Desa Putat Nutug, selain produk olahan kuliner lokal juga terdapat tanaman dan ikan hias yang dapat dibeli untuk dibawa pulang sebagai implementasi dari faktor something to buy, hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi masyarakat lokal.

Untuk lebih jelasnya kegiatan pertama yaitu edukasi tanaman obat jahe dan serai wangi bertujuan untuk mengedukasi wisatawan tentang tanaman jahe dan serai wangi mulai dari proses pembibitan, perawatan, panen hingga manfaat dan fungsi dari jahe dan serai wangi.

Kegiatan ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan kepada wisatawan tentangbagaimana tanaman obat tumbuh dan dikembangbiakkan juga memperkenalkan kepadawisatawan khususnya dalam rentang usia sekolah dasar tentang serunya kegiatanbercocok tanam sehingga dapat menumbuhkan rasa senang dan suka dalam kegiatanberkebun. 

Setelah bertemu pada titik kumpul yaitu di Kolam Renang Lembah Cisadane,rombongan wisatawan yang terdiri dari 5-20 orang akan mendapat tanda pengenal dandiberikan arahan oleh pemandu wisata yang berasal dari masyarakat lokal yang sudahdilatih dan dibekali pengetahuan melalui program pelatihan pemandu wisata.

Selanjutnya wisatawan akan didemokan pengolahan kuliner lokal seperti pembuatanRengginang dan Abon Ikan Lele khas Putat Nutug oleh sekelompok masyarakat lokal. 

Untukproses pengolahan rengginang sendiri akan didemokan oleh tokoh masyarakat yangmemiliki usaha kuliner lokal rengginang mulai dari proses pencetakan, pengeringan danproses menggoreng rengginang. Proses pembuatan rengginang membutuhkan waktuhingga 3-4 hari maka itu pada kegiatan ini pengolahan yang didemokan menggunakanbeberapa contoh rengginang yang berbeda. Sedangkan untuk abon ikan lele prosesnyadapat didemokan mulai dari tahap menambahkan bumbu pada daging ikan lele yangsudah dihancurkan hingga tahap penggorengan, kegiatan ini juga akan didemokanlangsung oleh wisatawan yang mengelola usaha kuliner lokal ikan abon lele. 

Kegiatan ini akan diadakan di Aula Kolam Renang Lembah Cisadane dan memungkinkan wisatawan untuk dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal dan mencicipi olahan tersebut.

Nantinya, produk dari olahan kuliner lokal juga disediakan sebagai menu makan siang dan untuk produk olahan kuliner kemasan dapat dibeli wisatawan sebagai oleh-oleh khas Putat Nutug pada kegiatan mini showcase sebagai kegiatan penutup.

Seperti yang sudah sempat disinggung sebelumnya, paket ekowisata ini juga termasuk dengan makan siang dengan menu catering yang juga dipesan dari usaha catering lokal dan mini games untuk melatih kerjasama tim dan mereview ulang tentang materi edukasi yang sudah disampaikan sebelumnya seperti materi tentang proses penanaman, perawatan dan panen tanaman obat serta fungsi dan manfaat dari jahe dan serai wangi, tak hanya itu wisatawan juga akan mendapatkan kuis seputar olahan kuliner lokal yang sudah didemokan sebelumnya sehingga wisatawan semakin mengenal tanaman obat jahe dan serai wangi serta produk olahan kuliner lokal.

Setelah makan siang atau ishoma yang diikuti oleh mini games, kegiatan selanjutnya yangjuga menjadi penutup dalam paket ekowisata ini adalah mini showcase atau pameran kecilyang di dalamnya menampilkan beberapa display produk olahan kuliner lokal, display ikanhias dan display tanaman hias hasil budidaya masyarakat lokal yang tidak hanya dapatdilihat saja namun juga dapat dibeli sebagai oleh-oleh khas Putat Nutug. 

Beberapatanaman hias yang berhasil dibudidayakan oleh masyarakat lokal diantaranya adalahAlocasia Jacklyn, Alocasia M. Var, Ant. Radicans, Ant. Tarantula, Ph. Florida Ghost, Ph. BurlemaxVar, Piper Crocatum. 

Sedangkan untuk ikan hias yang paling banyak dibudidaya oleh masyarakat lokal adalah ikan koi, ikan mas koki, ikan nila silver, ikan cupang, ikan guppydan neon tetra. 

Karena asli hasil budidaya oleh masyarakat lokal maka harga yang ditawarkan tentunya akan jauh lebih rendah dibandingkan harga pasaran di agen ikan hias sehingga dapat menguntungkan bagi wisatawan dan tentunya bagi pendapatan masyarakat lokal itu sendiri. Hal ini tentunya juga sejalan dengan visi Desa Putat Nutug yaitu terwujudnya Desa Good Governance (Amanah, Religi, Demokrasi, Akuntabil) untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan sejahtera seperti yang tertulis di laman putatnutug-ciseeng.desa.id.

Selain dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat lokal, dampak lingkungan juga ikut terjaga dengan adanya bantuan dari wisatawan untuk bercocok tanaman obat, edukasi tentang larangan membuang sampah sembarangan dan peminimalisiran penggunaan plastik selama kegiatan wisata berlangsung juga merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Dalam perencanaan paket ekowisata ini pun tentunya ditemukan beberapa isu utama dalam pengembangan paket ekowisata ini, diantaranya adalah:

1. Kapasitas SDM Pariwisata yang terbatas

Hal ini memerlukan peningkatan SDM Pariwisata melalui beberapa pelatihan untuk SDM lokal Putat Nutug seperti Pelatihan Pelayanan (Hospitality). Pada program pelatihan ini SDM lokal akan dilatih bagaimana untuk grooming dan memberikan pelayanan prima kepada wisatawan sehingga wisatawan mendapat kepuasan ketika berwisata. 

Selanjutnya diadakan program Pelatihan Pemandu Wisata (Tour Guide), dalam pelatihan ini SDM lokal yang akan mengisi posisi sebagai pemandu wisata akan diberikan pelatihan guiding serta cara penyampaian informasi kepada wisatawan yang sesuai dengan segmentasi wisatawan.

 Lalu dibutuhkan juga program Pelatihan Presentasi (Presenting) untuk SDM lokal yang akan mendemokan pengolahan kuliner lokal kepada wisatawan sehingga materi dan penjelasannya dapat mudah dipahami oleh wisatawan.

2. Belum adanya Kelembagaan Pariwisata

Saat ini masih belum tersedianya lembaga kepariwisataan di Desa Putat Nutug, sehingga kepariwisataan saat ini masih dipegang kendali oleh lembaga pemerintah desa maupun pihak swasta pengelola atraksi wisata. 

Menurut buku Pedoman POKDARWIS yang dikeluarkan oleh Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI), Kelompok Sadar Wisata atau yang biasa disebut dengan POKDARWIS merupakan kelembagaan yang anggotanya terdiri dari masyarakat lokal pelaku kepariwisataan yang memiliki kesadaran, kepedulian serta rasa tanggung jawab dalam perkembangan pariwisata di daerahnya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. 

POKDARWIS sendiri bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepariwisataan kepada masyarakat, meningkatkan peran dan menggaet masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan kepariwisataan, memaksimalkan manfaat kepariwisataan baik bagi masyarakat lokal maupun bagi anggota POKDARWIS dan membantu kelangsungan pembangunan kepariwisataan setempat.

3. Aksesibilitas yang belum fleksibel dan kurangnya Fasilitas Pendukung

Untuk mengakses Desa Putat Nutug sendiri masih belum dapat dikatakan mudah terutama jika menggunakan kendaraan atau transportasi umum. Pilihan terbaik untuk mengunjungi Desa Putat Nutug adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi sehingga cukup sulit bagi wisatawan yang ingin berkunjung menggunakan transportasi umum. 

Selain akses, fasilitas pendukung juga masih sangat kurang seperti fasilitas tempat ibadah dan toilet yang belum bisa menampung jumlah wisatawan yang datang sehingga wisatawan harus antre ketika ingin beribadah ataupun ke toilet. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kepuasan wisatawan ketika berkunjung ke Desa Putat Nutug.

Dalam penyusunan paket ekowisata ini tentunya juga disesuaikan dengan segmentasiwisatawan yang ditargetkan untuk paket ini. Suatu paket wisata harus dibuat denganberorientasi pada wisatawan dan memperhatikan kondisi wisatawan seperti motivasiwisatawan, karakteristik wisatawan hingga kemampuan daya beli wisatawan (Suyitno,1999). 

Untuk segmentasi wisatawan dalam paket ekowisata ini adalah wisatawan keluargadan siswa/i sekolah dasar dan kelompok kecil terdiri dari 5-15 orang dengan domisilisekitar JABODETABEK. Untuk durasi paket ekowisata ini sendiri memakan waktu sekitar 4-5jam. 

Kegiatan yang disusun ke dalam paket ekowisata memiliki banyak nilai edukasi didalamnya sehingga dinilai cocok dengan segmentasi wisatawan yang ditargetkan.

Selama proses penyusunan paket ekowisata ini, mahasiswa magang Fakultas PariwisataUniversitas Pancasila sudah mempelajari banyak hal seperti mengidentifikasi potensi yangdapat dikembangkan dan dimasukkan ke dalam paket, pengalaman terjun ke lapanganuntuk melakukan survei sebanyak 2 (dua) kali dan berinteraksi juga berdiskusi secaralangsung dengan lembaga pemerintahan tingkat desa serta tokoh masyarakat lokal pelakuusaha kuliner lokal untuk memperkenalkan apa itu pariwisata dan paket ekowisata yangsedang dirancang. 

Hasil yang didapatkan bagi mahasiswa magang pada program ini yaitu berupa pengetahuan dan pengalaman praktik atau terjun langsung ke masyarakat lokal untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam penyusunan paket ekowisata ini.

Dengan terdapatnya berbagai potensi wisata yang dapat dikembangkan di Desa PutatNutug ini maka hadirnya paket ekowisata ini tentunya akan sangat berguna dan dapatmeningkatkan manfaat atau dampak positif baik kepada masyarakat lokal baik dalam segilingkungan dan ekonomi. Namun untuk saat ini, paket ekowisata ini masih belum siapuntuk dijual. Paket ekowisata ini masih dalam tahap penyusunan kegiatan wisata apa sajayang akan dilakukan wisatawan, rancangan teknis dan gambaran lokasi. 

Untuk menjualpaket wisata ini perlu dilengkapi dengan itinerary yang detail serta dilengkapi denganperhitungan dana atau budgeting yang mencakup biaya fixed cost maupun variable costyang akan menghasilkan perhitungan biaya yang diperlukan. 

Paket ekowisata ini jugamasih harus melewati proses uji coba dan pengimplementasian dari rencana pelatihan danpendampingan kepada masyarakat lokal seperti yang sudah sempat disinggungsebelumnya. 

Besar harapan Tim Mahasiswa Magang MF-Kedaireka Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila proyek ini dapat berlanjut dan paket ekowisata ini dapat diselesaikan dengan baik sehingga dapat dipasarkan dan berhasil membawa dan memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal Desa Putat Nutug Ciseeng.

Sumber :

Avenzora R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. Banda Aceh: BRR NAD dan Nias.

Administrator. 2019. Visi dan Misi. [diakses: 29 Desember 2021]. Pada:

http://putatnutug-ciseeng.desa.id/artikel/2019/12/18/visi-dan-misi.

Admindewi. 2019. Buku Pedoman POKDARWIS. [diakses: 29 Desember 2021]. Pada:

https://asidewi.id/download/buku-pedoman-pokdarwis/#.

Kedaireka. 2021. Apa itu Kedaireka. [diakses: 29 Desember 2021]. Pada:

https://kedaireka.id/about/us.

Kedaireka. 2021. Matching Fund. [diakses: 29 Desember 2021]. Pada:

https://kedaireka.id/matchingfund.

Nuriata. (2014). Paket Wisata: Penyusunan Produk dan Penghitungan Harga. Bandung:

Alfabeta

Suyitno. 1999. Perencanaan Wisata. Yogyakarta

Yoeti, Oka A. (1985). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun