"Tidak, tapi aku ingin Mama cepat pulang." jelas Rasha dengan suara berat.
"Iya Sayang, mungkin jam 8 malam mama sampai rumah ya." Sofia segera menutup telepon, dia merasa tidak enak karena beberapa rekan kerjanya nampak sedikit terganggu.
Rasha mengambil kue dari dalam kulkas dan meletakkannya di meja. Memasang lilin angka 17 dan menyalakannya. Kemudian dia mematikan lampu dan kembali duduk memandangi nyala lilin yang terang redup di terpa hembus napasnya yang mulai sesak. Air matanya berderai menyuarakan harapan dan impian yang ingin dia raih tahun depan. Dia ingin akan selalu ada dia dan mamanya dalam setiap keadaan. Dia ingin bertemu kembali mama yang selalu memperhatikannya.
Linangan air mata yang terus mengalir membuat pandangannya dalam cahaya yang redup semakin kabur dan napasnya semakin sesak. Seakan rongga dalam dadanya menyempit. Rasha bangkit bermaksud menyalakan lampu, namun sesaat kemudian dia terjatuh di lantai, tak melihat dan merasakan apapun lagi.
Hong Kong, 10 April 2015