"Om mau. Tapi om takut dengan reaksinya. Mungkin dia juga sudah memblokir akses chat."
"Tapi bagaimana om tahu kalau om belum coba lagi? Lagian om bisa kasih tahu kalau om sudah bisa memiliki anjing."
Wijaya terdiam. Dia berpikir panjang. Apakah dia harus mengikuti saran Afisah? Tapi bagaimana jika anaknya memberontak? Wijaya mengambil ponselnya. Tangannya begitu gemetar.
Kini keputusan Wijaya sudah bulat.
***
Dua hari kemudian, ada mobil mewah yang parkir di depan. Afisah yang hendak mengunjungi Wijaya menatap dengan saksama orang yang keluar dari mobil tersebut. Seorang perempuan dewasa, umurnya sekitar 28 tahun.
"Permisi." Tanpa pikir panjang Afisah menghampiri wanita tersebut.
Dia hanya menatap Afisah datar. Setelah itu membuka gerbang rumah Wijaya yang tak dikunci itu.
"Guk guk!" Hiro menggonggong.
Wanita itu terkejut ketika melihat Hiro. Dia mulai berjalan perlahan mendekatinya, lalu berjongkok sambil memerhatikan kalung yang dikenakan Hiro. Hiro mencium-cium kaki perempuan tersebut, mengajak kenalan.
Perempuan itu menangis tersedu-sedu. Mukanya tertutup oleh kedua tangannya yang hendak mengusap air mata.