"Ya, aku juga berusaha untuk berusaha menjadi versi terbaik dari diriku, tapi entah kenapa aku masih saja kepikiran hal tersebut."
Kuhabiskan kopi dalam gelasku, dan berdiri. Aku meraih tangannya dan mengajaknya berdiri. Aku menghadapkan badanku ke arahnya. Kupegang pundaknya erat-erat. "Kamu pernah gak sih, kepikiran, kalau kamu berpikiran seperti itu, kamu akan membuat sedih mereka yang peduli denganmu. Bagiku kamu baik adanya, aku juga paham, kamu sekarang mungkin belum menemukan versi terbaik dari dirimu, aku juga begitu.Â
Mungkin selama kita hidup, kita gak akan pernah menemukan jati diri kita yang sesungguhnya, namun kita bisa belajar dari setiap kegagalan dan kesalahan. Bukankah itu menandakan kalau kita manusia, kita bisa salah dan kita juga bisa belajar.Â
Kamu tahu, aku belajar banyak darimu, bagaimana kamu selalu bangkit dari setiap kegagalanmu dan menjadi tangguh seperti hari ini, itu yang aku suka darimu, dan kamu pantas dicintai lebih dari yang kamu kira. Maaf klo aku memaksakan pendapatku ini padamu, tapi aku gak mau melihatmu bersedih. Ayo kita sama-sama belajar, menjadi versi terbaik dari diri kita."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H