Manfaat dari literasi digital yaitu guru dapat mengajarkan digital citizenship kepada murid. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh dan mengajak murid untuk menggunakan internet serta teknologi dengan cara yang sehat sehingga mampu menjadi warga digital yang bertanggung jawab. Literasi digital dapat memperluas konsepsi guru tentang dunia digital. Pemahaman murid saat ini mungkin terbatas pada penggunaan digital saja. Namun dengan guru berliterasi digital, guru dapat menginspirasi murid dan membantu murid untuk menggunakan teknologi sehingga dapat memperluas kesempatan belajar yang dilakukan.
Guru memiliki kemauan untuk berkolaborasi dan membangun relasi dengan kolega, praktisi, ataupun profesional untuk bertukar perspektif, berbagi sumber daya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengalaman belajar dan hasil pembelajaran murid. Lalu, mengapa penting kriteria ini harus dimiliki oleh guru? Dengan berkolaborasi dan berelasi dapat menjadi wadah untuk berbagi strategi, inspirasi, perspektif, juga pengalaman sehingga dapat membuat pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan. Selain itu, guru dapat memberdayakan satu sama lain dan ketika guru berkolaborasi dengan profesional maka akan membuka kesempatan murid untuk belajar sambil melakukan (learning by doing) kemudian mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki.
Kriteria berkolaborasi dan membangun relasi dapat dilakukan dengan cara berbagi praktik, baik dalam bentuk sumber atau materi ajar. Bergabung dalam komunitas guru serta melibatkan kerja sama antar guru, sekolah, ataupun organisasi untuk saling bertukar praktik baik secara dua arah sehingga pihak yang terlibat juga mendapatkan manfaat dan umpan balik dari kegiatan yang dilakukan.
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang paling sering kita dengar. Bukan hanya murid, guru pun harus memiliki kemampuan berpikir kritis. Kemampuan menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dengan maksud untuk melakukan perbaikan merupakan hakikat dari berpikir kritis. Kemampuan ini penting untuk dimiliki guru karena dapat membantu meningkatkan kemampuan individu sebagai guru dan sebagai agen perubahan dalam lingkungannya.
Seorang guru yang berpikir kritis akan senantiasa mengevaluasi dan terus melakukan penyesuaian metode mengajar. Guru yang memiliki kemampuan berpikir kritis juga akan menganalisis kebutuhan kelas yang diajarnya. Dengan kemampuan berpikir kritis, akan muncul berbagai pertanyaan yang akan ditanyakan kepada dirinya sendiri, seperti: apa yang saya ajar?, bagaimana saya mengajar?, siapa yang saya ajar?, dan yang paling penting mengapa saya mengajar apa yang saya ajar?. Sekarang, refleksikan pada diri Anda, apakah pembelajaran yang selama ini Anda lakukan sudah mengimplementasikan keempat pertanyaan tadi?
Self reflect atau berefleksi diri merupakan kriteria profil guru abad 21 yang akan kita bahas selanjutnya. Mengapa kemampuan berefleksi diri sangat dibutuhkan oleh guru? Berefleksi merupakan kunci utama dari mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan. Dengan berefleksi, guru dapat meningkatkan kemampuan mengajar baik dalam hal keterlibatan murid, kejelasan, atau aspek lainnya. Selain itu, dengan berefleksi, guru juga bisa melihat bagaimana cara mengajar yang sesuai dengan kebutuhan muridnya. Berefleksi bukan hanya fokus pada hal yang harus diperbaiki namun juga menyadari hal-hal yang sudah baik dan efektif. Dengan begitu, keterampilan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri guru.
Apa itu lifelong learner? Mengapa penting bagi guru untuk memiliki profil sebagai lifelong learner? Apa sih manfaatnya?
Sama seperti teknologi yang berubah pesat, dunia pendidikan juga berkembang sangat cepat sehingga metode belajar, kemampuan yang dibutuhkan, maupun teknologi yang mendukung kegiatan belajar saat ini belum tentu sama dengan lima atau sepuluh tahun ke depan. Inilah mengapa memiliki profil lifelong learner sebagai guru sangat dibutuhkan. Lifelong learning sendiri didefinisikan sebagai pembelajaran yang dilakukan sepanjang hidup dimana pembelajaran ini fleksibel, beragam, dan tersedia di berbagai waktu dan tempat. Sedangkan seorang lifelong learner adalah seseorang yang memiliki pola pikir lifelong learning.
Terdapat empat karakteristik seorang lifelong learner, yaitu:
1) Mengatasi tantangan
Seseorang dengan mindset lifelong learning melihat kesalahan dan tantangan sebagai satu proses bukan kegagalan. Suatu kesalahan dalam memberikan informasi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ataupun tantangan. Sebagai contoh, seorang guru tidak akan selalu tahu pertanyaan apa yang akan ditanyakan oleh muridnya. Ketika guru belum bisa menjawab pertanyaan tersebut, jangan dijadikan sebagai suatu kegagalan, melainkan sebagai kesempatan untuk belajar dan mencari tahu.