Mohon tunggu...
Raihan Aryadi
Raihan Aryadi Mohon Tunggu... Lainnya - Aku seorang siswa di SMPN 44 jakarta

Hobi ku main sepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keganasan PKI pada Gerakan 30 September

2 Oktober 2024   08:24 Diperbarui: 2 Oktober 2024   08:31 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peristiwa **G30S/PKI** atau Gerakan 30 September 1965 adalah salah satu episode paling kelam dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini mencerminkan konflik politik dan ideologi yang sangat tajam di Indonesia pasca-kemerdekaan, terutama antara kelompok yang mendukung komunisme (seperti PKI) dan militer, khususnya Angkatan Darat yang anti-komunis. Berikut adalah penjelasan yang lebih jelas dan detail mengenai peristiwa ini:

### **Latar Belakang**

Pada awal 1960-an, Indonesia berada dalam situasi politik yang sangat tegang. Terdapat tiga kekuatan utama yang berpengaruh pada saat itu:

1. **PKI (Partai Komunis Indonesia)**: Di bawah pimpinan D.N. Aidit, PKI menjadi salah satu partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan Tiongkok. Mereka memiliki dukungan luas di kalangan buruh dan petani, serta hubungan dekat dengan Presiden Soekarno. PKI mengusulkan agar Indonesia berpindah ke sistem pemerintahan yang lebih berorientasi komunis.

2. **Angkatan Darat**: Dipimpin oleh sejumlah jenderal yang sangat anti-komunis, seperti Jenderal Ahmad Yani. Mereka memandang PKI sebagai ancaman besar terhadap stabilitas negara dan integritas TNI (Tentara Nasional Indonesia).

3. **Soekarno**: Presiden Soekarno pada saat itu berusaha menyeimbangkan kekuatan antara PKI, militer, dan kelompok nasionalis-religius lainnya. Soekarno mempromosikan konsep *Nasakom* (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) untuk menyatukan ketiga kekuatan ini, meskipun di lapangan terjadi ketegangan yang semakin memanas, terutama antara PKI dan militer.

Di tengah suasana politik yang tidak stabil ini, beredar rumor tentang adanya *Dewan Jenderal*, sebuah kelompok jenderal TNI AD yang diduga merencanakan kudeta terhadap Soekarno. Dalam situasi tersebut, PKI merasa perlu mengambil tindakan untuk menyelamatkan diri dan mempertahankan pengaruhnya.

### **Kronologi Peristiwa G30S/PKI**

Pada malam tanggal **30 September 1965**, sebuah kelompok yang menamakan diri mereka **Gerakan 30 September** melancarkan operasi militer yang bertujuan untuk menculik dan membunuh sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Mereka mengklaim melakukan aksi ini untuk mencegah kudeta yang direncanakan oleh *Dewan Jenderal*, meskipun keberadaan Dewan Jenderal ini hingga kini masih diperdebatkan.

1. **Penculikan dan Pembunuhan**:

   Pada malam hari hingga dini hari 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September bergerak menuju rumah-rumah para jenderal yang dianggap sebagai musuh. Mereka menculik dan membunuh tujuh perwira militer. Berikut daftar korban:

   - **Letnan Jenderal Ahmad Yani**: Kepala Staf Angkatan Darat

   - **Mayor Jenderal R. Soeprapto**

   - **Mayor Jenderal M.T. Haryono**

   - **Mayor Jenderal S. Parman**

   - **Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan**

   - **Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo**

   - **Letnan Satu Pierre Tendean** (aide-de-camp dari Jenderal Nasution, terbunuh karena disangka Nasution)

   Mereka diculik dari rumah masing-masing dan dibawa ke sebuah lokasi di Lubang Buaya, di pinggiran Jakarta. Di sana, mereka disiksa dan kemudian dibunuh secara brutal, lalu jasadnya dibuang ke dalam sebuah sumur tua.

2. **Sasaran Utama yang Lolos**: 

   Jenderal **Abdul Haris Nasution**, yang sebenarnya menjadi salah satu target utama, berhasil melarikan diri dari percobaan pembunuhan tersebut, meskipun putrinya yang berusia 5 tahun, Ade Irma Suryani, tertembak dan akhirnya meninggal dunia.

### **Reaksi dan Penumpasan**

Pada pagi hari 1 Oktober 1965, kelompok G30S mengumumkan melalui radio bahwa mereka telah mengambil alih kekuasaan militer untuk mencegah kudeta yang direncanakan oleh Dewan Jenderal. Mereka juga menyatakan bahwa peristiwa tersebut didukung oleh Presiden Soekarno, meskipun Soekarno sendiri tidak secara langsung terlibat.

Namun, aksi ini segera direspon oleh **Mayor Jenderal Soeharto**, yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat). Soeharto dengan cepat mengambil alih komando dan memerintahkan operasi militer untuk menghentikan pemberontakan tersebut.

Dalam waktu singkat, Soeharto berhasil merebut kembali markas RRI (Radio Republik Indonesia) dan memulihkan kendali di Jakarta. Operasi militer untuk menangkap para pelaku berlangsung di berbagai tempat, dan pada akhirnya gerakan tersebut berhasil dilumpuhkan.

### **Pembalasan Terhadap PKI**

Setelah G30S berhasil dihentikan, Angkatan Darat, yang dipimpin oleh Soeharto, melakukan operasi pembersihan besar-besaran terhadap anggota dan simpatisan PKI. Kampanye anti-PKI ini memicu gelombang kekerasan di seluruh negeri. 

- **Pembantaian Anti-Komunis**: Terjadi pembunuhan massal terhadap anggota PKI, simpatisannya, dan orang-orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan PKI. Di beberapa daerah, kekerasan dilakukan oleh militer, sementara di tempat lain, masyarakat sipil yang terprovokasi juga ikut melakukan pembunuhan. Diperkirakan jumlah korban tewas akibat pembantaian anti-PKI mencapai antara **500.000 hingga 1 juta orang**, meskipun angka pastinya sulit untuk dipastikan.

- **Penangkapan dan Pemenjaraan**: Ribuan orang ditangkap dan dipenjara tanpa proses pengadilan yang jelas, banyak di antaranya dipenjara selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

- **Pembubaran PKI**: Pada Maret 1966, PKI secara resmi dibubarkan dan dilarang oleh pemerintah Indonesia. Soeharto, yang saat itu semakin berkuasa, memimpin proses transisi yang mengakhiri era Soekarno dan memulai era Orde Baru.

### **Dampak Jangka Panjang**

Peristiwa G30S/PKI memiliki dampak besar pada sejarah politik Indonesia:

1. **Kenaikan Soeharto**: Peristiwa ini menandai awal dari berakhirnya kekuasaan Soekarno dan awal naiknya Soeharto sebagai penguasa Indonesia. Soeharto, melalui Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), mengambil alih kekuasaan dari Soekarno dan memerintah Indonesia selama lebih dari tiga dekade.

2. **Orde Baru**: Di bawah pemerintahan Soeharto, dibentuk rezim Orde Baru yang sangat anti-komunis dan mempromosikan stabilitas politik melalui kontrol ketat terhadap kebebasan berpendapat dan aktivitas politik.

3. **Stigma PKI**: Hingga kini, PKI tetap menjadi simbol kejahatan politik di Indonesia. Keterlibatan PKI dalam G30S terus menjadi perdebatan, meskipun rezim Orde Baru mempropagandakan bahwa PKI adalah dalang utama. Hal ini menyebabkan peristiwa ini digunakan sebagai alat politik untuk mengekang kebebasan berpolitik dan menghantam kelompok-kelompok yang dianggap berseberangan dengan pemerintah.

4. **Propaganda dan Sensor**: Selama masa Orde Baru, narasi resmi tentang G30S/PKI diatur ketat oleh pemerintah, termasuk melalui film "Pengkhianatan G30S/PKI" yang diputar setiap tahun di televisi. Setelah reformasi, berbagai versi dan interpretasi baru mengenai peristiwa ini muncul, dengan beberapa akademisi dan peneliti menyebut bahwa keterlibatan PKI mungkin tidak sebesar yang digambarkan oleh versi resmi Orde Baru.

Peristiwa G30S/PKI tetap menjadi salah satu tragedi nasional yang terus diperdebatkan dalam sejarah Indonesia. 

Kesimpulan dari peristiwa G30S/PKI adalah bahwa tragedi ini menyebabkan kehancuran PKI, perubahan politik besar di Indonesia dengan naiknya Soeharto dan turunnya Soekarno, serta meningkatnya peran militer dalam pemerintahan. Peristiwa ini juga membentuk narasi resmi yang menggambarkan PKI sebagai dalang utama, meskipun versi ini masih diperdebatkan. Selain itu, G30S meninggalkan trauma dan polarisasi sosial yang mendalam di masyarakat.

Video YouTube:https://youtu.be/U6Lncely4zk?si=V1mjEwS1t4kkE3-o

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun