Waktu kuliah, saya indekos dengan uang saku mingguan. Jumlahnya tidak banyak. Makanya, saya perlu putar otak supaya bisa bertahan hidup dengan Rp sekian selama seminggu.Â
Cara berhematnya bagaimana? Ada beberapa, salah satunya bawa botol minum sendiri. Jadi, saat beli makan dan dimakan di lokasi alias tidak dibungkus, saya hanya beli makan saja, minumnya air putih yang dibawa sendiri.Â
Katakanlah minuman favorit mahasiswa di Solo itu es teh kampul, harganya 3.500. Nah, 3.500 kali sekian, kan, lumayan banget. Tapi, apakah 3.500 kali sekian itu lantas bisa bikin saya menabung banyak dan jadi kaya? Tunggu dulu. Sabar. Pelan-pelan, Pak Supir.
Tentang Menabung
Lain dengan berhemat, sejak kecil saya sudah diajari untuk menabung dengan semangat seperti pepatah yang terkenal saat itu, "sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit". Sayangnya, pelajarannya kurang lengkap. Menabung untuk tujuan apa?
Saya berhasil menabung, tapi karena tidak pernah tahu menabung untuk apa, jadinya kalau dipikir-pikir lagi uang tabungannya juga entah ke mana.Â
O iya, berhasil di atas maksudnya satu celengan dari gerabah bentuk ayam berhasil terisi penuh dan lembar buku tabungan di sekolah juga sudah terisi seluruhnya.
Ada tabungan yang gagal atau tidak? Ada. Banyak. Misalnya, celengan plastik yang bentuknya kurang menarik hanya terisi tidak sampai seperempat. Lalu, bukannya diisi malah isinya yang diambil.
Saat dewasa, setelah nonton sekian banyak video tentang perencanaan keuangan, saya baru tahu kalau menabung itu perlu ada tujuan dan targetnya. Misal, mau menabung untuk beli laptop setahun lagi seharga Rp20 juta.
Dari tujuan dan target itu, kita jadi tahu harus menabung berapa banyak tiap bulan. Kita juga bisa mengukur apakah target itu realistis atau tidak.Â
Bila tidak memungkinkan, kita bisa mengubah beberapa hal biar tujuannya bisa tercapai. Misal menargetkan untuk membeli laptop yang harganya lebih murah. Atau laptop yang sama tapi targetnya untuk beli satu setengah tahun lagi.